Efisiensi Alokasi dan Efisiensi Ekonomi Usahatani padi di Sumatera Utara

8.3. Efisiensi Alokasi dan Efisiensi Ekonomi Usahatani padi di Jawa

Tengah Efisiensi alokasi dan ekonomi di Jawa Tengah dapat dilihat pada Tabel 104. Pada Tabel tersebut dapat dilihat bahwa indeks efisiensi teknis, alokasi, dan ekonomi rata-rata 80.62 persen, 62.58 persen, dan 47.56 persen. Walaupun secara teknis telah efisien namun efisiensi alokasi turun karena petani yang tidak efisien secara alokasi sebanyak 83.62. Hal ini berdampak secara ekonomi tidak efisien. akibatnya keuntungan petani rendah karena terjadi inefisiensi biaya. Efisiensi alokasi berkisar antara 0.1185 dan 0.9926 dengan rata-rata 0.6258. Jika rata-rata petani dapat mencapai tingkat efisiensi alokasi yang paling tinggi, maka mereka dapat menghemat biaya sebesar 36.96 persen 1- 0.62580.9926, sedangkan petani yang paling tidak efisien, mereka akan dapat menghemat biaya sebesar 88.07 persen 1-0.11850.9926. Tabel 104. Sebaran Responden Berdasarkan Efisiensi Teknis, Alokasi, dan Ekonomi di Jawa Tengah. Range Efisiensi Teknis Efisiensi Alokasi Efisiensi Ekonomi 0.2 1 0.58 2 1.17 2 1.17 0.2≤x0.4 3 1.75 14 8.19 45 26.32 0.4≤x0.6 12 7.02 78 45.61 104 60.82 0.6≤x0.8 43 25.15 49 28.65 20 11.70 ≥0.8 112 65.50 28 16.37 - - Total 171 100.00 171 100.00 171 100.00 Rata-rata 0.8062 0.6258 0.4756 Minimum 0.1685 0.1185 0.1069 Maksimum 0.9529 0.9926 0.7244 Efek gabungan dari efisiensi teknis dan alokasi menunjukkan bahwa efisiensi ekonomi petani berada pada kisaran 0.1069 sampai 0.7244 dengan rata- rata 0.4756. Hal ini mengindikasikan jika rata-rata petani dapat mencapai tingkat efisiensi ekonomi paling tinggi maka mereka dapat menghemat biaya sebesar 34.35 persen 1-0.47560.7244, sedangkan pada petani yang tidak efisien, mereka dapat menghemat biaya sebesar 85.25 persen 1-0.10690.7244. Jadi berdasarkan hasil analisis diperoleh bahwa penanganan masalah inefisiensi alokasi di Jawa Tengah lebih utama jika dibandingkan dengan masalah inefisiensi teknis dalam upaya pencapaian tingkat efisiensi ekonomi yang lebih tinggi, karena secara teknis kondisi petani dikatakan efisien indeks efisiensi teknis 0.8 dengan ruang peningkatan efisiensi yang lebih kecil sementara penghematan biaya sebagai dampak pencapaian efisiensi alokasi adalah cukup besar. Upaya yang dapat dilakukan dalam rangka peningkatan efisiensi alokasi pada kondisi petani memperhatikan harga input yaitu penambahan input yang kurang atau pengurangan input yang berlebihan sehingga dicapai biaya minimum. Selain itu dari sisi pemerintah dapat melakukan kebijakan harga input agar terjangkau oleh petani.

8.4. Efisiensi Alokasi dan Efisiensi Ekonomi Usahatani padi di Jawa Timur

Efisiensi alokasi dan ekonomi di Jawa Timur dapat dilihat pada Tabel 105. Pada Tabel tersebut dapat dilihat bahwa indeks efisiensi teknis, alokasi, dan ekonomi rata-rata 84.38 persen, 70.14 persen, dan 58.14 persen. Walaupun secara teknis telah efisien namun efisiensi alokasi turun karena sebagan besar 66.32 persen petani tidak efisien secara alokasi. Hal ini berdampak secara ekonomi tidak efisien. akibatnya keuntungan petani rendah karena terjadi inefisiensi biaya. Efisiensi alokasi berkisar antara 0.2478 dan 0.9682 dengan rata-rata 0.7014. Jika rata-rata petani dapat mencapai tingkat efisiensi alokasi yang paling tinggi, maka mereka dapat menghemat biaya sebesar 27.56 persen 1- 0.70140.9682, sedangkan petani yang paling tidak efisien, mereka akan dapat menghemat biaya sebesar 74.41 persen 1-0.24780.9682. Tabel 105. Sebaran Responden Berdasarkan Efisiensi Teknis, Alokasi, dan Ekonomi di Jawa Timur. Range Efisiensi Teknis Efisiensi Alokasi Efisiensi Ekonomi 0.2 - - - - - - 0.2≤x0.4 - - 3 3.16 10 10.53 0.4≤x0.6 2 2.11 34 35.79 45 47.37 0.6≤x0.8 26 27.37 26 27.37 29 30.53 ≥0.8 67 70.53 32 33.68 11 11.58 total 95 100.00 95 100.00 95 100.00 Rata-rata 0.8438 0.7014 0.5814 minimum 0.5606 0.2478 0.2152 maksimum 0.9995 0.9682 0.8841 Efek gabungan dari efisiensi teknis dan alokasi menunjukkan bahwa efisiensi ekonomi petani berada pada kisaran 0.2152 sampai 0.8841 dengan rata- rata 0.5814. Hal ini mengindikasikan jika rata-rata petani dapat mencapai tingkat efisiensi ekonomi paling tinggi maka mereka dapat menghemat biaya sebesar 34.24 persen 1-0.58140.8841, sedangkan pada petani yang tidak efisien, mereka dapat menghemat biaya sebesar 75.66 persen 1-0.21520.8841. Jadi berdasarkan hasil analisis diperoleh bahwa penanganan masalah inefisiensi alokasi di Jawa Timur lebih utama jika dibandingkan dengan masalah inefisiensi teknis dalam upaya pencapaian tingkat efisiensi ekonomi yang lebih tinggi, karena secara teknis kondisi petani dikatakan efisien indeks efisiensi teknis 0.8 dengan ruang peningkatan efisiensi yang lebih kecil sementara penghematan biaya sebagai dampak pencapaian efisiensi alokasi adalah cukup besar. Upaya yang dapat dilakukan dalam rangka peningkatan efisiensi alokasi pada kondisi petani memperhatikan harga input yaitu penambahan input yang kurang atau pengurangan input yang berlebihan sehingga dicapai biaya minimum. Selain itu dari sisi pemerintah dapat melakukan kebijakan harga input agar terjangkau oleh petani.

8.5. Efisiensi Alokasi dan Efisiensi Ekonomi Usahatani padi di Sulawesi Selatan

Efisiensi alokasi dan ekonomi di Sulawesi Selatan dapat dilihat pada Tabel 106. Pada Tabel tersebut dapat dilihat bahwa indeks efisiensi teknis, alokasi, dan ekonomi rata-rata 81.67 persen, 92.73 persen, dan 74.35 persen. Tabel 106. Sebaran Responden Berdasarkan Efisiensi Teknis, Alokasi, dan Ekonomi di Sulawesi Selatan. Range Efisiensi Teknis Efisiensi Alokasi Efisiensi Ekonomi 0.2 - - 1 1.04 1 1.04 0.2≤x0.4 - - 3 3.13 10 10.42 0.4≤x0.6 5 5.21 10 10.42 11 11.46 0.6≤x0.8 35 36.46 13 13.54 21 21.88 ≥0.8 56 58.33 69 71.88 53 55.21 Total 96 100.00 96 100.00 96 100.00 Rata-rata 0.8167 0.9273 0.7435 Minimum 0.5313 0.0533 0.0479 Maksimum 0.9867 0.9990 0.9999 Kasus di Sulawesi Selatan ternyata berbeda dengan provinsi lain dimana petani di Sulawesi Selatan secara alokasi telah efisien yang artinya penggunaan input telah disesuaikan dengan harga yang berlaku. Hal ini berdampak efisiensi ekonominya cukup tinggi dibanding provinsi lainnya dan memperoleh keuntungan yang lebih besar. Efisiensi alokasi berkisar antara 0.0533 dan 0.9990 dengan rata-rata 0.9273. Efisiensi alokasi petani di Sulawesi Selatan telah tinggi dalam artian mereka telah menggunakan input dengan memperhatikan harga-harga yang berlaku sehingga diperoleh biaya minimum. Oleh karena rata-rata efisiensi alokasi yang dicapai telah tinggi maka penghematan biaya yang dapat dicapai oleh rata- rata petani di Sulawesi Selatan jika mereka dapat mencapai tingkat efisiensi alokasi yang paling tinggi adalah tidak terlalu besar 7.2 persen yaitu 1- 0.92730.9990, sedangkan petani yang paling tidak efisien, mereka akan dapat menghemat biaya sangat besar 95.21 persen yaitu 1-0.05330.9990. Efek gabungan dari efisiensi teknis dan alokasi menunjukkan bahwa efisiensi ekonomi petani berada pada kisaran 0.0479 sampai 0.99999 dengan rata- rata 0.7435. Hal ini mengindikasikan jika rata-rata petani dapat mencapai tingkat efisiensi ekonomi paling tinggi maka mereka dapat menghemat biaya sebesar 25.68 persen 1-0.74250.9999, sedangkan pada petani yang tidak efisien, mereka dapat menghemat biaya yang sangat besar yaitu 96.21 persen 1-0.04790.9999. Jadi berdasarkan hasil analisis diperoleh bahwa penanganan masalah inefisiensi di Sulawesi Selatan berbeda dengan provinsi lainnya dimana masalah inefisiensi teknis sedikit lebih utama jika dibandingkan dengan masalah inefisiensi alokasi dalam upaya pencapaian tingkat efisiensi ekonomi yang lebih tinggi karena indeks efisiensi alokasi 92.73 persen lebih besar dari efisiensi teknis 81.67 persen. Ruang peningkatan efisiensi teknis masih perlu ditingkatkan sebesar 18.33 persen sementara penghematan biaya sebagai dampak pencapaian efisiensi alokasi hanyalah 7.2 persen. Walaupun penghematannya kecil, upaya yang dapat dilakukan dalam rangka peningkatan efisiensi alokasi pada kondisi petani memperhatikan harga input yaitu penambahan input yang kurang atau pengurangan input yang berlebihan sehingga dicapai biaya minimum. Selain itu dari sisi pemerintah dapat melakukan kebijakan harga input agar terjangkau oleh petani.

8.6. Efisiensi Alokasi dan Ekonomi Usahatani Padi Rata-rata di Indonesia

Efisiensi alokasi dan ekonomi rata-rata di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 107. Pada Tabel tersebut dapat dilihat bahwa indeks efisiensi teknis, alokasi, dan ekonomi rata-rata 84.97 persen, 67.36 persen, dan 55.73 persen. Walaupun secara teknis telah efisien namun efisiensi alokasi tidak efisien indeks efisiensi alokasi 70 karena sebagian besar 73.49 persen petani tidak efisien secara alokasi. Hal ini berdampak secara ekonomi menjadi tidak efisien samasekali. akibatnya keuntungan petani rendah karena terjadi inefisiensi biaya. Efisiensi alokasi berkisar antara 0.0516 dan 0.9969 dengan rata-rata 0.6736. Jika rata-rata petani dapat mencapai tingkat efisiensi alokasi yang paling tinggi, maka mereka dapat menghemat biaya sebesar 32.43 persen 1- 0.67360.9969, sedangkan petani yang paling tidak efisien, mereka akan dapat menghemat biaya sangat tinggi sebesar 94.82 persen 1-0.05160.9969. Tabel 107. Sebaran Responden Berdasarkan Efisiensi Teknis, Alokasi, dan Ekonomi Rata-Rata di Indonesia. Range Efisiensi Teknis Efisiensi Alokasi Efisiensi Ekonomi 0.2 2 0.34 3 0.51 7 1.18 0.2≤x0.4 3 0.51 56 9.46 103 17.40 0.4≤x0.6 18 3.04 170 28.72 242 40.88 0.6≤x0.8 107 18.07 206 34.80 208 35.14 ≥0.8 462 78.04 157 26.52 32 5.41 total 592 100.00 592 100.00 592 100.00 Rata-rata 0.8497 0.6736 0.5573 minimum 0.1633 0.0516 0.0462 maksimum 0.9677 0.9969 0.9412 Efek gabungan dari efisiensi teknis dan alokasi menunjukkan bahwa efisiensi ekonomi petani berada pada kisaran 0.0462 sampai 0.9412 dengan rata- rata 0.5573. Hal ini mengindikasikan jika rata-rata petani dapat mencapai tingkat efisiensi ekonomi paling tinggi maka mereka dapat menghemat biaya sebesar 40.79 persen 1-0.55730.9412, sedangkan pada petani yang tidak efisien, mereka dapat menghemat biaya sebesar 95.095 persen 1-0.04620.9412. Jadi