Praktis Belajar Biologi untuk Kelas XI
210
limfatik akan membesar diameternya. Setelah itu, berkembang biak dan berdiferensiasi menjadi beberapa sub populasi. Sub populasi tersebut, antara
lain sel T sitotoksik cytotoxic T cell, sel T penolong helper T cell, sel T supressor
supressor T cell, dan sel T memori memory T cell.
Tugas utama imunitas seluler adalah untuk menghancurkan sel tubuh yang telah terinfeksi patogen, misalnya oleh bakteri atau virus. Bakteri atau
virus yang telah menyerang sel tubuh akan memperbanyak diri dalam sel tubuh tersebut. Hal ini tidak dapat dilakukan oleh antibodi tubuh.
Sebenarnya hanya sel T sitotoksik saja yang dapat menghancurkan sel yang terinfeksi. Sel yang terinfeksi memiliki antigen asing milik virus atau
bakteri yang menyerangnya. Sel T sitotoksik membawa reseptor yang dapat berikatan dengan antigen sel terinfeksi. Setelah berikatan dengan sel yang
terinfeksi, sel T sitotoksik menghasilkan protein perforin yang dapat melubangi membran sel terinfeksi. Dengan adanya lubang, enzim sel T dapat
masuk dan menyebabkan kematian pada sel terinfeksi beserta patogen yang menyerangnya Gambar 11.7.
3. Respons Kekebalan Tubuh
Respons kekebalan tubuh dan memori imunologis terhadap suatu
patogen atau antigen dapat dibedakan atas respons primer dan respons sekunder
. Respons primer merupakan respons kekebalan tubuh yang pertama kali terjadi ketika suatu antigen tertentu memasuki tubuh. Respons
sekunder merupakan respons kekebalan tubuh ketika antigen yang sama menyerang tubuh kembali untuk kedua kalinya.
Ketika antigen pertama kali memasuki tubuh, respons sistem kekebalan tubuh tidak terjadi secara langsung. Diperlukan beberapa hari bagi sel limfosit
untuk dapat aktif. Ketika banyak sel limfosit B terbentuk, konsentrasi antibodi dalam tubuh mulai terlihat Gambar 11.8.
Selama keterlambatan ini, individu yang terinfeksi akan sakit contohnya demam. Konsentrasi antibodi mencapai puncak setelah sekitar 2 minggu dari
awal infeksi. Saat konsentrasi antibodi dalam darah dan sistem limfatik naik, gejala sakit akan berkurang dan hilang. Setelah itu, pembentukan antibodi
menurun dan individu tersebut sembuh.
Proteon perforin Protein
perforin Sel
terinfeksi Sel T
sitotoksik Antigen
Membuat lubang
Enzim sel T sitotoksin
Sel terinfeksi hancur
Sumber: Biology Concepts
Connections, 2006
Gambar 11.7
Cara sel T sitotosik menghancurkan sel terinfeksi.
Sumber: Biology: Concepts Connections, 2006
Infeksi kedua kali oleh antigen x
Respons sekunder Infeksi pertama kali
oleh antigen x Respons primer
Konsentrasi antibodi
7 1 4
2 1 2 8
3 5 4 2
4 9 5 6
Waktu hari
Gambar 11.8
Dua fase respons kekebalan tubuh. Respons sekunder
menghasilkan antibodi lebih banyak.
• Respons primer
• Respons sekunder
Kata Kunci
Sistem Pertahanan Tubuh
211
Jika antigen yang sama menyerang tubuh kembali, antigen tersebut akan memicu respons kekebalan tubuh sekunder. Respons kedua ini terjadi lebih
cepat daripada respons primer. Respons sekunder juga menghasilkan konsentrasi antibodi yang lebih besar dan lebih lama Gambar 11.8.
Selain imunitas humoral pembentukan antibodi, imunitas seluler juga berperan dalam respons kekebalan tubuh sekunder ini. Karena respons
kekebalan tubuh sekunder yang cepat, gejala sakit demam tidak terjadi. Oleh karena itu, individu tersebut dikatakan kebal terhadap penyakit tersebut.
Kerjakanlah di dalam buku latihan Anda. 1.
Jelaskan perbedaan sistem pertahanan tubuh nonspesifik dan sistem pertahanan tubuh spesifik.
2. Apa perbedaan imunitas humoral dan imunitas
seluler? 3.
Mengapa seseorang dikatakan kebal terhadap suatu penyakit?
Soal Penguasaan
Materi
11.2
Sistem kekebalan tubuh pada organisme tingkat tinggi, terutama burung dan Mammalia, bertumpu pada sel-sel darah putih leukosit. Leukosit
dibentuk di dalam sumsum tulang oleh sebuah jaringan meristematik yang disebut stem cells sel induk darah Gambar 11.9.
C Struktur Sistem Kekebalan Tubuh
Sel Induk darah
Sel darah merah
Basofil
Eosinofil
Neutrofil Monosit
Sel Limfosit Trombosit
Sumber: Biology Concepts Connections, 2006
Gambar 11.9
Diferensiasi sel induk darah. Sel apa sa akah yang dapat
dibentuk dar i sel induk dar ah?
Leukosit yang berperan dalam sistem kekebalan tubuh terdiri atas fagosit dan limfosit. Fagosit merupakan sel yang akan menghancurkan benda asing
yang masuk dalam tubuh dengan cara menelannya fagositosis. Fagosit terdiri atas neutrofil dan makrofag. Neutrofil terdapat di dalam darah, sedangkan
makrofag mampu memasuki ke dalam jaringan ataupun rongga tubuh. Limfosit terdiri atas dua jenis, yaitu limfosit B dan limfosit T.
Praktis Belajar Biologi untuk Kelas XI
212
1. Limfosit B
Limfosit B terbentuk dan dimatangkan dalam sumsum tulang bone
marrow . Dalam sumsum tulang, limfosit B berdiferensiasi menjadi sel plasma
yang berfungsi bertugas menyekresikan antibodi kedalam cairan tubuh dan sel limfosit B-memori
yang berfungsi menyimpan informasi antigen. Informasi ini disimpan dalam bentuk DNA yang dapat memproduksi
antibodi yang cocok dengan antigen. Sel limfosit B hidup dalam jangka waktu yang lama.
Sumsum tulang Kelenjar timus
Stem sel stem cell
Sumber: Biology Concepts Connections, 2006
Melalui darah
Limfosit yang belum matang
Reseptor antigen
Sel B T cell
Sel T T cell
Melalui darah
Limfa
Gambar 11.10
Proses pembentukan sel T T cell dan sel B B cell. Sel B
matang di sumsum tulang, sedangkan sel T matang di
kelenjar timus.
2. Limfosit T
Limfosit T dimatangkan di kelenjar timus Gambar 11.10. Di kelenjar timus, limfosit T juga berdiferensiasi menjadi sel T sitotoksik cytotoxic T
cell
, sel T penolong helper T cell, sel T supressor supressor T cell, dan sel T- memori
memory T cell. Masing-masing memiliki fungsi berbeda. Sel T sitotoksik berfungsi dalam membunuh sel yang terinfeksi. Sel T penolong
berfungsi mengaktifkan limfosit B dan limfosit T. Sel supressor berfungsi dalam mengurangi produksi antibodi oleh sel-sel plasma dengan cara menghambat
aktivitas sel T penolong dan sel T sitotoksik. Sel T memori diproduksi untuk “mengingat” antigen yang telah masuk ke dalam tubuh. Jika kelak antigen
yang sama menyerang tubuh kembali, maka dengan adanya sel T memori akan terjadi respons sekunder yang lebih cepat dan kuat. Akibatnya, sering
antigen telah dihancurkan sebelum terjadi demam atau radang.
Baik limfosit B dan limfosit T akan masuk ke dalam sistem peredaran limfatik
atau getah bening Gambar 11.10. Sel limfosit banyak terdapat pada sistem peredaran darah limfatik, sumsum tulang, kelenjar timus, kelenjar limfa, amandel
tonsil, darah, dan dalam sistem pencernaan. Pada proses transplantasi jaringan, penolakan tubuh donor yang menyebabkan kerusakan jaringan yang akan
ditransplantasikan, dapat disebabkan oleh sel limfosit T. Hal ini terjadi karena limfosit T menganggap jaringan tersebut bukan bagian dari tubuh.
• Immunoglobulin
• Sel T sitotoksik
• Sel T penolong
• Sel T superessor
• Sel T memori
Kata Kunci