walaupun dengan elastisitas produksi yang lebih kecil dari variabel lahan. Implikasinya adalah perlunya dukungan empat macam input ini dengan harga
yang terjangkau, terutama harga benih unggul dan harga pupuk KCl. Variabel lain musim signifikan berpengaruh terhadap produksi dengan
parameter positif +0.069 dan taraf α=5 yang artinya peluang produksi lebih
tinggi pada saat musim hujan daripada musim kemarau. Hal ini mengindikasikan bahwa di Jawa Tengah selain kebutuhan perluasan lahan juga ketersediaan air
yang optimal sangat diperlukan. Kondisi jaringan irigasi yang rusak membuat ketersediaan air saat musim kemarau menjadi sangat terbatas sehingga
mempengaruhi produksi padi. Sementara saat musim hujan produksi lebih baik karena tanaman tidak kekurangan air dan juga tidak kelebihan air. Implikasinya
adalah perlunya perbaikan jaringan irigasi di Jawa Tengah sehingga kebutuhan air untuk tanaman padi tersedia secara optimal baik saat musim kemarau juga saat
musim hujan. Selain itu juga perlu adanya inovasi benih unggul yang tahan terhadap kekeringan.
6.4. Fungsi Produksi Padi di Jawa Timur
Model fungsi produksi padi di Jawa Timur yang dapat dilihat pada Tabel 50 dianggap telah fit karena memenuhi asumsi Cobb-Douglas. Parameter setiap
variabel adalah lebih dari nol, tidak terjadi pelanggaran asumsi terutama tidak terjadi multicollinearity VIF10, nilai R
2
yang besar 96.79 persen, dan Return to scale
yang dihasilkan mendekati satu 1.31. Sama halnya dengan total koefisien fungsi produksi dengan metode OLS, menghasilkan angka 1.24 yang
berarti Constant Return To Scale. Pendugaan dengan metode MLE Maximum Likelihood Estimation
juga dianggap fit karena memenuhi asumsi Cobb-Douglas. Nilai log likelihood dengan metode MLE +82.9334 adalah lebih besar dari nilai
log likelihood dengan metode OLS +62.6417. Nilai cukup kecil 0.0284 dan nilai parameter yang mendekati 1 yaitu 0.9999. Tabel 48 merupakan hasil
pendugaan fungsi produksi dengan metode MLE yang menghasilkan koefisien seluruh variabel yang positif dan tidak ada pelanggaran asumsi.
Tabel 50. Hasil Pendugaan Stochastic Frontier Production Function di Jawa Timur Dengan Metode MLE.
Variabel coefficient
t-ratio VIF
beta 0
7.9862 39.4684
- lahan ha
1.0286 26.2141
5.9410 benih kg
0.1970
3.5906 7.4517
tenaga kerja HOK
0.0411 1.3148
1.6675 urea kg
0.0430 1.5412
3.1017 KCL kg
0.0003 0.1207
1.2210 Dmusim
0.0256 1.3035
1.0399 R
2
0.9679 CRTS
1.3101 sigma-squared
2
0.0284 2.7232
Gamma 1.0000
2,369.5414 log LF MLE
82.9334 log LF OLS
62.6417 Keterangan : nyata pada taraf
α=10, nyata pada taraf α=5 Variabel lahan signifikan terhadap produksi pada taraf α=5. Parameter
estimates lahan bernilai paling besar +1.0286 dan parameter estimates ini dikatakan elastis karena memiliki nilai lebih dari satu yang artinya dengan
peningkatan lahan 1 persen maka dapat meningkatkan produksi yang lebih dari 1 persen 1.0286 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa produksi sangat responsif
terhadap lahan. Dengan kondisi lahan garapan yang sempit 0.325 ha implikasinya adalah masih diperlukan adanya perluasan lahan. Sementara empat
variabel input lainnya memiliki nilai parameter positif dan kurang dari satu yang artinya inelastis. Keempat input ini elastisitas produksinya sangat kecil. Variabel
benih signifikan berpengaruh terhadap produksi pada taraf α=5 persen dengan
nilai parameter +0.197, variabel tenaga kerja signifikan berpengaruh terhadap produksi pada taraf α=10 persen dengan nilai parameter +0.0411, dan variabel
pupuk urea signifikan berpengaruh terhadap produksi pada taraf α=10 persen dengan nilai parameter +0.043. Ketiga input ini masih perlu ditingkatkan
penggunaannya untuk meningkatkan produksi terutama benih, walaupun elastisitas produksinya lebih kecil dari variabel lahan. Implikasinya adalah
perlunya dukungan benih unggul dengan harga yang terjangkau. Input KCl walaupun memiliki nilai parameter positif namun tidak signifikan berpengaruh
terhadap produksi.
Variabel musim signifikan berpengaruh terhadap produksi pada taraf α=10
persen dengan parameter negatif -0.0256 yang artinya peluang produksi lebih tinggi pada saat musim kemarau daripada musim hujan atau dengan kata lain saat
musim hujan produksi malah lebih rendah. Hal ini terjadi karena curah hujan yang sangat tinggi saat musim hujan mengakibatkan tanaman terendam dan banyak
tanaman yang mati. Selain itu jika hujan terus-menerus sampai saat panen, maka banyak bulir padi yang basah sehingga kadar airnya tinggi dan produksi gabah
kering menjadi rendah. Implikasinya adalah perlunya inovasi benih yang tahan terhadap rendaman air dan rebahan angin saat musim hujan. Selain itu perbaikan
irigasi juga dapat membantu kelebihan air saat musim hujan.
6.5. Fungsi Produksi Padi di Sulawesi Selatan
Model fungsi produksi padi di Sulawesi Selatan yang dapat dilihat pada Tabel 51 dianggap telah fit karena memenuhi asumsi Cobb-Douglas. Parameter
setiap variabel adalah lebih dari nol, tidak terjadi pelanggaran asumsi terutama tidak terjadi multicollinearity VIF10, nilai R
2
yang besar 94.96 persen, dan Return to scale
yang dihasilkan mendekati satu 1.08. Sama halnya dengan total koefisien fungsi produksi dengan metode OLS, menghasilkan angka 1.21 yang
berarti Constant Return To Scale. Pendugaan dengan metode MLE Maximum Likelihood Estimation
juga dianggap fit karena memenuhi asumsi Cobb-Douglas. Nilai log likelihood dengan metode MLE +67.356 adalah lebih besar dari nilai
log likelihood dengan metode OLS +47.1777. Nilai cukup kecil 0.0283 dan nilai parameter yang mendekati 1 yaitu 0.9459.
Tabel 51 merupakan hasil pendugaan fungsi produksi dengan metode MLE yang menghasilkan koefisien seluruh variabel yang positif dan tidak ada
pelanggaran asumsi. Variabel lahan signifikan terhadap produksi pada taraf α=5.
Parameter estimates lahan bernilai paling besar +0.8603 yang artinya dengan peningkatan lahan 1 persen maka dapat meningkatkan produksi 0.8603 persen.
Hal ini mengindikasikan bahwa produksi paling responsif terhadap lahan. Dengan kondisi lahan garapan yang sempit 0.49 ha implikasinya adalah masih
diperlukan adanya perluasan lahan. Sementara empat variabel input lainnya memiliki nilai parameter positif dan kurang dari satu yang artinya inelastis.