dengan pemerintah untuk mendirikan lembaga standardisasi, pengujian dan sertifikasi.
8.3.1 Pengembangan Kelembagaan
Hasil pengolahan data elemen pelaku dengan metode ISM menghasilkan klasifikasi seperti pada Gambar 7.5. Gambar tersebut memperlihatkan bahwa
subelemen Lembaga Keuangan E5, Lembaga Pen didikan dan Pelatihan E6, Lembaga Penelitian dan Pengembangan E7, Lembaga Pengujian, Standardisasi
dan Sertifikasi E8, dan Asosiasi Produsen E9 menempati sektor 3 Linkage. Hal ini menunjukan bahwa diantara subelemen -subelemen ini terdapat keterkaitan
yang kuat. Apabila pada subelemen ini diberi tindakan positif, akan menimbulkan dampak positif pada subelemen lainnya, serta akan memperbesar output yang
dikehendaki. Umpan balik pengaruh yang ditimbulkan oleh subelemn -subelemen ini dapat memperbesar dampak posistif pada output yang dikehendaki melalui
manajemen pengendalian pada subelemen input yang dapat dikendalikan. Karena sistem dirancang dengan menggunakan sistem umpan balik, maka pengaruh
positif akan terjadi secara iteratif dan makin besar. Dis amping subelemen - subelemen ini memiliki keterkaitan yang kuat, subelemen-subelemen ini juga
memiliki daya dorong yang besar dengan nilai Driver Power = 8. Hal ini memberi pengertian bahwa subelemen lembaga-lembaga ini, disamping saling terkait, juga
secara potensial memiliki kekuatan yang besar untuk mendorong tercapainya tujuan pengembangan klaster agroindustri. Untuk itu, agar subelemen -subelemen
ini dapat berperan secara optimal dalam mencapai tujuan pengembangan klaster agroindustri,
diperlukan pengembangan kelembagaan, pengembangan infrastruktur, pengembangan sumber daya manusia dan pengembangan pasar.
Hasil klasifikasi subelemen pada elemen pelaku atau institusi terlihat bahwa subelemen Lembaga Keuangan, Lembaga Pendidikan dan Pelatihan, Lembaga
Penelitian dan Pengembangan, Lembaga Pengujian, Standardisasi dan Sertifikasi, dan Asosiasi Produsen termasuk perubah pengkait dari sistem. Setiap tindakan
positif pada pelaku atau institusi tersebut akan memberikan keberhasilan program pengembangan klaster agroindustri, sedangkan lemahnya perhatian terhadap
pelaku atau institusi tersebut akan menyebabkan kegagalan program pengembangan klaster agroindustri.
Lembaga keuangan melalui fungsi intermediasinya dapat memberikan modal usaha kepada para pelaku industri. Dengan adanya modal, pelaku usaha
dapat meningkatkan kapasitas produksi, baik melalui penambahan investasi pada peralatan produksinya maupun melalui penambahan input produksi sehingga
produktivitas usaha meningkat. Penambahan peralatan dan input produksi berdampak pada peningkatan volume penjualan dan kebutuhan tenaga kerja.
Peningkatan volume penjualan akan meningkatkan keuntungan perusahaan yang pada akhirnya akan meningkatkan deviden bagi para pemegang saham dan
meningkatkan investasi. Peningkatan kebutuhan tenaga kerja akan memperluas kesempatan kerja yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat dan meningkatkan penerimaan pajak negara. Peran yang demikian besar dari lembaga keuangan terhadap pengembangan ekonomi bangsa tersebut
memerlukan berbagai kebijakan perbankan sehingga mudah diakses dengan tidak melepaskan prinsip kehati-hatian.
Lembaga pendidikan dan pelatihan melalui fungsinya dapat meningkatkan pengetahuan dan teknologi para pelaku usaha. Peningkatan pengetahuan dan
teknologi akan meningkatkan kemampuan inovasi pelaku sehingga produk yang dihasilkan semakin berkualitas, beragam dan berbiaya rendah. Dengan demikian
daya saing meningkat dan keuntungan yang didapat juga meningkat yang pada akhirnya kesejahteraan masyarakat meningkat dan pendapatan daerah juga
meningkat. Lembaga Penelitian dan Pengembangan melalui fungsinya dapat
mengembangkan produk baru, proses produksi yang lebih efisien dan penggunaan bahan baku alternatif. Dengan dikembangkannya produk baru, akan mencip takan
rantai nilai baru, akibatnya tumbuh usaha-usaha baru, kesempatan kerja makin luas dan kesejahteraan masyarakat semakin meningkat. Munculnya usaha-usaha
baru akan meningkatkan pemanfaatan sumber daya alam daerah, sehingga pendapatan daerah juga semakin meningkat.
Lembaga Pengujian, Standardisasi dan Sertifikasi mempunyai fungsi untuk memberikan jaminan bahwa produk yang dihasilkan mempunyai karakteristik
sesuai dengan spesifikasi seperti yang tercantum dalam label. Dengan adanya spesikasi ini konsumen akan lebih mudah mencocokan antara kebutuhan dengan
persediaan. Di samping itu, produk yang standard memungkinkan penggunaan yang lebih luas, lebih mudah dan tidak beragam. Akibatnya volume penjualan
meningkat, harga jual meningkat yang pada akhirnya keu ntungan juga meningkat dan pasar pun semakin luas. Adanya pengujian juga memungkinkan adanya
proses sertifikasi terhadap produk-produk yang diuji. Hal ini akan memberi informasi kepada konsumen bahwa produk tersebut mempunyai kualitas seperti
yang tercantum dalam spesifikasi produknya. Asosiasi Produsen dapat berperan sebagai penghimpun para produsen.
Himpunan produsen yang besar akan meningkatkan posisi tawar bagi para produsen. Posisi tawar yang tinggi memungkinkan untuk memperoleh keuntungan
yang besar. Keberadaan asosiasi produsen akan meningkatkan keterkaitan diantara produsen. Hal ini memungkinkan terjadinya transfer teknologi dan pengetahuan.
Akibatnya kemampuan sumber daya manusia mengelola bisnisnya meningkat. Peningkatan kemampuan sumber daya manusia akan mendorong peningkatan
berinovasi dan produktivitas usaha. Hasil pengolahan data tingkat kepentingan peran pemerintah dalam
mencapai tujuan menunjukkan bahwa melakukan koordinasi antar instansi yang terkait, membangun komunikasi dan mendorong terbentuknya kerjasama antar
anggota adalah sangat penting. Untuk menjalankan peran tersebut, pemerintah perlu membentuk lembaga atau forum yang dapat berfungsi untuk melakukan
koordinasi, komunikasi dan kerjasama. Pembentukan Lembaga atau Forum ini harus mendapat dukungan dari para stakeholders, jika tidak lembaga ini tidak
dapat berfungsi sebagai mana mestinya. Untuk itu perlu disusun aturan yang mengatur tentang hak dan kewajiban, wewenang serta mekanisme hubungan
diantara anggotanya. Hasil analisa pada subelemen pelaku atau institusi yaitu Lembaga
Keuangan, Lembaga Pendidikan dan Pelatihan, Lembaga Penelitian dan Pengembangan, Lembaga Pengujian, Standardisasi dan Sertifikasi, dan Asosiasi
Produsen di atas, memperlihatkan bahwa meskipun subelemen -subelem en tersebut memiliki aktivitas yang saling berkaitan, namun masing-masing
subelemen pelaku atau institusi mempunyai fungsi yang berlainan. Perbedaan fungsi ini harus dipertimbangkan dalam merancang sistem kelembagaan, karena
dapat mengakibatkan sistem kele mbagaan yang dirancang menjadi tidak efektif sebagai akibat dari perbedaan fungsi masing-masing pelaku atau institusi yang
tidak terakomodasi secara baik. Bentuk struktur kelembagaan sudah banyak dikembangkan diantaranya
adalah lini, dimana karakteristik dari struktur lini adalah bahwa diantara anggota terletak dalam satu garis vertikal dan bertingkat, dimana tingkat diatasnya
merupakan atasan dari tingkat dibawahnya. Bentuk lain adalah staf yang memiliki karakterisitik hampir sama dengan lini, hanya perbedaannya adalah penambahan
beberapa spesialis dengan tujuan untuk membebaskan pimpinan puncak dari beberapa bebannya.
Bentuk struktur jaringan kerja merupakan desain organisasi baru yang sedang populer. Bentuk ini memberikan fleksibilitas yang cukup bes ar kepada
manajemen dalam menanggapi perubahan. Bentuk ini juga sesuai untuk perusahaan -perusahaan yang operasi manufakturnya membutuhkan perusahaan -
perusahaan lain yang lokasinya tersebar. Desain struktur jaringan kerja network structure adalah sebuah organisasi sentral yang menyandarkan diri pada
organisasi lain untuk melakukan aktivitas logistik, produksi, distribusi, pemasaran atau fungsi-fungsi bisnis penting lainnya atas dasar perjanjian kerjasama.
Merujuk karakteristik bentuk organisasi dengan struktur jaringan di atas dan hasil analisa pelaku atau institusi yang terlibat dalam pengembangan klaster
agroindustri, maka struktur kelembagaan yang cocok untuk pengembangan klaster agroindustri adalah struktur jaringan, karena struktur ini memberi indep endensi
pada anggotanya untuk melakukan aktivitas bisnis sesuai dengan perusahaannya atau institusinya dan fleksibilitas untuk melakukan kerjasama dengan institusi lain
dalam melakukan kegiatan pengadaan, produksi, penyimpanan, distribusi, pemasaran, serta fungsi-fungsi usaha lain berdasarkan kerjasama yang saling
menguntungkan. Pengembangan klaster agroindustri dengan struktur jaringan di daerah agar
efektif memerlukan Lembaga Pengembangan Klaster Agroindustri Kabupaten. Lembaga ini merupakan forum komunikasi untuk melakukan fungsi koordinasi,
fasilitasi dan pengawasan yang terkait dengan semua kegiatan untuk mengembangkan klaster agroindustri agar terdapat bekerjasama yang sinergis.
Lembaga ini terdiri dari unsur pemerintah dan unsur dunia usaha, lembaga keuangan, lembaga pendidikan dan pelatihan, lembaga penelitian dan
pengembangan, lembaga pengujian, standardisasi dan sertifikasi, asosiasi produsen dan eksportir dan dipimpin secara bersama oleh unsur pemerintah dan
unsur dunia usaha. Fungsi koordinasi dilakukan untuk menjamin bahwa aktivitas yang dilakukan oleh masing-masing anggota dapat berjalan dengan saling
melengkapi, menguatkan dan menguntungkan. Fungsi fasilitasi dilakukan untuk menjamin bahwa aktivitas yang dijalankan anggota dapat dilaksanakan dengan
sebaik mungkin dan fungsi pengawasan dilakukan untuk menjamin bahwa aktivitas yang dilakukan oleh masing-masing anggota dapat berjalan dengan baik.
Lembaga ini membawahi unit yang berfungsi merumuskan strategi dan fasilitasi untuk klaster agroindustri yang akan dikembangkan, yang dipimpin oleh seorang
Koordinator. Unit ini harus memiliki kemampuan yang tinggi sehingga dipercaya dan dipandang oleh anggota klaster. Demikian pula Koordinator yang memimpin
unit ini haruslah seorang wakil dunia usaha yang mempunyai kemampuan tinggi sehingga dipercaya oleh anggota klaster. Ia harus dapat meyakinkan anggota
klaster untuk mengimplementasikan strategi yang telah ditetapkan. Bersama Pemerintah dan dunia usaha ia harus mampu melahirkan suatu Visi yang menjadi
pegangan dan landasan kerja semua anggota klaster. Dari uraian di atas maka model kelembagaan klaster agroindustri unggulan menggunakan kompetensi inti
di daerah yang dirancang adalah tersaji pada Gambar 8.3. Keterkaitan hubungan aktivitas antara satu pelaku atau institusi dengan
pelaku atau institusi lainnya pada model rancangan dapat berupa aliran informasi atau materi. Keterkaitan materi dapat berupa produk, teknologi, permodalan atau
peralatan. Keterkaitan ini dimaksudkan untuk meningkatkan produktivitas, menumbuhkan inovasi dan meningkatkan daya saing produk agroindustri yang
dikembangkan melalui pendekatan klaster. Namun demikian, struktur jaringan kerja tidak mempunyai kontrol yang
ketat terhadap organisasi yang menjadi mitranya dalam melaksanakan kegiatan bisnis, seperti kepastian mengenai pasokan bahan baku. Di samping itu kelemahan
struktur jaringan kerja juga tidak bisa menjaga secara ketat inovasi-inovasi yang berada di bawah pimpinan manajemen klaster untuk tidak menyebar ke organisasi
lain. Akan tetapi, dengan kemajuan teknologi informasi yang begitu canggih yaitu mampu melakukan komunikasi secara on-line melalui jaringan internet, maka
struktur jaringan kerja menjadi alternatif yang sangat menarik untuk dikembangkan.
Gambar 8.3 Model Kelembagaan Klaster Agroindustri Unggulan Daerah Keterangan :
Aliran informasi Aliran materi
8.3.2 Pengembangan Infrastruktur