saat ini perubahan iklim dan cuaca sulit diprediksi, maka pemerintah perlu melakukan rehabilitasi jaringan irigasi untuk pemenuhan kebutuhan air bagi
tanaman padi, terutama saat musim kemarau. Hal ini dirasakan mendesak oleh karena kondisi waduk utama di beberapa provinsi sentra dalam keadaan rusak.
Selain itu juga perlu adanya inovasi benih unggul yang tahan terhadap kekeringan dan rebahan angin.
6.8. Sintesis Fungsi Produksi
Fungsi produksi antar provinsi dan potensi maksimum nasional dapat diringkas pada Tabel 55. Lahan merupakan faktor paling penting karena di setiap
provinsi, rata-rata Indonesia, dan potensi maksimum nasional menghasilkan parameter terbesar bahkan di Jawa Timur memiliki parameter yang lebih dari satu
yang artinya lahan adalah variabel yang elastis terhadap produksi. Dengan kata lain produksi paling responsif terhadap lahan sehingga jika pemerintah hendak
meningkatkan produksi padi maka variabel lahan yang menjadi fokus utama.
Tabel 55. Hasil Pendugaan Parameter Fungsi Produksi Antar Provinsi dan Potensi maksimum nasional
Variabel Sumatera
Utara Jawa
Barat Jawa
Tengah Jawa
Timur Sulawesi
Selatan Indonesia
Potensi maksimum
beta 0 8.008 8.474 7.896 7.986 7.831 8.372 8.445
lahan ha 0.847 0.943 0.940
1.029 0.860 0.985 0.907 benih kg
0.138 0.017
0.132 0.197 0.070
0.071 0.139 tenaga kerja
HOK 0.063 0.023
0.086 0.041
0.044 0.048 0.043 urea kg
0.015 0.008 0.060
0.043 0.110 0.008
0.014 KCL kg
0.003 0.005
0.016 0.000
0.004 0.006 0.006
Dmusim 0.009
0.124 0.069 0.026 0.059 0.033 0.0365
Keterangan : nyata pada taraf α=10, nyata pada taraf α=5
Variabel lain memiliki parameter yang jauh lebih rendah dari lahan. Walaupun dengan nilai parameter yang kecil, variabel benih adalah variabel
penting setelah lahan. Dengan demikian perluasan lahan erat kaitannya dengan peningkatan penggunaan benih. Upaya pemanfaatan lahan kering untuk tanaman
semusim dalam rangka perluasan usahatani padi membutuhkan benih yang adaptif terhadap lahan kering. Untuk meningkatkan penggunaan benih perlu adanya
kebijakan harga benih yang terjangkau dan didukung oleh distribusi yang lancar
sampai ke pelosok baik di Jawa maupun di luar Jawa. Secara umum rata-rata di Indonesia, seluruh input berpengaruh terhadap produksi sehingga penggunaan
input-input masih perlu ditingkatkan untuk meningkatkan produksi. Jika dilihat antar provinsi, di Sumatera Utara, Jawa Barat, dan Jawa Timur
tidak semua variabel signifikan mempengaruhi produksi sehingga upaya untuk mencapai produksi maksimum dilakukan melalui peningkatan penggunaan input
yang signifikan saja. Akan tetapi jika dibandingkan dengan potensi maksimum nasional, untuk mencapai produksi maksimum, seluruh petani masih perlu
meningkatkan input-inputnya terutama lahan dan berikutnya benih. Variabel dummy musim relatif signifikan terhadap produksi dengan tanda positif yang
artinya peluang produksi pada saat musim hujan lebih tinggi daripada musim kemarau. Hal ini karena padi relatif membutuhkan air yang cukup dibandingkan
tanaman lain sehingga penanaman saat musim hujan dapat menghasilkan panen yang lebih banyak. Hal ini menunjukkan bahwa ketersediaan air sangat penting.
Dengan kondisi jaringan irigasi yang rusak, implikasinya adalah perlunya rehabilitasi jaringan irigasi untuk menjaga ketersediaan air yang optimal. Dengan
irigasi yang baik, diharapkan saat musim hujan ketersediaan air tidak berlebih sehingga tanaman tidak terendam dan di saat musim kemarau ketersediaan air
mencukupi sehingga tanaman tidak kekeringan. Kondisi ini berdampak perlunya dukungan benih unggul yang adaptif terhadap musim.
VII. ANALISIS EFISIENSI TEKNIS
Jika fungsi produksi ditentukan oleh penggunaan input-inputnya maka fungsi inefisiensi ditentukan oleh faktor lain selain input. Variabel yang diduga
mempengaruhi inefisiensi sebagai aspek managerial input dalam penelitian ini yaitu variabel individu petani umur dan pendidikan, variabel karakteristik
usahatani status lahan, variabel karakteristik input mutu benih, variabel teknik budidaya pengolahan lahan dan pola tanam, karakterstik kelembagaan akses ke
lembaga keuangan formal dan keaktifan dalam kelompok tani serta karaktersitik kinerja usahatani penerimaan total rumahtangga. Output fungsi inefisiensi ini
merupakan hasil simultan yang diolah bersamaan dengan fungsi produksi karena inefisiensi merupakan error term dari fungsi produksi yang dimodelkan. Model
yang digunakan yaitu Cobb-Douglas dengan metode MLE. Pendugaan dengan metode MLE Maximum Likelihood Estimation menghasilkan fungsi produksi
yang dianggap fit karena memenuhi asumsi Cobb-Douglas baik di lima provinsi sentra, rata-rata Indonesia pool data, dan juga secara bechmark nasional dengan
memperhatikan variasi antar provinsi. Seluruh nilai log likelihood dengan metode MLE lebih besar dari nilai log
likelihood dengan metode OLS, nilai yang menunjukkan distribusi dari error term inefisiensi adalah cukup kecil, dan nilai yang mendekati 1 yang
menunjukkan bahwa error term hanya berasal dari akibat inefisiensi dan bukan berasal dari noise
. Adapun rincian output stochastic frontier selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4.
7.1.Fungsi Inefisiensi Teknis Usahatani Padi di Sumatera Utara
Fungsi inefisiensi dapat dilihat pada Tabel 56. Nilai mean technical efficiency
yang dicapai yaitu sebesar 0.8363 atau 83.63 persen sehingga masih terdapat ruang untuk meningkatkan efisiensi pada teknologi yang sama sebesar
16.37 persen melalui pembenahan faktor-faktor yang signifikan mempengaruhi efisiensi. Nilai mean efficiency ini dikaregorikan telah efisien.