Praktis Belajar Biologi untuk Kelas XI
216
dengan sel limfosit B dan menginduksi dengan bantuan hormon interleukin sel limfosit B untuk membelah dan berdiferensiasi menjadi sel memori dan
sel plasma. Sel plasma akan menyekresikan antibodi. Antibodi yang disekresikan sel plasma akan berikatan dengan antigen
mikroba, untuk kemudian dapat dikenali oleh makrofag dan dicerna. Fenomena ini disebut opsonic adherence Opsin adalah istilah yang berarti
bersiap untuk makan atau opsonisasi. Proses ini pada dasarnya adalah mekanisme penandaan sel mikroba pelumpuh antigen dengan antibodi.
Sel T sitotoksik juga dapat aktif membelah dan berdiferensiasi dengan bantuan hormon interleukin yang disekresikan dari sel T penolong. Sel
sitotoksik mengenali sel-sel asing atau sel yang terinfeksi virus di dalam tubuh, kemudian menguraikan membran selnya dengan protein yang dihasilkannya.
Hal ini sangat penting, karena antibodi tidak dapat menyerang patogen yang telah menginfeksi sel tubuh.
Sistem kekebalan tubuh dapat tidak berfungsi jika sistem ini bereaksi dengan molekul asing dengan berlebihan. Beberapa contoh di antaranya
alergi, autoimunitas, dan AIDS.
1. Alergi
Reaksi alergi juga disebut anaphylaxis atau sensitivitas berlebihan
terhadap suatu hal. Anda mungkin pernah merasakan hal ini. Sebagian orang alergi terhadap bulu, debu, makanan laut, gigitan serangga, polen serbuk
sari dan lain sebagainya. Bentuk reaksinya bisa bermacam-macam, dari mulai bersin, gatal-gatal, pusing, muntah dan diare, bahkan hingga kesulitan
bernapas dan kematian Gambar 11.15.
E Kelainan Sistem Kekebalan Tubuh
a b
c
Sumber: Biology: The Unity and Diver sity of Life, 1995; Biology For ou, 2002
Kerjakanlah di dalam buku latihan Anda. 1.
Jelaskan secara singkat oleh Anda mekanisme pertahanan tubuh terhadap luka.
2. Apa fungsi sel T penolong pada kekebalan tubuh?
Soal Penguasaan
Materi
11.4
Gambar 11.15
a dan b Polen dapat menyebabkan alergi.
c Bersin merupakan reaksi alergi terhadap suatu benda
asing yang masuk ke dalam tubuh kita.
Reaksi alergi pertama kali ditemukan pada tahun 1902 oleh Paul Portier dan Charles Richet, ketika mereka menyuntikkan protein dari anemon pada
seekor anjing. Ketika mereka menyuntikkan protein yang sama dengan dosis yang lebih banyak, anjing percobaan mereka menunjukkan gejala anaphylaxis
hipersensitif terhadap antigen, hingga akhirnya mati.
Pada awalnya, tidak ada tanda-tanda penolakan apapun pada tubuh ketika protein asing masuk ke dalam tubuh. Pada tahap ini tubuh mengembangkan
imunoglobin biasanya dari kelas IgE. Ketika protein dari jenis yang sama memasuki tubuh untuk ke dua kalinya, IgE bereaksi dengan berikatan pada
antigen pada permukaan membran mast cell.
Sistem Pertahanan Tubuh
217
Reaksi ini mendorong mast cell menyekresikan histamin. Histamin dalam jumlah besar inilah yang menyebabkan berbagai reaksi alergi. Misalnya saja
jika reaksi alergi terjadi pada saluran pernapasan, histamin akan ditangkap oleh sel-sel otot polos pada rongga pernapasan, yang diikuti dengan
berkontraksinya otot-otot tersebut sehingga terjadi penyempitan saluran pernapasan. Histamin juga mengakibatkan vasodilatasi, kapiler darah
menjadi lebih permeabel, dan tekanan darah turun. Hal ini mengakibatkan jaringan membengkak.
2. Autoimunitas
Autoimunitas merupakan suatu keadaan sistem kekebalan tubuh membentuk antibodi untuk menyerang sel tubuh yang lain, memper-
lakukannya seolah-olah bukan bagian dari tubuh. Sel limfosit T, karena suatu hal menyerang sel tubuh sendiri.
Kemungkinan penyebab abnormalitas ini bermacam-macam. Beberapa kemungkinan ditemukan. Di antaranya adalah infeksi virus pada masa pra
natal sebelum lahir yang menyerang sistem kekebalan tubuh. Kemungkinan lainnya adalah ketidakmatangan immature sel-sel yang memproses limfosit
T di kelenjar thymus.
Pada percobaan tikus yang menderita autoimunitas, ditemukan bahwa sel yang tidak matang tersebut, mengalami mutasi. Namun, hal ini belum
diketahui apakah terjadi pula pada manusia. Banyak jenis abnormalitas yang menyangkut autoimunitas ini. Beberapa
di antaranya adalah: a.
Myasthenia gravis , yaitu antibodi menyerang otot lurik. Hal ini
menyebabkan degradasi otot, dan berkurangnya kemampuan otot untuk menangkap asetilkolin, zat yang dilepaskan oleh saraf yang memicu
kontraksi otot. Contohnya jika terjadi pada mata, pandangan atau posisi mata menjadi tidak simetris Gambar 11.16.
b. Lupus erythematosus
, yaitu antibodi menyerang sel-sel tubuh yang lain secara umum sebagai sel asing. Penyakit ini sangat sulit dikenali karena
gejalanya sangat umum. Ketika kondisi lingkungan berubah dan kondisi tubuh melemah, maka serangan antibodi meningkat Gambar 11.17.
c. Addison’s disease
, yaitu antibodi menyerang kelenjar adrenalin. Pertama kali ditemukan seorang dokter Inggris bernama Thomas
Addison, tahun 1855. Penyakit ini bisa disebabkan karena infeksi pada kelenjar adrenalin. Namun ditemukan juga sebab yang lain, yaitu
antibodi menyerang sel-sel yang menghasilkan hormon adrenalin. Akibat yang ditimbulkan di antaranya mudah merasa lelah, kehilangan berat
badan, tekanan, darah rendah, kadar gula darah yang rendah, rasa perasaan tertekan, dan peningkatan pigmentasi kulit.
d. Multiple sclerosis, yaitu antibodi menyerang jaringan saraf di otak dan
tulang belakang. Bagian saraf yang diserang adalah seludang mielin, yang melapisi sel saraf dan berperan dalam menghantarkan informasi.
Kerusakan mielin ini menyebabkan berbagai gejala, dari mulai gangguan penglihatan, stres, pusing, dan lain-lain.
Sumber: www.oftalmo.com
Gambar 11.17
Penyakit lupus pada bagian wajah.
Sumber: healthgate.partners.org
Ruam kemerahan
Gambar 11.16
Myasthenia gravis pada mata.
Carilah artikel-artikel mengenai alergi. Anda dapat mencari artikel tersebut melalui surat kabar atau internet. Kemudian, buatlah suatu kesimpulan dari artikel-artikel
yang Anda kumpulkan tersebut. Diskusikanlah mengenai penyebab dan cara pencegahannya.
Tugas Ilmiah 11.1