21
2. SDM kreatif berbasis non‐artistik sains dan teknologi terlalu mikroskopis dalam
melihat keprofesiannya sehingga kadang terlalu mekanistis dalam berpikir sehingga
kurang inovatif. Dalam bekerja orang‐orang ini lebih termotivasi bekerja pada
perusahaan ‐perusahaan besar yang membuat mereka tenggelam di dalam rutinitas
sehari ‐hari dan memiliki keterbatasan dalam mengekspresikan kreativitas yang ada
dalam diri.
3. SDM kreatif baik yang berbasis artistik maupun yang non‐artistik kekurangan sarana
untuk bereksperimen dan berekspresi sehingga hasil karya mereka masih kurang kreatif
dan kurang inovatif. Akibatnya industri lokal dan internasional belum melihat
kepentingan yang besar untuk mengadopsi ide‐ide baru dari mereka.
Melihat kondisi seperti ini, maka diperlukan penanaman pola pikir kreatif yang lebih
kontekstual dan diterapkan disegala sisi kehidupan, baik dari sisi pendidikan, budaya
maupun motivasi kewirausahaan.
L
EMBAGA
P
ENDIDIKAN YANG
M
AMPU
M
ENGHASILKAN
I
NSAN
K
REATIF
I
NDONESIA
Saat ini, telah semakin disadari bahwa kurikulum yang hanya bersifat menghafal, tidak akan
berdampak pada daya juang anak didik di kehidupan nyata. Daya juang sebenarnya adalah
olah kreativitas, karena daya juang menantang manusia memecahkan suatu permasalahan,
bila ia tidak cukup kreatif, permasalahannya tidak selesai dan ia akan tersingkirkan. Banyak
ditemui, lulusan‐lulusan pendidikan tinggi dengan IPK tinggi ternyata tidak berprestasi
didunia kerja, bahkan jadi pengangguran. Dengan kenyataan ini, sektor pendidikan, sejak
dini harus mengimbangi kurikulum berbasis hafal menghafal dengan kurikulum
berorientasi kepada kreativitas dan terbentuknya jiwa kewirausahaan. Kreativitas yang
dimaksud adalah mengasah kepekaan dan kesiapan untuk proaktif di dalam menghadapi
perubahan ‐perubahan yang ditemui dilingkungan nyata.
Lembaga pendidikan seharusnya mengarah kepada sistem pendidikan yang dapat
menciptakan:
1. Kompetensi yang kompetitif: Sesuai namanya, kompetensi membutuhkan latihan,
sehingga sektor pendidikan harus memperbanyak kegiatan orientasi lapangan,
eksperimentasi, riset dan pengembangan serta mengadakan proyek kerjasama
multidisipliner yang beranggotakan berbagai keilmuan, dari sains, teknologi maupun
seni.
2. Intelejensia Multi Dimensi: Teori‐teori intelejensia saat ini telah mengakui pula bahwa
tidak hanya kecerdasan rasional IQ yang menjadi acuan tingkat pencapaian manusia,
tetapi
manusia juga memiliki kecerdasaran emosi EQ dan kecerdasan spiritual SQ.
Dengan menempatkan porsi yang sama di ketiga dimensi intelejensia ini pada jalur
pendidikan formal, diharapkan dapat dihasilkan SDM bertintelejensia rasional yang
tinggi dan memiliki daya kreativitas yang tinggi pula.
K
ERAGAMAN
S
OSIO
K
ULTURAL
I
NDONESIA
Bali adalah contoh yang baik dalam melihat toleransi keragaman sosio‐kultural. Bali telah
menjadi magnet bagi banyak banyak orang didunia dan banyak orang Indonesia dari etnis
lainnya. Faktor‐faktornya adalah:
22
1. Sikap terbuka keramahan masyarakat Bali terhadap orang asing maupun etnis lain.
2. Kesenian tradisi warisan budaya masyarakat Bali yang dapat dilihat sehari‐hari.
3. Terpeliharanya warisan budaya dan aset‐aset wisata alam.
Ketiga daya tarik ini mampu membuat Bali menjadi meeting point dari berbagai etnis dunia
yang tidak sekedar ingin menikmati keindahan alam, namun juga ingin berkarya dan
berkolaborasi dengan warga etnis lainnya. Interaksi semacam ini merupakan faktor penting
bagi perekonomian masyarakat Bali dan membuat Bali menjadi semakin dikenal sebagai
tempat berkarya bagi banyak individu kreatif berkelas dunia.
Apabila tauladan seperti ini ditiru oleh daerah‐daerah lain di Indonesia, maka magnet yang
sama akan tercipta didaerah‐daerah lain yang tidak kalah indahnya dengan Bali. Seluruh
etnis di Indonesia juga harus saling menghormati simbol‐simbol budaya yang memiliki
kesakralan bagi etnis tertentu. Kadangkala perselisihan terjadi karena saling ketidaktahuan
mengenai simbol‐simbol tersebut.
K
ESIAPAN
P
ERANGKAT
N
EGARA UNTUK
M
ENDUKUNG
I
NDUSTRI
B
ERBASIS
I
NTELECTUAL
P
ROPERTY
Di tingkat internasional, daya tawar bargaining position Indonesia untuk permasalahan HKI
masih sangat perlu ditingkatkan. Sering kali, upaya memperjuangan HKI karya cipta asli
Indonesia kandas di tengah jalan karena kurangnya kemampuan diplomasi negara.
Pemerintah harus lebih memahami konvensi internasional di bawah naungan World Trade
Organization WTO dan World Intellectual Property Organization WIPO dan
mengejawantahkan secara aktual ke dalam kondisi di dalam negeri.
Di tingkat dalam negeri, masih banyak pelanggaran hak cipta seperti pembajakan cakram
optik yang melemahkan reputasi negara ditataran internasional. Tingkat pembajakan
cakram optik CD, VCD, DVD yang tinggi di Indonesia menyebabkan Indonesia dijadikan
Watch List oleh International Intellectual Property Association IIPA Amerika. Akibat
pembajakan di dalam negeri sejak September 2006, IIPA dirugikian sebesar 85 dibidang
piranti lunak dan 91 dibidang musik, total 205.2 Juta Dollar
.
Faktor yang tidak mengenakkan
bagi Amerika tentu akan menghambat ekspor produk‐produk berbasis hak cipta
asal Indonesia ke Amerika.
M
ENGHADAPI
P
ERDAGANGAN
B
EBAS
Industri kreatif dalam definisi modern telah lebih dahulu dikembangkan oleh dunia barat.
Dengan sendirinya individu‐individu asing telah lebih dahulu memahami cara‐cara know‐
how membangun industri kreatif dimana saja ia berada, apalagi untuk mendirikannya relatif
lebih murah.
Banyaknya sumber daya alam yang masih belum disentuh dan melimpahnya aset budaya
tradisi lokal telah mengundang pemain‐pemain asing untuk datang dan bekerja di
Indonesia. Sering kali kedatangan para pemain asing di Indonesia tidak disertai komitmen
dalam membangun industri yang lebih berkelanjutan, hanya bersifat eksploitatif semata.
Agar individu lokal dapat bersaing dengan pemain asing, maka pekerja kreatif Indonesia
harus dipersiapkan secara matang dengan segera diciptakan lembaga‐lembaga pelatihan
baik formal, non‐formal maupun organik yang mampu melatih kemampuan manajerial, olah
kreativitas, bahasa asing, pemasaran dan negosiasi bisnis.