63
Pemasaran Business
Matching, Kebebasan
Pers Akademik
Riset Inovatif
Multidisiplin Kurikulum
Berorientasi Kreatif
Entrepreneur ship
Cendekiawan
BISNIS PEMERINTAH
Komunitas Kreatif
Lembaga Pendidikan
Pelatihan Kewirausahaan,
Business Coaching
Mentoring
Insentif Arahan
Edukatif
Iklim Usaha yang kondusif
Skema Pembiayaan
Penghargaan Insan Kreatif
Konservasi
3. Konsumen, investor bahkan entrepreneur. Pemerintah sebagai investor harus dapat
memberdayakan asset negara untuk menjadi produktif dalam lingkup industri kreatif
dan bertanggung jawab terhadap investasi infrastruktur industri. Sebagai konsumen,
pemerintah perlu merevitalisasi kebijakan procurement yang dimiliki, dengan prioritas
penggunaan produk‐produk kreatif. Sebagai entrepreneur, pemerintah secara tidak
langsung memiliki otoritas terhadap badan usaha milik pemerintah BUMN
4. Urban planner. Kreativitas akan tumbuh dengan subur di kota kota yang memiliki iklim
kreatif. Agar pengembangan ekonomi kreatif ini berjalan dengan baik, maka perlu
diciptakan kota‐kota kreatif di Indonesia. Pemerintah memiliki peran sentral dalam
penciptaan kota kreatif creative city, yang mampu mengakumulasi dan
mengkonsentrasikan energi dari individu‐individu kreatif menjadi magnet yang menarik
minat individuperusahaan untuk membuka usaha di Indonesia. Ini bisa terjadi karena
inidividuperusahaan tersebut merasa yakin bisa berinvestasi secara serius jangka
panjang di kota‐kota itu, karena melihat adanya potensi suplai SDM yang
berpengetahuan tinggi yang bersirkulasi aktif di dalam daerah itu. Silicon Valley di San
Jose Amerika, Mumbai, Bangalore di India, Shanghai di Republik Rakyat Tiongkok
RRT adalah kota‐kota yang sudah dijuluki sebagai kota kreatif. Banyak kota‐kota di
Indonesia yang memiliki energi yang cukup untuk dijadikan kandidat kota kreatif.
P
EMAHAMAN
F
AKTOR
P
ENGGERAK
Yang dimaksud dengan faktor penggerak adalah
aspek ‐aspek, kondisi, mekanisme yang dianggap
sebagai variabel utama penentu keberhasilan
pengembangan industri kreatif. Faktor penggerak ini
merupakan faktor
‐faktor penting
untuk membentuk
pondasi dan pilar yang kokoh pada tahun
2015. Faktor penggerak ini secara dominan
akan digerakkan oleh aktor tertentu sehingga
penguatan pondasi dan pilar pada model
pengembangan industri kreatif dapat
tercapai. Keterkaitan antara faktor
penggerak dengan aktor yang berperan
dalam mengembangkan ekonomi
kreatif dapat dilihat dalam
gambar di samping ini.
Penjelasan dari masing‐masing faktor penggerak yang merupakan faktor penting untuk
membentuk pondasi dan pilar yang kokoh pada tahun 2015 adalah sebagai berikut:
1. Kurikulum Berorientasi Kreatif dan Pembentukan Jiwa Kewirausahaan: Kurikulum
yang dimaksudkan disini adalah i kurikulum yang membentuk kompetensi agar
menjadi individu‐individu visioner yang mampu menerima berbagai skenario
Gambar 25 Aktor Utama dan Faktor Penggerak Pengembangan Ekonomi Kreatif
64
tantangan, melihat peluang dan berani mengambil resiko, termasuk melatih kemampuan
mencerna permasalahan dan mengambil keputusan dengan tepat walaupun tanpa
adanya panduan yang cukup; ii kurikulum yang memfasilitasi intensifikasi skill, talenta
dan kreativitas, serta iii kurikulum yang mengandung program yang seimbang antara
hard science dengan soft science seni dan ilmu sosial.
2. Kebebasan Pers Akademik: Adanya kebebasan berpendapat dan mengeluarkan
pikiran di lingkungan masyarakat dan kampus dan. Hal ini akan menciptakan iklim
kritis yang menghasilkan sirkulasi informasi dimedia dan publikasi‐publikasi yang
bermutu. Iklim
yang kritis ini merupakan modal dalam pembangunan intelektual bangsa yang sangat
dibutuhkan dalam membangun basis kreativitas insan Indonesia.
3. Riset Inovatif Multi Disiplin: Riset yang dihasilkan haruslah riset yang market friendly
dan riset yang tidak hanya di dalam pasar mainstream tetapi juga di luar pasar
mainstream new idea yang bersifat multi disipliner yang jelas aplikasinya dimasyarakat.
Kegiatan multi disipliner yang dimaksud adalah integrasi antara ilmu sains dan
teknologi teknik fisika, kimia, matematika,injiniring dengan ilmu artistik seperti
desain, hiburan dan arsitektur. Dengan demikian diharapkan dapat lebih banyak
menghasilkan paten, hakcipta, merek dan desain baru yang bernilai komersial.
4. Lembaga Pendidikan dan Pelatihan: Lembaga pendidikan dan pelatihan dengan bidang
studi kreatif yang cukup dengan sebaran yang merata di seluruh wilayah Indonesia.
Lembaga yang dimaksud adalah pendidikan dasar, pendidikan tinggi dan
pendidikanpelatihan informal. Lembaga‐lembaga pendidikan dan pelatihan diyakini di
berbagai negara sebagai faktor penggerak utama pengembangan kreativitas. Faktor
penggerak ini penting untuk dikembangkan jumlah dan sebarannya di seluruh wilayah
Indonesia.
5. Pemasaran, Business Matching: Pemasaran meliputi aspek ekspansi pasar dengan
menggunaan konsep pencitraan dan komersialisasi serta pengembangan produk dan jasa
yang inovatif yang didukung dengan adanya business matching antara pelaku usaha
sehingga akan terbina jejaring usaha yang solid dan tangguh yang mendukung
pertumbuhan
industri kreatif yang berdaya saing. a. Business
Matching: Kadang‐kadang antara produsen dan konsumen mengalami
hambatan dalam bertemu dan merealisasikan bisnis. Peranan intermediasi dalam
mempertemukan penjual dan pembeli sangat penting dalam memperkuat struktur
pasar dan menciptakan ruang pasar baru.
b. Pencitraan:
Secara sederhana, pencitraan branding adalah penanda atas kepemilikan,
berupa logo, simbol dan kata‐kata. Saat ini pencitraan berkembang menjadi
faktor yang strategis dan kompleks yang diyakini mampu meningkatkan kemampuan
perusahaan untuk bersaing dan menguasai pasar. Pencitraan berupa logo,
merek dan kata‐kata juga dapat diproteksi hakciptanya. Pemahaman yang mendalam
tentang pencitraan akan membantu industri, perusahaan dan wirausahawan
dalam berbisnis.