Fungsi Produksi Padi di Sumatera Utara

dan tidak ada pelanggaran asumsi. Variabel input yang diduga dalam model ini mempengaruhi produksi padi yaitu lahan, benih, tenaga kerja, pupuk urea, pupuk KCl dan musim. Hasil pendugaan menggambarkan kinerja terbaik best practice dari petani responden pada tingkat teknologi yang ada constant technology. Variabel lahan signifikan terhadap produksi pada taraf α=5. Parameter estimates variabel lahan yang merupakan elastisitas produksinya bernilai paling besar +0.847 dibandingkan dengan variabel lain yang artinya jika lahan diperluas 1 persen maka produksi akan meningkat 0.847 persen. Produksi dikatakan paling responsif terhadap lahan dibandingkan terhaap input lainnya. Dengan kondisi lahan garapan yang sempit 0.375 ha maka diperlukan adanya perluasan lahan. Implikasinya adalah jika pemerintah hendak meningkatkan produksi padi di Sumatera Utara, maka variabel lahan lah yang seharusnya menjadi perhatian utama. Tabel 47. Hasil Pendugaan Stochastic Frontier Production Function di Sumatera Utara Dengan Metode MLE. Variabel coefficient t-ratio VIF beta 0 8.0079 18.840 - lahan ha 0.8473 9.195 9.460 benih kg 0.1377 1.525 8.957 tenaga kerja HOK 0.0629 1.751 1.209 urea kg 0.0152 2.194 1.057 KCL kg 0.003 0.513 1.014 Dmusim 0.009 0.241 1.006 R 2 0.896 CRTS 1.066 sigma-squared 2 0.170 3.555 Gamma 0.924 25.985 log LF MLE 22.587 log LF OLS 3.642 Keterangan : nyata pada taraf α=10, nyata pada taraf α=5 Variabel tenaga kerja dan pupuk urea signifikan terhadap produksi pada taraf α=5 dan benih signifikan terhadap produksi pada taraf α=10 dengan parameter estimates positif masing-masing tenaga kerja +0.0629, pupuk urea +0.0152 dan benih +0.1377. Ketiga input ini berpengaruh terhadap produksi dengan elastisitas produksi yang lebih kecil dari lahan. Sementara variabel pupuk KCl memiliki parameter positif namun tidak signifikan berpengaruh terhadap produksi. Demikian pula musim, tidak berpengaruh terhadap produksi.

6.2. Fungsi Produksi Padi di Jawa Barat

Model fungsi produksi padi di Jawa Barat yang dapat dilihat pada Tabel 48 dianggap telah fit karena memenuhi asumsi Cobb-Douglas. Parameter setiap variabel adalah lebih dari nol, tidak terjadi pelanggaran asumsi terutama tidak terjadi multicollinearity VIF10, nilai R 2 yang besar 90.82 persen, dan Return to scale yang dihasilkan mendekati satu 0.9961. Sama halnya dengan total koefisien fungsi produksi dengan metode OLS, menghasilkan angka 1.00521 yang berarti Constant Return To Scale. Pendugaan dengan metode MLE Maximum Likelihood Estimation juga dianggap fit karena memenuhi asumsi Cobb-Douglas. Nilai log likelihood dengan metode MLE +32.952 adalah lebih besar dari nilai log likelihood dengan metode OLS +20.048. Nilai cukup kecil 0.11 dan nilai parameter yang mendekati 1 yaitu 0.77. Tabel 48. Hasil Pendugaan Stochastic Frontier Production Function di Jawa Barat Dengan Metode MLE. variabel coefficient t-ratio VIF beta 0 8.4744 27.2884 - lahan ha 0.9434 13.7747 7.1450 benih kg 0.0166 0.2779 6.6059 tenaga kerja HOK 0.0230 0.7541 1.3246 urea kg 0.0076 0.2162 2.6049 KCL kg 0.0055 0.4151 1.0545 Dmusim 0.1245 3.7874 1.0098 R 2 0.9082 CRTS 0.9961 sigma-squared 2 0.1160 4.7219 Gamma 0.7703 9.1656 log LF MLE 32.9522 log LF OLS 20.0476 Keterangan : nyata pada taraf α=5 Tabel 48 merupakan hasil pendugaan fungsi produksi dengan metode MLE yang menghasilkan koefisien seluruh variabel yang positif dan tidak ada pelanggaran asumsi. Variabel lahan signifikan terhadap produksi pada taraf α=5. Parameter estimates lahan bernilai paling besar +0.9434 dibandingkan dengan variabel lain. Produksi dikatakan paling responsif terhadap lahan dibandingkan terhadap input lainnya. Dengan kondisi lahan garapan yang kurang dari 1 ha 0.75 ha maka masih diperlukan adanya perluasan lahan. Variabel lain yang signifikan berpengaruh terhadap produksi yaitu musim dengan parameter positif +0.124 dan taraf α=5 yang artinya peluang produksi lebih tinggi pada saat musim hujan daripada musim kemarau. Hal ini mengindikasikan bahwa di Jawa Barat selain kebutuhan perluasan lahan juga ketersediaan air yang optimal sangat diperlukan. Kondisi jaringan irigasi yang rusak membuat ketersediaan air saat musim kemarau menjadi sangat terbatas sehingga mempengaruhi produksi padi. Sementara saat musim hujan produksi lebih baik karena tanaman tidak kekurangan air dan juga tidak kelebihan air. Implikasinya adalah perlunya perbaikan jaringan irigasi di Jawa Barat sehingga kebutuhan air untuk tanaman padi tersedia secara optimal baik saat musim kemarau juga saat musim hujan. Selain itu juga perlu adanya inovasi benih unggul yang tahan terhadap kekeringan. Variabel benih, tenaga kerja, pupuk urea, dan pupuk KCl walaupun tandanya positif namun tidak signfikan berpengaruh terhadap produksi.

6.3. Fungsi Produksi Padi di Jawa Tengah

Model fungsi produksi padi di Jawa Tengah yang dapat dilihat pada Tabel 49 dianggap telah fit karena memenuhi asumsi Cobb-Douglas. Parameter setiap variabel adalah lebih dari nol, tidak terjadi pelanggaran asumsi terutama tidak terjadi multicollinearity VIF10, nilai R 2 yang besar 84.71 persen, dan Return to scale yang dihasilkan mendekati satu 1.23. Sama halnya dengan total koefisien fungsi produksi dengan metode OLS, menghasilkan angka 1.31 yang berarti Constant Return To Scale. Pendugaan dengan metode MLE Maximum Likelihood Estimation juga dianggap fit karena memenuhi asumsi Cobb-Douglas. Nilai log likelihood dengan metode MLE -10.7574 adalah lebih besar dari nilai log likelihood dengan metode OLS -36.6316. Nilai cukup kecil 0.57 dan nilai parameter yang mendekati 1 yaitu 0.95. Tabel 49 merupakan hasil pendugaan fungsi produksi dengan metode MLE yang menghasilkan koefisien seluruh variabel yang positif dan tidak ada pelanggaran asumsi. Variabel lahan signifi kan terhadap produksi pada taraf α=5. Parameter estimates lahan bernilai paling besar +0.9398 dibandingkan dengan variabel lain. Produksi dikatakan paling responsif terhadap lahan dibandingkan terhadap input lainnya. Dengan kondisi lahan garapan yang sempit 0.29 ha maka masih diperlukan adanya perluasan lahan. Tabel 49. Hasil Pendugaan Stochastic Frontier Production Function di Jawa Tengah Dengan Metode MLE. variabel coefficient t-ratio VIF beta 0 7.8962 28.7552 - lahan ha 0.9398 16.5569 3.7040 benih kg 0.1316 2.2521 2.9919 tenaga kerja HOK 0.0860 1.4208 1.7741 urea kg 0.0603 1.3845 3.1310 KCL kg 0.0160 2.1815 1.0242 dmusim 0.0690 1.8553 1.0217 R 2 0.8471 CRTS 1.2338 sigma-squared 2 0.5787 1.5550 Gamma 0.9545 8.7770 log LF MLE 10.7574 log LF OLS 36.6316 Keterangan : nyata pada taraf α=10, nyata pada taraf α=5 Seluruh variabel input yang diduga termasuk lahan, ternyata signifikan berpengaruh terhadap produksi yaitu benih signifikan pada taraf α=5 persen dengan parameter positif 0.1316, tenaga kerja signifikan berpengaruh terhadap produksi pada taraf α=10 persen dengan parameter positif +0.086, pupuk urea signifikan berpengaruh terhadap produksi pada taraf α=10 persen dengan parameter positif +0.060, dan pupuk KCl signifikan berpengaruh terhadap produksi pada taraf α=5 persen dengan parameter positif +0.016. Keempat input ini masih perlu ditingkatkan penggunaannya untuk meningkatkan produksi