Peran asosiasi industri dan ikatan profesi perlu dikembangkan

91

2. Jumlah dan skema pembiayaan bagi Industri Kreatif

Di Indonesia, belum banyak terdapat lembaga keuangan yang menawarkan skema yang sesuai bagi pada pelaku di industri kreatif. Syarat adanya kolateralagunan pada skema kredit konvensional memberatkan para pelaku industri kreatif, dan juga tidak memotivasi para pelaku untuk menciptakan sesuatu yang baru, karena keseluruhan resiko harus ditanggung oleh pelaku usaha. Contoh konkrit misalnya pada subsektor perfilman. Pada subsektor ini, sangat dibutuhkan skema pembiayaan yang toleran terhadap kegagalan, yaitu kemungkinan bahwa film tidak akan laku di pasaran, sehingga seharusnya resiko tidak hanya dibebankan kepada pembuat film tetapi juga didukung oleh lembaga keuangan bersangkutan. Industri kreatif Indonesia mungkin dapat memanfaatkan skema pembiayaan KREDIT USAHA RAKYAT KUR yang telah diluncurkan oleh Presiden RI pada tanggal 5 November 2007 berdasarkan Nota Kesepahaman Bersama MoU antara Pemerintah, Perusahaan Penjaminan, dan Perbankan enam bank yaitu Bank Mandiri, BNI, BTN, BRI, Bank Bukopin, dan Bank Syariah Mandiri pada tanggal 9 Oktober 2007 tentang Penjaminan KreditPembiayaan kepada UMKMKoperasi. Hal ini dilaksanakan sesuai dengan Inpres No. 6 Tahun 2007 tanggal 8 Juni 2007 tentang Kebijakan Percepatan Pengembangan Sektor Riil dan Pemberdayaan UMKM. Tetapi pada kenyataannya, kebijakan ini belum sepenuhnya dapat dilaksanakan dan tersosialiasi dengan baik bagi UMKM ataupun para pelaku usaha yang membutuhkan. Industri kreatif Indonesia juga mungkin dapat memanfaatkan lembaga keuangan yang bukan bank yang juga bisa digunakan yaitu, Penanaman Modal Madani PNM milik BUMN dan KPI milik KADIN. Kedua institusi ini hanya mengambil 1,5 ‐ 2 . Bentuk skema pembiayaan lain yang sesuai dengan industri kreatif ini misalnya: permodalan ventura, angel investor, atau CSR Corporate Social Responsibility. Bentuk skema pembiayaan seperti ini, di Indonesia sangatlah jarang karena merupakan bentuk skema pembiayaan yang beresiko tinggi bagi lembaga keuangan.