Daftar Lembaga Pemerintah Pusat 149
v
D
AFTAR
T
ABEL
Tabel 1 Profil Statistik Ekonomi Industri Kreatif Indonesia
8 Tabel
2 Profil Kontribusi Industri Kreatif di beberapa negara di Dunia 25
Tabel 3 Potensi Pasar 15 Sektor Industri Kreatif 1999, dalam US M
1 Tabel
4 The Anholt Nation Brands Index Q2 2007 32
Tabel 5 Rata‐rata Produktivitas Tenaga Kerja di 14 Subsektor Industri Kreatif
80 Tabel
6 Data Statistik Industri Internet Indonesia 2008 84
Tabel 7 A.T. Kearney Global Service Location Index 2007
85 Tabel
8 TCDC Executive Board 128
Tabel 9 Peran Instansi Pemerintah Singapura Terhadap Seni
133
vi
D
AFTAR
G
AMBAR
Gambar 1 Pergeseran Orientasi Ekonomi Dunia Barat
1 Gambar
2 Nilai PDB 9 Sektor Lapangan Usaha Utama dan Industri Kreatif di Indonesia Tahun 2006 Berdasar
Harga Konstan Tahun 2000 Ribu Rp 9
Gambar 3 Kontribusi PDB Subsektor Industri Kreatif Tahun 2006 Berdasarkan Harga konstan tahun
2000 10
Gambar 4 Pertumbuhan PDB Subsektor Industri Kreatif Tahun 2006
11 Gambar
5 Jumlah Tenaga Kerja Tingkat Partisipasi Tenaga Kerja 9 Sektor Lapangan Usaha Utama dan
Industri Kreatif di Indonesia Tahun 2006 11
Gambar 6 Komposisi Penyerapan Tenaga Kerja Subsektor Industri Kreatif Tahun 2006
12 Gambar
7 Pertumbuhan Penyerapan Tenaga Kerja Sektoral Tahun 2006 12
Gambar 8 Pertumbuhan Penyerapan Tenaga Kerja Subsektor Industri Kreatif Tahun 2006
13 Gambar
9 Produktivitas Tenaga Kerja Sektoral Tahun 2006 13
Gambar 10 Produktivitas Tenaga Kerja Subsektor Industri Kreatif Tahun 2006
14 Gambar
11 Jumlah Perusahaan pada 9 Sektor Lapangan Usaha Utama Tahun 2006 14
Gambar 12 Jumlah Perusahaan Pada Subsektor Industri Kreatif Tahun 2006
15 Gambar
13 Kontribusi Ekspor 10 Komoditi Utama Indonesia Tahun 2006 15
Gambar 14 Kontribusi Ekspor Subsektor Industri Kreatif Tahun 2006
16 Gambar
15 Hirarki Tingkat Kebutuhan Menurut Abraham Maslow 1
Gambar 16 Mengapa Ekonomi Kreatif Perlu dikembangkan?
24 Gambar
17 Kontribusi Sektor Jasa Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Beberapa Negara 28
Gambar 18 Nation Brand Hexagon
1 Gambar
19 Pemanfaatan SDA secara Bijak berbasis Kreativitas 34
Gambar 20 Industri Kreatif dan Pembangunan Berkelanjutan
43 Gambar
21 Model Pengembangan Ekonomi Kreatif 50
Gambar 22 Pola Iteraksi Triple Helix Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia
50 Gambar
23 Menghubungkan kreativitas dan desain kedalam kinerja bisnis 58
Gambar 24 Pemetaan Konseptual Hubungan Seni, Sains, Desain dan RD
60 Gambar
25 Aktor Utama dan Faktor Penggerak Pengembangan Ekonomi Kreatif 50
Gambar 26 Rantai Nilai Generik Industri Kreatif
69 Gambar
27 Klasifikasi 14 Subsektor Industri Kreatif 75
Gambar 28 Matriks Kolaborasi Aktor Utama Untuk Mengembangkan Industri Kreatif
99 Gambar
29 Peta Jalan Pengembangan Ekonomi Kreatif 2025 107
Gambar 30 Tiga Langkah Strategis Mengembangkan Seni dan Budaya Singapura Menuju Renaissance
City 2.0
133 Gambar
31 Langkah Strategis dan Rekomendasi Media 21 Transformasi Singapura Menuju Global Media
City 134
Gambar 32 Konvergensi Institusi Enterprise‐Expertise‐Education Dalam Pengembangan Ekosistem
Desain di Singapura
1
vii
R
INGKASAN
P
ENGEMBANGAN
E
KONOMI
K
REATIF
I
NDONESIA
2025
Industri kreatif adalah bagian tak terpisahkan dari ekonomi kreatif. Republik Indonesia
menyadari bahwa ekonomi kreatif, yang berfokus pada penciptaan barang dan jasa dengan
mengandalkan keahlian, bakat dan kreativitas sebagai kekayaan intelektual, adalah harapan
bagi ekonomi Indonesia untuk bangkit, bersaing dan meraih keunggulan dalam ekonomi
global. Oleh karena itu, buku ini diberi judul Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia
2025, karena tidak hanya menekankan tentang pengembangan 14 kelompok industri kreatif
nasional, melainkan juga pada pengembangan berbagai faktor yang signifikan perannya
dalam ekonomi kreatif, yaitu sumber daya insani, bahan baku berbasis sumber daya alam,
teknologi, tatanan institusi dan lembaga pembiayaan yang menjadi komponen dalam model
pengembangan. Untuk
mengembangkan ekonomi kreatif ini, diyakini bahwa kolaborasi antara berbagai
aktor yang berperan dalam industri kreatif yaitu Cendekiawan Intellectuals
2
, Bisnis
Business dan Pemerintah Government menjadi mutlak dan merupakan prasyarat
mendasar. Tanpa kolaborasi antara elemen I‐B‐G ini, maka dikhawatirkan bahwa
pengembangan ekonomi kreatif tidak berjalan selaras, efisien dan saling tumpang‐tindih.
Hal ini karena setiap aktor memiliki peran yang signifikan, namun juga memerlukan
kontribusi dari aktor lainnya. Bentuk kolaborasi IBG merupakan langkah utama yang perlu
dirumuskan. Hal tersebut dapat dicapai dengan mekanisme koordinasi yang baik atau
melalui
sebuah badan nasional untuk pengembangan ekonomi kreatif yang melibatkan ketiga
aktor tersebut. Mengenai bentuk dan struktur dari badan tersebut perlu disesuaikan dengan
peraturan perundang‐undangan, prosedur dan realitas politik yang ada, dan dapat
berupa badan pemerintah yang dapat diawali dengan pembentukan sebuah tim nasional
timnas atau komite nasional komnas. Kolaborasi ini mungkin dapat diawali dengan
sebuah pilot project dalam suatu sektor atau agenda spesifik. Pengalaman dunia –baik sesama
tetangga negara berkembang maupun negara maju– menunjukkan bahwa sebuah badan
yang lintas aktor, atau paling tidak lintas instansi, seperti di atas berperan penting untuk
akselerasi pengembangan ekonomi kreatif.
Selain itu, kolaborasi di atas akan berperan merealisasikan faktor‐faktor penggerak yang
dapat menggerakkan ekonomi kreatif ke arah pengembangan ekonomi kreatif untuk
mencapai sasaran industri kreatif nasional yang ingin dicapai. Berbagai faktor penggerak
yang ditujukan untuk mencapai sasaran pengembangan industri kreatif nasional sesuai arah
tersebut, akan diterjemahkan dalam rencana kerja yang memuat rencana aksi yang
diperlukan pada lingkup masing‐masing instansi.
Kolaborasi di atas akan berperan di dalam pengembangan 14 subsektor industri kreatif
nasional –Periklanan; Penerbitan dan Percetakan; TV dan Radio; Film, Video dan Fotografi;
Musik; Seni Pertunjukan; Arsitektur; Desain; Fesyen; Kerajinan; Pasar Barang Seni;
Permainan Interaktif; Layanan Komputer dan Piranti Lunak; Penelitian dan Pengembangan–
2
Cendekiawan dapat diartikan sebagai kalangan akademisi maupun para empu di bidangnya
viii
yang
diidentifikasi secara umum memiliki 5 permasalahan utama yang menjadi pokok
perhatian dalam rencana pengembangan industri kreatif untuk pencapaian tahun 2015.
Kelima permasalahan utama tersebut adalah: