82
+ Jalur
distribusi fisik seperti pasar modern dan tradisional, galeri, toko dan lain‐ lain
semakin banyak. +
Konektivitas virtual semakin baik seiring dengan membaiknya industri
telekomunikasi. − Jalur
transportasi masih bermasalah ketidakadaan dan kemacetan.
4. Iklim Usaha dan Persaingan
Isu iklim usaha dan persaingan pada industri kreatif umumnya meliputi:
a. Regulasi bahan baku. Isu ini khususnya mengemuka pada subsektor industri kreatif
yang mengandalkan sumber daya alam, seperti penerbitan dan percetakan, fesyen dan
kerajinan. Kelangkaan dan mahalnya biaya bahan baku merupakan isu sentral.
b. Regulasi impor dan ekspor. Isu yang mengemuka adalah lambatnya administrasi ekspor
dan impor, maraknya impor ilegal, proteksi terhadap produk impor subtitusi impor
kemudahan ekspor dan larangan ekspor bahan baku.
c. Prosedur administrasi. Selain administrasi ekspor dan impor di atas, isu yang
mengemuka adalah lama dan mahalnya biaya administrasi perijinan, pengurusan HKI
dan pendirian usaha.
d. Penyelundupan ditengarai menjadi salah satu penyebab kelangkaan‐kelangkaan bahan
baku. e. Pembajakan
dan HKI. Sebagai industri yang kental dengan hak cipta, desain, paten dan merk,
isu pembajakan dan HKI merupakan salah satu isu sentral dalam industri kreatif. f. Pungutan
‐pungutan liar dirasakan mengurangi efisiensi, dan mengurangi akurasi estimasi
perhitungan keuangan. Ekonomi biaya tinggi ditengarai terjadi karena pungutan
‐pungutan ini. g. Persaingan
yang sehat. Isu ini merupakan persoalan yang kompleks untuk dibuktikan kebenarannya.
Isu ini mengemuka terutama di industri televisi dan radio, periklanan dan
industri film, video dan fotografi h. Pajak.
Insentif pajak tax holiday dirasakan oleh beberapa pelaku usaha di industri kreatif sebagai
suatu yang penting, terutama untuk subsektor‐subsektor dengan total keuntungan
yang belum terlalu besar atau untuk para pendobrak‐pendobrak di luar pasar
mainstream yang belum tentu memperoleh keuntungan karena resiko kegagalan agar
produkjasa yang ditawarkan akan dapat diterima oleh pasar high risk. i. Tenaga
kerja. Isu ini mengemuka terutama pada subsektor yang sifatnya padat karya labour
intensive, seperti fesyen, percetakan besar, televisi, dan beberapa perusahaan kerajinan.
Aturan tenaga kerja Indonesia memang bertujuan melindungi tenaga kerja dengan
lebih baik. Labour market flexibility yang merupakan preferensi pengusaha menjadi
terkekang. Pengusaha, pemerintah dan serikat pekerja sudah berusaha duduk bersama
menyempurnakan aturan tenaga kerja, namun konsensus tak kunjung dicapai hingga
kini. j. Kanal
frekuensi. Teknologi transmisi penyiaran yang menggunakan teknologi analog memiliki
keterbatasan kanal frekuensi. Di pihak lain, iklim penyiaran yang semakin
83
kondusif merangsang tumbuhnya perusahaan‐perusahaan penyiaran. Di beberapa
daerah, pertumbuhan jumlah perusahaan penyiaran sudah melampaui kapasitas kanal.
Akhirnya terjadi perebutan kanal. Regulasi yang sesuai harus dilakukan, sebelum
implementasi peralihan ke teknologi digital, yang meniadakan keterbatasan kanal,
dilakukan.
5. Lemahnya Peran Pusat Desain Indonesia dalam Industri
Dari 14 kelompok industri kreatif, peran sentral industri kreatif desain sangat penting.
Seluruh subsektor industri kreatif membutuhkan layanan industri desain. Pusat desain
merupakan suatu yang penting bagi proses pengembangan industri kreatif nasional dan
harus secara intensif menghasilkan desain yang dapat meningkatkan nilai tambah produk
dan jasa b aik industri kreatif ataupun bukan, di Indonesia.
T
EKNOLOGI
T
ECHNOLOGY
Dukungan jenis teknologi terhadap industri kreatif sangat bergantung pada intensitas
sumber daya serta substansi dominan dalam industri tersebut. Hampir seluruh subsektor
industri kreatif ini membutuhkan teknologi informasi sebagai teknologi pendukung dalam
proses kreasi, produksi maupun distribusi atau komersialisasi. Oleh karena itu, Information
Communication Technology ICT merupakan infrastruktur yang vital bagi pengembangan
ekonomi kreatif ini. ICT ini khususnya sangat dibutuhkan dalam subsektor industri kreatif
yang memiliki substansi dominan media, desain dan iptek serta intensitas sumber daya yang
bersifat intangible, seperti: Film, Video, Fotografi, Musik, TV dan Radio, Periklanan,
Penerbitan Percetakan, arsitektur, desain, musik, riset dan pengembangan, permainan
interaktif dan terutama layanan komputer piranti lunak
Pada rantai kreasi, ICT umumnya dibutuhkan untuk memperoleh, menyebarkan, dan
melakukan pertukaran informasi, untuk memperkaya ide kreasi dan pada rantai distribusi
dan komersialisasi, dukungan ICT dibutuhkan dalam proses transaksi dan promosi.
Subsektor Industri kreatif, dimana substansi dominannya adalah seni budaya dan intensitas
sumber dayanya adalah bersifat tangible, seperti fesyen, kerajinan, penerbitan dan
percetakan, selain membutuhkan teknologi ICT sebagai teknologi pendukung, juga
membutuhkan teknologi proses kimia bahan baku serta teknologi yang dibutuhkan pada
proses produksi, misalnya: mesin potong, mesin bubut, mesin gerinda, mesin press, dan
mesin produksi lainnya.
Secara umum, kondisi teknologi pendukung industri kreatif adalah sebagai berikut:
1. Teknologi informasi dan komunikasi sebagai Teknologi Pendukung.
Teknologi informasi dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok besar antara lain: 1
infrastruktur fisik, seperti International Access, Domestic Backbone Inter‐city, Inner‐city
Wireline Connections, Broadband Wireless Access, Mobile Access Network, Convergence IP
Network ,
dan lain‐lain, 2 Layanan pendukung atau koneksi seperti: Mobile Access, Broadband
Fixed Access, Internet Access, Digital Broadcast, dll, serta 3 Piranti lunak sistem operasi,
aplikasi, database, dll dan piranti keras personal computer, laptop, modem, dll.
Beberapa kondisi teknologi informasi dan komunikasi di Indonesia: