Kerangka Pemikiran Konseptual METODOLOGI

IV. METODOLOGI

4.1 Kerangka Pemikiran Konseptual

Pendekatan klaster industri telah ditetapkan sebagai strategi pengembangan industri nasional dalam Undang-undang Program Pembangunan Nasional Tahun 2000-2004 Propenas, dan penjabarannya dalam subbab 4.2 menyatakan bahwa kegiatan pokok yang dilakukan adalah perumusan strategi peningkatan daya saing global dengan prioritas pada klaster industri berbasis sumber daya alam. Penetapan pendekatan klaster sebagai strategi pengembangan industri nasional sejalan den gan kecenderungan dibanyak negara industri maju yang telah memilih pendekatan klaster industri guna meningkatkan daya saing dalam rangka menghadapi era globalisasi. Sementara itu Undang -undang tentang Pemerintahan Daerah Tahun 1999 dalam Pasal 10 ayat 1 menetapkan bahwa Daerah dalam hal ini: Kabupaten berwenang mengelola sumber daya nasional yang tersedia di wilayahnya masing-masing. Oleh karena itu berbagai daerah otonom yang memiliki potensi sumber daya alam perlu menyusun strategi pengembangan klaster agroindustri dengan memperhatikan potensi agroindustri dan kompetensi inti yang dimiliki daerah untuk mendukung agroindustri tersebut. Klaster agroindustri ini diharapkan dapat mengolah sumber daya alam menjadi produk agroindustri bernilai tambah tinggi yang dapat dijual di pasar dalam negeri dan luar negeri sehingga dapat menjadi penggerak pertumbuhan ekonomi setempat. Strategi pengembangan tersebut harus berlandaskan perhitungan-perhitungan yang realistis dengan memperhatikan kompetensi inti daerah otonom dan potensi kelompok agroindustri yang ada, serta kapasitas dan kemampuan wilayah untuk mengimplementasikan rencana, kebijakan, dan program di bawah suatu kordinasi. Pendekatan klaster industri akan menentukan dan menuntut peranan yang baru dari Pemerintah dan Pemerintah Daerah, institusi terkait lainnya dan perusahaan -perusahaan dalam klaster industri. Disamping kebijakan-kebijakan makro ekonomi untuk membantu peningkatan daya saing, diperlukan pula peranan dan pengaruh Pemerintah pada level mikro. Peranan dan pengaruh Pemerintah untuk menghilangkan hambatan yang mengganggu pertumbuhan 81 klaster industri dan peningkatan kemampuan dari klaster yang sedang bertumbuh merupakan hal yang perlu diprioritaskan. Pendekatan klaster industri diharapkan akan memberikan tambahan lapangan kerja, peningkatan pendapatan daerah, peningkatan produktivitas, peningkatan ekspor, tumbuhnya usaha-usaha baru dan berkembangnya inovasi yang akan membantu terwujudnya masyarakat yang dicita-citakan yaitu masyarakat berdaya saing, sejahtera dan maju. Dengan banyaknya pelaku yang terlibat dengan kepentingan yang beragam maka diperlukan pendekatan sistem yang selalu mencari keterpaduan antar bagian. Dengan pemikiran ini, maka pola pikir konseptual model strategi pengembangan klaster agro industri pada daerah otonom disajikan dalam Gambar 4.1 : Gambar 4.1 Kerangka Pemikiran Konseptual Strategi Pengembangan Klaster Agroindustri Unggulan Menggunakan Kompetensi Inti Daerah Propenas UU No.252000 Otonomi Daerah UU No.221999 Arah Kebijakan a.l : - Industri Berbagai Keunggulan Sumber Daya Alam - Pendekatan Klaster Industri Kewenangan Pengelolaan Sumber Daya Daerah Trend di Negara Industri Maju Strategi Pengembangan Klaster Agroindustri Unggulan Menggunakan Kompetensi Inti Daerah Hasil yang diharapkan : - Penambahan lapangan kerja - Peningkatan pendapatan daerah - Peningkatan produktivitas - Peningkatan ekspor - Tumbuhnya usaha- usaha baru - Berkembangnya inovasi Tujuan pembangunan : - Masyarakat berdaya saing dan berdaya tahan - Masyarakat sejahtera - Masyarakat Maju Potensi Agroindustri Daerah Pengembangan Industri dengan Pendekatan Klaster Pengembangan Agroindustri Menggunakan Kompetensi Inti 82 Penyusunan model strategi pengembangan klaster agroindustri di daerah otonom dilakukan dengan mengacu pada model manajemen yang diperkenalkan oleh Hamel dan Prahalad 1994. Model Hamel dan Prahalad ini terdiri dari 3 komponen dasar untuk penyusunan suatu strategi Roberts dan Stimson 1998, yaitu : 1 Identifikasi dan pengembangan kompetensi inti. 2 Mendefinisikan “strategic architecture”. 3 Menetapkan “strategic intent”. Kompetensi inti adalah kombinasi dari teknologi, keterampilan, pemanfaatan sumber daya dan manajemen, yang apabila dikombinasikan dengan cara-cara tertentu akan membuat suatu perusahaan atau wilayah mampu menghasilkan barang dan jasa yang memiliki daya saing untuk pasar ekspor dan domestik. Strategic architecture menjelaskan mengenai cara-cara untuk memanfaatkan kompetensi inti, memobilisasi sumber daya dan menciptakan pasar untuk mencapai tujuan, sedang Strategic intent menguraikan hal-hal yang ingin dicapai Roberts Stimson 1998. Penelitian ini akan mengidentifikasi kompetensi inti daerah dan kelompok- kelompok agroindustri yang ada di daerah tersebut, dan sebagai strategic architecture-nya adalah pendekatan klaster agroindustri menggunakan kompetensi inti. Sebagai Strategic intent-nya adalah klaster agroindustri yang dapat: 1 Meningkatkan pendapatan Pemerintah Daerah; 2 Memperluas lapangan kerja dan pembentukan usaha baru; 3 Memperluas pasar domestik dan ekspor; 4 Meningkatkan produktivitas usaha. Dalam merumuskan kebijakan pengembangannya, klaster agroindustri harus dilihat sebagai suatu sistem karena ia merupakan suatu kesatuan atau gugus yang utuh, yang memiliki kompleksitas permasalahan yang tinggi. Kompleksitas yang tinggi timbul dari banyaknya pihak yang terkait, yang memiliki kepentingan - kepentingan dan tujuan berbeda yang mungkin berbenturan. Pendekatan sistem diperlukan untuk mendapatkan kebijakan strategi pengembangan yang menyeluruh, efektif dan berkelanjutan. 83

4.2 Tahapan Penelitian