Sistem Peredaran Darah
79
Pembuluh darah
Bagian rusak
Trombosit Trombosit
menutupi luka Benang-benang fibrin
Sumber: Biology Concepts Connections, 2006
Gambar 5.5
Luka dapat memicu pembekuan darah.
• Fagositik
• Makrofag
• Protrombin
• Trombin
Kata Kunci
Keping-keping darah menempel di bagian yang berserat dan mengeluarkan benang-benang yang lengket dan membuatnya merekat satu dengan yang lain.
Dalam waktu setengah jam, keping-keping darah mengerut, menarik lubang untuk merapat, dan memaksa cairan yang ada untuk keluar. Aksi tersebut
menghasilkan pembekuan yang padat dan kuat sehingga membuat luka merapat. Dengan cara inilah, dimulai penyembuhan luka.
terdiri atas limfosit T yang dimatangkan di kelenjar timus, sedangkan limfosit B dimatangkan di sumsum tulang. Penjelasan fungsi sel-sel ini akan dijelaskan
lebih lanjut pada Bab Sistem Pertahanan Tubuh.
3 Keping Darah
Keping-keping darah trombosit merupakan fragmen-fragmen besar
sel yang disebut megakariosit. Jadi, keping-keping darah bukan merupakan satu sel yang utuh. Seperti sel darah merah, keping-keping darah tidak
mempunyai inti sel dan masa hidupnya pun pendek, yaitu sekitar 10–12 hari. Keping-keping darah berperan dalam proses penghentian pendarahan.
Penghentian pendarahan adalah proses yang kompleks. Pembekuan dimulai ketika keping-keping darah dan faktor-faktor lain dalam plasma darah
kontak dengan permukaan yang tidak biasa, seperti pembuluh darah yang rusak atau terluka. Ketika ada permukaan yang terbuka pada pembuluh darah
yang terluka, keping-keping darah segera menempel dan menutupi permukaan yang terbuka tersebut. Keping-keping darah yang menempel, faktor lain, dan
jaringan yang terluka memicu pengaktifan trombin, sebuah enzim, dari protrombin dalam plasma darah. Trombin yang terbentuk akan mengkatalis
perubahan fibrinogen menjadi benang-benang fibrin.
Faktor-faktor pembeku darah • Trombosit keping darah
• Sel rusak • Kalsium dan faktor lain
Protrombin Trombin
Fibrinogen Fibrin
mengaktifkan
mengkatalis
Molekul fibrin menempel satu sama lain, membentuk jaringan berserat. Jaringan protein fibrin ini, menghentikan aliran darah dan membuat darah
menjadi padat, seperti gelatin ketika sudah dingin. Jaringan ini membuat sel darah merah terperangkap dan menambah kepadatan dari darah yang beku.
Untuk memahami proses pembekuan darah, perhatikan Gambar 5.5.
Praktis Belajar Biologi untuk Kelas XI
80
2. Golongan Darah
Golongan darah pada manusia ditentukan oleh protein spesifik yang
terdapat di membran sel darah merah. Pada awal abad ke-19, Karl Landsteiner, seorang ilmuwan Australia bersama dengan Denath,
mengelompokkan darah menjadi empat tipe, yaitu A, B, AB, dan O. Hal tersebut bergantung pada ada-tidaknya protein spesifik dalam membran
plasma pada sel darah merah yang disebut aglutinogen antigen.
Antigen merupakan molekul yang menyebabkan pembentukan antibodi
aglutinasi. Jika seseorang memiliki aglutinogen A di sel darah merahnya, dalam plasma darah akan terbentuk aglutinin
β
atau biasa dikenal dengan
anti-B. Orang tersebut memiliki golongan darah A. Sebaliknya, jika terdapat aglutinogen B, orang tersebut bergolongan darah B dan memiliki aglutinin
α
atau anti–A. Sementara itu, orang yang memiliki aglutinogen A dan B, ia tidak memiliki anti–A maupun anti–B, dan golongan darahnya adalah AB.
Bagaimana dengan orang yang bergolongan darah O? Untuk lebih jelasnya, perhatikan Tabel 5.1.
Golongan Darah No.
1 O
– anti-A dan anti-B
2 A
A anti-B
3 B
B anti-B
4 AB
A dan B –
Tabel 5.1 Golongan Darah dan Kandungan Aglutinogen - Aglutinin Aglutinogen pada
Eritrosit Aglutinin pada Plasma
Darah
Molekul antibodi
anti rh
+
Fetus Terbentuk rh
+
dalam sel darah merah
pada fetus
Fetus rh
–
rh
+
Ayah Ibu
Kehamilan kedua
Kehamilan pertama Pembentukan antibodi
a b
Sumber: Biology: The Unity and Diver sity of Life, 1995
Fetus diserang antibodi ibu
Gambar 5.6
a Pada kehamilan pertama fetus dapat selamat. b Akan
tetapi, pada kehamilan kedua, fetus akan mengalami
eritroblastosis fetalis. •
Aglutinasi •
Aglutinogen •
Antibodi •
Antigen •
Eritroblastosis fetalis
Kata Kunci
Jika golongan darah yang berbeda dicampurkan, darah-darah tersebut
biasanya menggumpal. Proses menggumpalnya darah ini disebut aglutinasi. Jika darah dari golongan yang sama dicampurkan, penggumpalan tidak terjadi.
Pada 1940, Dr. Landsteiner menemukan bahwa golongan darah A juga dapat diberikan kepada kera Macaca rhesus. Akan tetapi, 15 dari jumlah sampel
mengalami penggumpalan. Dr. Landsteiner menemukan bahwa sampel yang mengalami penggumpalan tersebut tidak memiliki faktor Rh dalam darahnya.
Darah yang demikian disebut dengan rh
-
. Hanya darah yang mengandung faktor Rh rh
+
yang dapat menjadi donor bagi kera Macaca rhesus. Sistem rhesus ini sangat penting diperhatikan oleh ibu hamil. Jika darah
ibu tersebut rh
–
, sedangkan anaknya rh
+
, dikhawatirkan ada antigen rh
+
anak yang masuk ke dalam darah ibu. Akibatnya, akan dibentuk aglutinin rh di tubuh ibu. Kondisi ini akan membahayakan anak yang dikandungnya.
Pada kehamilan pertama, kemungkinan besar anak yang dilahirkan akan selamat karena belum banyak terbentuk anti-rh di tubuh ibu. Pada kehamilan
kedua dan seterusnya, risiko terjadi penggumpalan pada darah bayi semakin besar karena anti-rh yang terbentuk di tubuh si ibu semakin banyak. Keadaan
tersebut dinamakan eritroblastosis fetalis Gambar 5.6.
Tokoh Biologi
Sumber: Jendela Iptek:
Kehidupan 1997
Karl Landsteiner 1868 – 1943
Karl Landsteiner menerima nobel tahun 1940 untuk
bidang fisiologi dan kedok- teran. Karl Landsteiner
adalah ilmuwan Austria yang menemukan penggolongan
darah menjadi golongan A, B, dan O. Selain itu,
Landsteiner juga mengenal- kan sistem penggolongan
darah berdasarkan rhesus.