Pengaruh Agroekosistem Antar Wilayah Terhadap Efisiensi Usahatani

lebih sangat penting dalam produksi padi sehingga agroekosistem sawah irigasi teknis lebih efisien daripada yang lainnya dengan syarat kondisi irigasinya sangat baik sehingga dapat mengatur air sesuai kebutuhan pada wilayah yang dilayani. Oleh karena pentingnya air dalam usahatani padi maka produktivitas padi sawah irigasi lebih tinggi dari agroekosistem non irigasi IRRI, 2009. Dalam kondisi perubahan iklim dimana durasi dan awal musim hujan dan musim kemarau semakin sulit diprediksi, sistem irigasi yang prima semakin dibutuhkan. Perbedaan kondisi irigasi akan berdampak pada efisiensi usahatani padi. Seperti kasus di Indonesia, di beberapa wilayah seperti provinsi, sarana irigasi yang telah dibangun tengah dalam kondisi rusak. Hal ini pulalah yang diduga membedakan efisiensi usahatani padi di setiap provinsi. Pernyataan ini didukung oleh penelitian Li and Liu 2009 di Cina yang menghasilkan bahwa irigasi yang baik dan tidak rusak akan meningkatkan efisiensi teknis. Penelitian Ekanayake and Jayasuriya 1987 membuktikan bahwa petani dengan akses yang lebih baik terhadap air memiliki efisiensi teknis yanga lebih tinggi. Mereka mempelajari efisiensi teknis untuk 123 petani padi sampel di Sri Lanka. Sampel dibagi berdasarkan kedekatannya dengan sumber air menjadi kelompok Head mudah mengakses air dan Tail sulit mengakses air. Penelitiannya menggunakan fungsi produksi frontier Cobb-Douglas yang berbeda antar group dan menemukan bahwa petani dengan akses yang lebih baik terhadap air memiliki efisiensi teknis lebih tinggi daripada petani yang terbatas aksesnya terhadap air. Penelitian Coelli, et al. 2002 di Bangladesh juga membuktikan bahwa efisiensi usahatani padi lahan kering lebih kecil daripada lahan sawah dengan tingkat efisiensi teknis 69. Hal ini memberikan peluang lahan kering untuk ditingkatkan efisiensinya. Okoruwa, et al 2004 meneliti perbedaan sistem usahatani lahan sawah lowland dan lahan kering upland di North Central Zone, Nigeria, dengan alat stochastic frontier production function. Penelitiannya membuktikan bahwa rata- rata efisiensi teknik pada lowland yaitu 0.831 dan pada upland 0.776. Hal ini membuktikan bahwa padi akan lebih efisien pada kondisi lahan sawah dengan ketersediaan air yang cukup. Dengan nilai efisiensi sebesar itu, menunjukkan bahwa masih ada ruang untuk meningkatkan produktivitas usahatani padi melalui penggunaan yang lebih baik dari sumberdaya yang tersedia pada teknologi yang ada, khususnya pada upland. Demikian pula penelitian Villano dan Fleming 2006 yang menganalisis inefisiensi teknis petani padi di dataran rendah padi tadah hujan di Central Luzon Filipina menggunakan fungsi produksi frontier stokastik dengan heteroskedastic, menghasilkan efisiensi teknis yang masih rendah yaitu 79 persen yang berarti masih ada ruang untuk meningkatkan efisiensi padi tadah hujan. Penelitiannya menggunakan panel data 8 tahun dari 46 petani padi tadah hujan. Efisiensi teknis rata-rata dalam keseluruhan periode diperkirakan sebesar 79 persen, dengan kisaran antara 10.7 –98.8 persen. Efisiensi teknis tahun 1992 adalah yang tertinggi dan terendah adalah pada tahun 1996. Ditemukan bahwa sepertiga dari petani sampel memiliki efisiensi teknis rata-rata pada kisaran 0.81-0.90, seperempat petani memiliki efisiensi teknis rata-rata di atas 0.90 dan 17 persen memiliki efisiensi teknis rata-rata di kisaran 0.71-0.80. Terkait dengan sistem irigasi, Bandyopadhyay, et al 2007 meneliti dampak IMT Irigation Management Transfer terhadap kinerja kelompok petani pengguna irigasi dan produksi padi di Philipina. Produksi padi pada area IMT lebih tinggi setelah controlling dengan perbedaan yang besar diantara petani padi pada area transfer dan area non transfer. Penelitian Pate dan Tan-Cruz 2007 mengukur efisiensi teknik pada 15 wilayah di Philipina untuk periode 1991-2002. Penelitiannya juga mendukung bahwa terdapat perbedaan efisiensi pada agroekosistem padi teririgasi dan padi tadah hujan. Untuk agroekosistem non irigasi seperti tadah hujan dan lahan kering, tingkat efisiensinya lebih rendah dari sawah irigasi. Penelitian Ogundari, Amos and Ojo 2010 tentang efisiensi teknik pada sistem usahatani padi tadah hujan di Nigeria dengan menggunakan stochastic frontier production model membuktikan bahwa rata-rata efisiensi teknik masih di bawah 0.8 yaitu 0.669.

2.4. Pengaruh Infrastruktur Antar Wilayah Terhadap Efisiensi Usahatani

Agar usahatani efisien, selain diperlukan dukungan input, juga diperlukan dukungan sarana dan prasarana yang baik. Irigasi sebagai sarana produksi membedakan wilayah menjadi agroekosistem yang berbeda. Sedangkan fasilitas jalan, jembatan, pasar, pom bensin, listrik, telepon, internet, dan bahan bakar gas merupakan prasarana atau infrastruktur yang dapat memperlancar pengelolaan usahatani. Dengan demikian perbedaan kondisi prasarana atau infrastruktur antar wilayah dapat membedakan efisiensi usahatani. Pernyataan ini didukung oleh penelitian Chavas dan Aliber 1993 pada petani antar kabupaten di Wisconsin dengan pendekatan non-parametrik. Penulis menyimpulkan bahwa antar kabupaten, rata-rata efisiensi teknis bervariasi antara 0.85-1.00, efisensi alokasi antara 0.76-0.95, efisiensi ekonomi antara 0.65-0.95, efisiensi skala antara 0.87- 0.94 dan efisiensi scope antara 1.36-1.74. Kesimpulannya bahwa wilayah dengan infrastruktur lebih baik menghasilkan efisiensi yang lebih tinggi. Battese, et al. 1996 mengukur model produksi frontier stokastik untuk menyelidiki inefisiensi teknis dan faktor-faktor penentu efisiensi petani gandum di empat kabupaten di Pakistan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa efisiensi teknis petani gandum beragam antar kabupaten dengan perbedaan infrastruktur. Temuan Fan 2000 menganalisis dampak peningkatan efisiensi terhadap pertumbuhan setelah adanya reformasi pedesaan di Cina. Tingginya variasi efisiensi alokasi antar wilayah, menunjukkan perlunya meningkatkan produksi padi dengan cara menurunkan perbedaan antar wilayah termasuk infrastruktur sehingga tercapai target pertumbuhan. Penelitian Rahman 2002 melihat profit efisiensi usahatani padi modern di Bangladesh pada 829 petani di tiga wilayah agroecological yang berbeda dengan alat stochastic profit frontier dan model dampak inefisiensi. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa efisiensi profit baru mencapai 0.64 sehingga masih ada 36 persen kerugian yang disebabkan oleh kombinasi dari efisiensi teknik dan efisiensi alokasi. Penyebab utamanya yaitu faktor infrastruktur, penyuluhan, sistem sewa, dan pangsa pendapatan non pertanian. Infrastruktur berbeda antara perdesaan dan perkotaan. Perkotaan relatif lebih maju dari perdesaan. Penelitian Ajibefun, et al. 2006 mengestimasi efisiensi teknis petani kecil di pedesaan dan perkotaan Nigeria dengan menggunakan fungsi produksi frontier stokastik. Efisiensi teknis rata-rata petani pedesaan ternyata lebih tinggi 0.69 dari perkotaan 0.58. Hal ini terjadi karena