II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengembangan Industri dan Agroindustri
Perkembangan industri di Indonesia, sebagaimana juga dibanyak negara berkembang lainnya, terutama di Amerika Latin, Asia Selatan, Asia Timur dan
Asia Tenggara, diawali dengan Strategi Substitusi Impor yang berlangsung mulai akhir dekade 1960-an sampai pertengahan dekade 1980-an Tambunan 2001.
Strategi ini dicirikan antara lain dengan proteksi yang sangat tinggi, ekonomi yang tertutup dan berusaha berdikari dalam sebagian besar kebutuhan S iahaan 2000.
Proteksi yang umum dilakukan pada periode tersebut adalah pengenaan bea masuk yang tinggi untuk impor produk-produk industri manufaktur, pengenaan
tata niaga atas berbagai jenis barang antara lain dalam bentuk larangan impor, kuota dan lisensi impor, dan ketentuan -ketentuan administrasi serta hambatan non
tarif lainnya. Pilihan pada Strategi Substitusi Impor tersebut telah mendorong
diberikannya prioritas pada pengembangan industri berspektrum luas broad- based industry dan industri berbasis teknologi tinggi high-tech industry dengan
bahan baku dan bahan pembantu yang sebagian besar masih diimpor, sedang industri-industri berbasis pertanian agroindustri kurang mendapatkan perhatian.
Strategi Substitusi Impor yang berkepanjangan telah membawa dampak negatif terhadap perkembangan industri di Indonesia. Kebijakan proteksi dan tata
niaga yang berlebihan telah mengakibatkan high cost economy, dan industri di Indonesia tidak didorong untuk kompetitif di pasar dunia dan tidak fokus pada
pengembangan industri dengan keunggulan komparatif yang dimiliki. Melihat pengalaman yang kurang berhasil dengan Strategi Substitusi Impor,
badan-badan dunia Bank Dunia dan IMF menganjurkan agar negara -negara berkembang menerapkan strategi industrialisasi yang berorientasi ekspor yang
dikenal dengan Strategi Promosi Ekspor Tambunan 2001. Menjelang pertengahan dekade 1980-an, Pemerintah secara bertahap mulai melakukan
perubahan strategi industrialisasi dari Strategi Substitusi Impor ke Strategi Promosi Ekspor.
11 Pada era perdagangan bebas saat ini, dimana tidak dimungkinkan lagi
diberikannya berbagai bentuk proteksi dan fasilitas yang selama ini dinikmati oleh industri di Indonesia, dan dihapuskannya hambatan-hambatan perdagangan
internasional, maka industrialisasi perlu dilaksanakan dengan Strategi Promosi Ekspor dengan tujuan meningkatkan daya saing produk Indonesia, baik di pasar
dalam negeri maupun di pasar ekspor. Krisis ekonomi yang melanda kawasan ini yang dimulai menjelang akhir
dekade 1990 -an, memperlihatkan bahwa banyak industri yang telah dibangun di masa lalu dengan Strategi Substitusi Impor, dengan prioritas pada pengembangan
industri berspektrum luas dan industri berbasis teknologi tinggi dengan bahan baku dan bahan pembantu yang sebagian besar masih di impor, kurang memiliki
kemampuan untuk melakukan ekspor karena kurang kompetitif. Di lain pihak terlihat bahwa industri berbasis pertanian agroindustri merupakan sektor yang
mampu mengatasi akibat-akibat negatif dari krisis tersebut karena kandungan lokalnya yang tinggi Saragih 2001.
Berdasarkan pengalaman masa lalu dan antisipasi atas perkembangan masa depan, maka ke depan, Indonesia perlu menjadikan agroindustri sebagai sektor
yang memimpin leading sector dalam strategi pengembangan industri dengan dasar pemikiran sebagai berikut Saragih 2001: 1 Agroindustri memiliki
keterkaitan yang besar, baik ke hulu maupun ke hilir, karena agroindustri yang menggunakan bahan baku hasil pertanian memiliki keterkaitan yang kuat dengan
budidaya pertanian maupun dengan konsumen akhir atau industri lain sehingga menciptakan pengaruh ganda yang besar terhadap kegiatan-kegiatan tersebut. Hal
ini juga akan mempercepat transformasi struktur perekonomian dari pertanian ke industri; 2 Kegiatan agroindustri memiliki basis pada sumber daya alam,
sehingga dengan dukungan sumber daya alam Indonesia yang ada, akan semakin besar kemungkinan untuk memiliki keunggulan komparatif dan keunggulan
kompetitif dalam pasar dunia di samping memiliki pasar domestik yang cukup terjamin; 3 Kegiatan agroindustri umumnya menggunakan input yang dapat
diperbaharui sehingga kelangsungan kegiatan ini dapat lebih terjamin dan tidak menimbulkan masalah pengurasan sumber daya alam; 4 Pasar untuk produk
agroindustri memiliki peluang untuk terus berkembang karena kapasitas pasarnya
12 yang masih cukup besar sehingga memiliki potensi untuk mendorong
pertumbuhan yang tinggi; 5 Kegiatan agroindustri yang memiliki basis di pedesaan dapat menjadi wahana bagi usaha mengatasi kemiskinan dan akan
mengurang i kecenderungan perpindahan tenaga kerja dari desa ke kota; 6 Kegiatan agroindustri di pedesaan akan menghasilkan produk dengan muatan
lokal yang relatif besar sehingga dapat memiliki akar yang lebih kuat pada kegiatan ekonomi desa.
Dengan demikian pengembangan agroindustri tidak hanya ditujukan untuk mengembangkan kegiatan industri itu sendiri, tetapi sekaligus untuk
mengembangkan kegiatan budidaya dan kegiatan lain dalam sistem agribisnis secara keseluruhan, sehingga dapat memberikan pengaruh yang besar bagi
pencapaian berbagai tujuan pembangunan, seperti mengatasi kemiskinan, peningkatan pemerataan, peningkatan ekspor, pelestarian lingkungan dan lain
sebagainya Saragih 2001.
2.2 Klaster Industri 2.2.1 Pendekatan Klaster Industri