V. ANALISA SISTEM
5.1 Agroindustri Nasional Saat Ini
Kebijakan pembangunan industri nasional yang disusun oleh Departemen Perindustrian 2005 dalam rangka mewujudkan visi: Indonesia
menjadi Negara Industri Maju Baru Tahun 2005, antara lain menggariskan bahwa dalam jangka menengah peningkatan daya saing industri dilakukan
dengan membangun dan mengembangkan klaster-klaster industri prioritas, sedangkan dalam jangka panjang lebih dititik beratkan pada pengintegrasian
pendekatan klaster dengan upaya untuk mengelola permintaan dan membangun kompetensi inti pada setiap klaster. Dalam kebijakan tersebut
ditetapkan pula bahwa industri berbasis agro merupakan salah satu industri yang diprioritaskan pengembangannya dimasa yang akan datang, di samping
industri alat angkut dan industri telematika peralatan telekomunikasi dan teknologi informasi. Kinerja sektor-sektor
agroindustri dan industri pengolahan lainnya di Indonesia untuk tahun 2003 dan 2004 disajikan pada
Tabel 5.1 Departemen Perindustrian 2005. Tabel 5.1 Kinerja Sektor-Sektor Industri Nasional, Tahun 2003-2004
Harga Konstan Tahun 2000
Pertumbuhan Kontribusi
terhadap PDB Sektor
2003 2004
2003 2004
a. Makanan, Minuman dan Tembakau b. Tekstil Barang Kulit dan Alas Kaki
c. Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya
d. Kertas dan Barang Cetakan e. Pupuk, Kimia dan Barang dari
Karet f. Semen dan Barang Galian Bukan
Logam g. Logam Dasar Besi dan Baja
h. Alat Angkut, Mesin dan Peralatan i.
Barang Lainnya 3,69
6,18 1,19
8,41 10,71
7,60 -7,98
8,88 17,73
1,66 4,23
-2,01 7,73
9,14 9,56
-2,68 17,65
15,12 7,45
3,63 1,62
1,17 4,21
1,09 0,65
7,34 0,23
6,90 3,38
1,36
1,30 4,15
1,04 0,71
5,52 0,20
Sumber : Departemen Perindustrian 2005
Dari tabel yang disajikan di atas dapat dilihat bahwa baik pertumbuhan maupun kontribusi terhadap PDB berbagai sektor agroindustri dalam tahun
2004 mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun 2003. Pertumbuhan sektor Makanan, Minuman dan Tembakau turun dari 3,69 menjadi 1,66,
sektor Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki turun 6,18 menjadi 4,23, sektor Barang Kayu Hasil Hutan lainnya turun dari 1,19 menjadi -2,01,
Kertas dan Barang Cetakan turun dari 8,41 menjadi 7,73. Kontribusi terhadap PDB sektor Makanan, Minuman dan Tembakau turun dari 7,45
menjadi 6,90, sektor Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki turun dari 3,63 men jadi 3,63, sektor Barang Kayu dan Hasil Hutan lainnya turun dari1,62
menjadi 1,36, Kertas dan Barang Cetakan naik sedikit dari 1,17 menjadi 1,30.
Sementara itu struktur industri nasional non-migas selama kurun waktu 2000–2004 adalah sebagaimana yang disajikan pada Tabel 5.2 Departemen
Perindustrian 2005. Tabel 5.2 Struktur Industri Nasional Non-Migas, Tahun 2000 - 2004
No. Sektor Industri
2000 2001 2002 2003 2004
1. Makanan, Minuman dan Tembakau
33,8 29,1
30,1 29,9
28,1 2.
Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki
13,2 12,9
14,4 14,8
13,8 3.
Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya
6,1 7,1
6,1 6,0
5,6 4.
Kertas dan Barang Cetakan 6,0
4,4 4,8
5,2 5,3
5. Pupuk, Kimia dan Barang dari
Karet 12,9
16,0 15,2
16,5 16,9
6. Semen dan Barang Galian bukan
Logam 3,0
3,8 3,9
4,2 4,2
7. Logam Dasar, Besi dan Baja
2,7 2,8
2,9 2,6
2,9 8.
Alat Angkut, Mesin dan Peralatannya
20,7 23,1
21,7 20,0
22,5 9.
Barang Lainnya 0,8
0,9 0,9
0,8 0,8
Total 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0
Sumber : Badan Pusat Statistik BPS, diolah.
Dapat dilihat dari Tabel 5.2 bahwa kontribusi agroindustri makanan, minuman dan tembakau dalam industri nasional menurun dari 33,8 pada
tahun 2000 menjadi 28,1 pada tahun 2004, barang kayu dan hasil hutan lainnya turun dari 6,1 pada tahun 2000 menjadi 5,6 pada tahun 2004, dan
kertas dan barang cetakan turun dari 6,1 pada tahun 2000 menjadi 5,3 pada tahun 2004. Tekstil, barang kulit dan alas kaki mengalami sedikit
peningkatan dari 13,2 pada tahun 2000 menjadi 13,8 pada tahun 2004. Dari kedua tabel yang disajikan di atas dapat dilihat bahwa telah terjadi
penurunan peran sektor agroindustri dalam industri nasional yang cukup signifikan, sehingga perlu dilakukan upaya-upaya untuk meningkatkan tingkat
pertumbuhan sektor-sektor agroindustri sehingga peranannya dalam struktur industri nasional dapat ditingkatkan. Selanjutnya Kebijakan Industri Nasional
2005 menggariskan pula bahwa untuk menghadapi p ermasalahan yang mendesak yaitu: penyerapan tenaga kerja, pemenuhan kebutuhan dasar dalam
negeri, pengolahan hasil pertanian dalam arti luas, maka fokus pembangunan industri dalam lima tahun kedepan adalah penguatan dan penumbuhan klaster-
klaster industri inti, yaitu: 1 Industri makanan dan minuman; 2 Industri pengo lahan hasil laut; 3 Industri tekstil dan produk tekstil; 4 Industri alas
kaki; 5 Industri kelapa sawit; 6 Industri barang kayu termasuk rotan dan bambu; 7 Industri karet dan barang dari karet; 8 Industri pulp dan kertas; 9
Industri mesin dan peralatan listrik; dan 10 Industri petrokimia.
5.2 Agroindustri di Kabupaten Bogor