88
S
UMBER DAYA
R
ESOURCES
Yang dimaksud dengan sumber daya disini adalah sumber daya selain kreativitas yang
berdasar dari insan kreatif. Bila melihat dari rantai nilainya khususnya yang berkaitan
dengan produksi, tidak seluruh subsektor Industri kreatif membutuhkan sumber daya,
khususnya sumber daya alam. Subsektor yang membutuhkan sumber daya alam antara lain
adalah: subsektor kerajinan, subsektor fesyen, subsektor percetakan dan penerbitan, serta
Riset dan Pengembangan dibidang bioteknologi. Dalam hal produksi, kelompok subsektor
yang menggunakan sumber daya alami banyak mengalami kendala kelangkaan bahan baku.
1. Keunikan Bahan Alam Indonesia
Indonesia memiliki keragaman hayati yang patut dijadikan kekuatan karena tidak
dimiliki negara lain. Keragaman hayati ini bisa digunakan sebagai material di dalam
membuat produk. Bila diatur dengan baik, keunikan material ini bisa turut mendukung
pencitraan negara, karena hanya dapat diperoleh dari Indonesia, misalnya rotan, karet,
laker dan gambir. Dari sisi bio teknologi, keragaman hayati Indonesia telah mengundang
perhatian peneliti‐peneliti asing untuk datang, dan hasil penelitian diterbitkan di dalam
jurnal ‐jurnal ilmiah yang tentunya akan turut membawa nama Indonesia.
2. Kelangkaan Bahan Baku
Faktor suplai sangat bepengaruh dalam kelompok industri kreatif berbasis sumber daya
alam. Bisa dilihat dari hasil pemetaan industri kreatif, kelangkaan bahan baku dan
kenaikan harga BBM membuat fluktuasi yng cukup tajam, karena kelangkaan bahan
baku menyebabkan harga naik. Akibatnya jumlah perusahaan yang aktif dalam
subsektor itu berguguran, contoh nyata adalah bergugurannya pengerajin rotan dj pulau
Jawa yang tidak mendapat pasokan rotan dari Kalimantan maupun Sulawesi.
Kelangkaan bahan baku kayu juga menyebabkan efek yang sama, karena dari sisi ekspor
terutama kerajinan termasuk furnitur dikenal istilah KW1 dan KW2. KW1 adalah istilah
kualitas nomor satu, biasanya ditentukan oleh penggunaan bahan bakunya. Saat ini
pengerajin mensubstitusi bahan baku kayu solid dengan kayu plywood sehingga
penilaian buyer bergeser dari KW1 menjadi KW2 kualitas nomor 2, akibatnya nilai jual
juga menurun. Terdapat kondisi yang cukup mengkhawatirkan karena bila perusahaan
banyak yang tutup berarti akan mengancam keberlangsungan hidup pekerja di
subsektor industri kreatif yang padat karya. Saat ini total pekerja di industri kreatif
adalah 5,9 juta tenaga kerja.
3. Kurang Motivasi Mengolah Bahan Baku
Pengusaha ‐pengusaha Indonesia saat ini masih lebih senang menjual bahan baku ke luar
negeri karena bisa mendapatkan uang lebih cepat, walaupun untungnya kecil. Hal ini
disebabkan karena kurang kreatif. Bila ini dibiarkan, maka industri dalam negeri akan
kekurangan suplai bahan baku.
Dibutuhkan pengubahan kerangka berfikir mind set tidak hanya dari pelaku di
subsektor industri kreatif berbasis sumber daya alam, namun juga pengusaha‐pengusaha
yang mengolah hasil hutan laut Indonesia.
89
4. Peluang Menjadi Laboratorium Dunia
Dalam bidang bio teknologi yang merupakan industri hilir dari subsektor industri kreatif
riset dan pengembangan berbasis sumber daya alam, Keragaman hayati Indonesia bisa
menjadi peluang tersendiri. Negara seperti Brazil yang merupakan penghasil kopi
terbesar didunia telah berhasil membangun pusat laboratorium untuk DNA Sequencing
kelas dunia untuk beraneka ragam varietas kopi. Brasil juga dihormati karena tidak
melakukan rekayasa genetis terhadap hasil penelitiannya. Aktivitas riset dan
pengembangan ini menjadi sangat kompetitif karena berpeluang dalam pencitaan paten‐
paten baru. Setiap kali hasil penelitian tersebut digunakan oleh industri hilir, akan ada
royalti yang harus dibayar kepada lembaga riset tersebut.
5. Kerusakan Hutan Semakin Parah
Karena kerusakan bumi semakin mengkhawatirkan, pasar dunia mulai mensyaratkan
produk ‐produk yang berwawasan lingkungan. Persyaratan untuk memasuki pasar
dunia semakin ketat. Reputasi Indonesia sebagai salah satu negara dengan laju
deforestasi tertinggi sangat merugikan subsektor industri kreatif berbasis sumber daya
alam, karena berkaitan dengan pencitraan Indonesia di pasar internasional.
6. Maraknya pemanfaatan bahan baku ‘Spanyol’
Terdapat istilah yang sudah sangat populer diantara pelaku industri kreatif berbasis
sumber daya alam seperti kerajinan dan furnitur yaitu Spanyol atau “Separuh Nyolong”
setengah mencuri. Istilah ini biasanya digunakan untuk menyebut asal muasal bahan
baku. Bahan baku yang resmi harganya lebih mahal, sedangkan bahan baku curian lebih
murah. Masyarakat cenderung tidak perduli dengan asal muasal bahan baku, yang
penting dapat membeli dengan murah. Apabila persepsi masyarakat tetap seperti ini,
maka upaya‐upaya pencurian akan terus berlangsung sehingga pengerusakan hutan
akan terus tidak terkendali.
I
NSTITUSI
I
NSTITUTION
1. Produk industri kreatif masih merupakan kebutuhan sekunder nice to have
Masyarakat Indonesia belum terlalu mengapresiasi sejarah dan produk kreatif,
melainkan masih terfokus pada fungsi produk. Hal ini sangat dipengaruhi oleh tingkat
GDP per kapita yang masih relatif rendah, dan proporsi terbesar pendapatan lebih
banyak digunakan untuk konsumsi kebutuhan pokok.
Selain solusi utama dalam bentuk pertumbuhan ekonomi yang akan meningkatkan taraf
hidup, peningkatan penghargaan terhadap produk kreatif bisa dilakukan dengan
menjadikan produk kreatif memiliki nilai tambah lebih dibanding produk lain dengan
fungsi sejenis. Sebagai contoh sederhana, penggunaan batik tidak hanya untuk pesta
tetapi juga untuk keperluan dinas sehari‐hari.
Produk kreatif berbasis budaya Indonesia tersebut sebenarnya juga merupakan potensi
kekuatan yang utama bagi industri kreatif Indonesia untuk berperan di kancah
internasional.
2. Perlindungan terhadap hak atas kekayaan intelektual HKI masih lemah