Teknik Budidaya Padi KARAKTERISTIK PETANI RESPONDEN

dibandingkan tanaman lain. Selain itu kelima provinsi ini adalah sentra produsen padi dimana jaringan irigasinya relatif tersedia dibanding provinsi lain. Tabel 16. Sebaran Responden Berdasarkan Jenis Lahan Sawah. Provinsi Jenis Lahan Sawah 1=irigasi 0=non irigasi total Sumatera Utara 100 100.00 - - 100 Jawa Barat - 97.69 - 2 130 Jawa Tengah - 100.00 - - 171 Jawa Timur 95 100.00 - - 95 Sulawesi Selatan 93 96.88 3 3 96 Indonesia - 98.99 - 1 592 Kebutuhan air untuk persawahan bagi sebagian besar petani responden bersumber dari irigasi teknis 76.52 persen Tabel 17. Jika dilihat per provinsi, lebih dari 70 persen petani di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Sulawesi Selatan menggunakan irigasi teknis sebagai sumber air bagi persawahan mereka. Hal ini didukung oleh ketersediaan irigasi teknis di provinsi tersebut. Kecuali di Sumatera Utara, sebagian 42 persen petani memperoleh sumber air bukan dari irigasi teknis. Tabel 17. Sebaran Responden Berdasarkan Jenis Irigasi Tahun 2010. Provinsi Jenis Irigasi 1=Teknis 0=Lainnya total Sumatera Utara 58 58.00 42 42 100 Jawa Barat 112 86.15 18 14 130 Jawa Tengah 141 82.46 30 18 171 Jawa Timur 68 71.58 27 28 95 Sulawesi Selatan 74 77.08 22 23 96 Indonesia 453 76.52 139 23 592 Irigasi sebagai sumber air bagi lahan petani sangat penting dijaga agar tidak cepat rusak. Perawatan irigasi memang mahal karena banyak infrastruktur irigasi telah berumur tua. Kondisi irigasi yang rusak akan berdampak pada ketersediaan air. Berdasarkan Direktorat Jenderal Pengairan 2011 4 , dari 61 waduk, 3 waduk utama di Jawa Barat, yaitu Waduk Djuanda, Cirata dan Saguling berada dalam kondisi waspada, 4 waduk utama di Jawa Tengah yaitu Waduk Wonogiri, Kedungombo, Sempor dan Wadaslintang berada dalam kondisi normal. Untuk kondisi waduk-waduk kecil di Jawa Tengah ; 27 waduk dalam kondisi normal, 4 waduk Lalung, Kembangan, Brambang dan Rawapening dalam kondisi waspada, 2 waduk Song Putri dan Parang Joho tidak ada data, dan Waduk Londanwetan dalam tahap perbaikan. Di DI Yogyakarta, Waduk Sermo berada dalam kondisi normal, di Jawa Timur Waduk Wonorejo berada dalam kondisi waspada. Sedangkan Waduk Sutami, Lahor, Selorejo dan Bening dalam kondisi normal. Untuk kondisi waduk-waduk kecil di Jawa Timur, 13 waduk dalam kondisi normal. Di Lampung, Waduk Batutegi berada dalam kondisi normal, dan di Sulawesi Selatan Waduk Bili-bili dalam kondisi normal. Hanya di Sumatera Utara yang kondisi waduknya cukup parah. Hal ini karena banyak lahan di konversi ke perkebunan sehingga padi tidak menjadi prioritas. Jika dilihat dari pengolahan lahan, sebagian besar petani 91.22 persen menggunakan traktor untuk mengolah lahannya Tabel 18. Demikian juga jika dilihat per provinsi, lebih dari 90 persen petani menggunakan traktor kecuali di Jawa Timur hanya 78.95 persen petani yang menggunakan traktor. Tabel 18. Sebaran Responden Berdasarkan Pengolahan Lahan. Provinsi Pengolahan Lahan 1=traktor 0=lainnya total Sumatera Utara 96 96.00 4 4 100 Jawa Barat 127 97.69 3 2 130 Jawa Tengah 154 90.06 17 10 171 Jawa Timur 75 78.95 20 21 95 Sulawesi Selatan 88 91.67 8 8 96 Indonesia 540 91.22 52 9 592 Jika dilihat dari mutu benih, sebagian besar 53.21 persen petani menggunakan benih berlabel yang artinya mereka menggunakan benih bermutu. 4 Direktorat Jenderal Pengairan 2011, dalam Kompas. Selasa 27 September 2011. Kualitas Jaringan Irigasi Turun. Dari lima provinsi, di Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur, lebih dari 50 petani menggunakan benih berlabel Tabel 19. Di Provinsi Sumatera Utara dan Sulawesi Selatan, banyak petani yang tidak menggunakan benih berlabel. Hal ini terjadi karena ketersediaan dan distribusi benih bermutu untuk luar Jawa lebih terbatas daripada di Jawa. Tabel 19. Sebaran Responden Berdasarkan Mutu Benih. Provinsi Mutu Benih 1=Berlabel 0=Tidak Berlabel total Sumatera Utara 41 41.00 59 59 100 Jawa Barat 65 50.00 65 50 130 Jawa Tengah 100 58.48 71 42 171 Jawa Timur 79 83.16 16 17 95 Sulawesi Selatan 30 31.25 66 69 96 Indonesia 315 53.21 277 47 592 Jarak tanam yang diterapkan sebagian besar petani sudah teratur 87.84 persen Tabel 20. Mereka telah mengetahui jarak tanam yang tepat untuk tanaman padi baik dari PPL maupun pengalaman petani. Jika dilihat per provinsi maka terutama petani di Jawa Barat dan Jawa Timur sebagian besar lebih dari 98 persen telah menerapkan jarak tanam teratur. Tabel 20. Sebaran Responden Berdasarkan Jarak Tanam. Provinsi Jarak tanam 1=teratur 0=tidak teratur total Sumatera Utara 82 82.00 18 18 100 Jawa Barat 128 98.46 2 2 130 Jawa Tengah 135 78.95 36 21 171 Jawa Timur 94 98.95 1 1 95 Sulawesi Selatan 81 84.38 15 16 96 Indonesia 520 87.84 72 12 592 Pada saat ini di Indonesia, petani sangat sulit untuk menerapkan pola tanam 3 kali padi dalam setahun. Hal ini disebabkan oleh perubahan iklim yang tidak dapat diprediksi ditambah lagi kondisi infrastruktur seperti irigasi banyak yang telah rusak. Petani menjadi sulit menentukan kapan mulai tanam. Hampir seluruh petani 92 persen tidak dapat menerapkan pola tanam 3 kali padi dalam setahun Tabel 21. Hanya petani di Jawa Timur yang petaninya cukup banyak 27.37 persen menerapkan pola tanam 3 kali padi dalam setahun. Sementara di Sumatera Utara dan Jawa Barat sama sekali tidak bisa. Mereka hanya bisa menerapkan maksimal dua kali tanam padi dalam setahun. Di Jawa Tengah dan Sulawesi Selatan, hanya sebagian kecil petani 8 persen dapat menerapkan pola tanam 3 kali padi setahun. Tabel 21. Sebaran Responden Berdasarkan PolaTanam. Provinsi Pola Tanam 1=3kali padi 0=kurang dari 3 kali padi total Sumatera Utara - - 100 100 100 Jawa Barat - - 130 100 130 Jawa Tengah 15 8.77 156 91 171 Jawa Timur 26 27.37 69 73 95 Sulawesi Selatan 8 8.33 88 92 96 Indonesia 49 8.28 543 92 592 Jika dilihat dari cara tanam, sebagian besar petani 82.94 persen menggunakan cara tanam pindah yaitu benih padi disemaikan terlebih dahulu, baru kemudian benih tersebut ditanam Tabel 22. Tabel 22. Sebaran Responden Berdasarkan Cara Tanam. Provinsi Cara Tanam 1=tanam pindah 0=Tabela total Sumatera Utara 98 98.00 2 2 100 Jawa Barat 130 100.00 - - 130 Jawa Tengah 142 83.04 29 17 171 Jawa Timur 79 83.16 16 17 95 Sulawesi Selatan 42 43.75 54 56 96 Indonesia 491 82.94 101 17 592 Jika dilihat per provinsi, hanya petani di Sulawesi Selatan yang sebagian besar menerapkan tabela tanam benih langsung. Hasil pengkajian Saenong, et al 1998 di Kabupaten Bone, Soppeng, Wajo, Sidrap, Pinrang, Luwu, Maros, dan Gowa dengan masing-masing 500 hektar menunjukkan bahwa cara tabela dapat menghasilkan gabah 0.44 tonha lebih tinggi dari cara tanam pindah 7.1 persen. Selain itu cara tabela juga dapat menghemat biaya produksi rata-rata Rp 47 700ha 7.9 persen lebih rendah di banding tanam pindah. Jika dilihat dari sistem tanam, sistem legowo belum banyak diterapkan petani. Hal ini dapat dibuktikan bahwa sebagian besar petani 85 persen tidak menerapkan sistem tanam legowo baik legowo 2:1 maupun legowo 4:1. Jika dilihat per provinsi, sebagian besar petani di setiap provinsi juga tidak menerapkan sistem tanam legowo Tabel 23. Di Jawa Barat sebanyak 30 persen petaninya menerapkan sistem tanam legowo. Menurut Badan Litbang Pertanian 2007, populasi tanaman model legowo 4:1 dengan jarak tanam 20 × 10cm × 40 cm adalah 36 rumpun per m 2 , sedangkan dengan sistem tegel 20 × 20cm sebanyak 25 rumpun per m 2 . Hal ini akan berpengaruh terhadap populasi tanaman per satuan luas dan jumlah anakan produktif, dan pada akhirnya akan berpengaruh terhadap produksi padi. Tabel 23. Sebaran Responden Berdasarkan Sistem Tanam. Provinsi Sistem Tanam 1=legowo 0=Bukan legowo total Sumatera Utara 11 11.00 89 89 100 Jawa Barat 39 30.00 91 70 130 Jawa Tengah 12 7.02 159 93 171 Jawa Timur 16 16.84 79 83 95 Sulawesi Selatan 8 8.33 88 92 96 Indonesia 86 14.53 506 85 592 Penyulaman pada tanaman padi merupakan aktivitas penting yang bertujuan untuk mengganti tanaman yang mati. Sebagian besar petani 91 persen melakukan penyulaman walaupun hanya satu kali, namun ada pula petani yang tidak melakukan penyulaman Tabel 24.. Jika dilihat per provinsi, sebagian besar petani di lima provinsi melakukan penyulaman. Tabel 24. Sebaran Responden Berdasarkan Frekuensi Penyulaman. Provinsi Frekuense Penyulaman Tidak pernah 1 kali 2 kali 2 kali total Rata-rata Sumatera Utara 2 2.00 98 98 - - - - 100 0.98 Jawa Barat 3 2.31 127 98 - - - - 130 0.98 Jawa Tengah 31 18.13 140 82 - - - - 171 0.82 Jawa Timur 11 11.58 84 88 - - - - 95 0.88 Sulawesi Selatan 8 8.33 88 92 - - - - 96 0.92 Indonesia 55 9.29 537 91 - - - - 592 0.92 Penyiangan adalah proses pembersihan tanaman dari gulma. Sebagian besar petani 51 persen melakukan penyiangan dua kali dalam satu musim tanam. Demikian pula petani di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur lebih dari 50 persen petani melakukan penyiangan dua kali dalam satu musim tanam Tabel 25. Sementara petani di Sumatera Utara dan Sulawesi Selatan sebagian besar melakukan penyiangan satu kali semusim. Semakin sering dilakukan penyiangan maka akan meningkatkan produktivitas karena tidak ada kompetisi dalam perolehan hara antara padi dengan gulma. Tabel 25. Sebaran Responden Berdasarkan Frekuensi Penyiangan. Provinsi Frekuensi penyiangan Tidak pernah 1 kali 2kali 2 kali total Rata- rata Sumatera Utara 8 8.00 47 47 35 35 10 10 100 1.49 Jawa Barat 6 4.62 21 16 68 52 35 27 130 2.08 Jawa Tengah 4 2.34 10 6 100 58 57 33 171 2.71 Jawa Timur 10 10.53 13 14 54 57 18 19 95 1.98 Sulawesi Selatan - - 49 51 43 45 4 4 96 1.53 Indonesia 28 4.73 140 24 300 51 124 21 592 1.96 Penyemprotan hama dan penyakit tanaman dilakukan oleh sebagian petani 39 persen rata-rata 3-4 kali dalam satu musim tanam. Hal ini terjadi di Jawa Barat, Jawa Timur dan Sulawesi Selatan. Lebih dari 40 persen petani di tiga provinsi tersebut melakukan penyemprotan 3-4 kali per musim tanam. Tabel 26. Sementara di Sumatera Utara petani menyemprot lebih dari 4 kali semusim lebih dari 40 persen petani. Hanya petani di Jawa Tengah yang frekuensi penyemprotannya relatif kurang karena 38 persen petani menyemprot hanya 1-2 kali semusim. Tabel 26. Sebaran Responden Berdasarkan Frekuensi Penyemprotan. Provinsi Frekuensei penyemprotan Tidak pernah 1 -2 kali 3-4 kali 4 kali total Rata- rata Sumatera Utara 4 4.00 28 28 25 25 43 43 100 4.21 Jawa Barat 4 3.08 12 9 64 49 50 38 130 4.31 Jawa Tengah 11 6.43 65 38 55 32 40 23 171 3.54 Jawa Timur 8 8.42 16 17 42 44 29 31 95 3.77 Sulawesi Selatan - - 39 41 43 45 14 15 96 3.40 Indonesia 27 4.56 160 27 229 39 176 30 592 3.85 Mekanisasi pasca penen dilakukan saat perontokan gabah dan ternyata sebagian besar petani melakukannya secara manual 55.74 persen. Demikian juga jika dilihat per provinsi. Di Sumatera Utara, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan sebagian besar petani melakukan perontokan secara manual. Kecuali di Jawa Tengah, perontokan dilakukan dengan mesin tresher oleh sebagian besar petani 53 persen, dan Di Jawa Barat seluruh petani melakukan perontokan dengan mesin tresher Tabel 27.. Tabel 27. Sebaran Responden Berdasarkan Perontokan Gabah. Provinsi Perontokan 1=manual 0=mesin total Sumatera Utara 91 91.00 9 9 100 Jawa Barat - - 130 100 130 Jawa Tengah 80 46.78 91 53 171 Jawa Timur 78 82.11 17 18 95 Sulawesi Selatan 81 84.38 15 16 96 Indonesia 330 55.74 262 44 592

5.5. Kelembagaan Usahatani

Kelembagaan di level petani sangat penting untuk keberhasilan usahatani. Kelompok tani merupakan lembaga yang mewadahi petani di tingkat desa. Hampir seluruh petani 92.06 persen berpendapat bahwa di desa mereka terdapat kelompok tani Tabel 28. Demikian pula jika dilihat secara per provinsi. Tabel 28. Sebaran Responden Berdasarkan Adanya Kelompok Tani. Provinsi Adanya Kelompok Tani di Desa 1=ada 0=tidak ada total Sumatera Utara 94 94.00 6 6 100 Jawa Barat 111 85.38 19 15 130 Jawa Tengah 157 91.81 14 8 171 Jawa Timur 95 100.00 - - 95 Sulawesi Selatan 88 91.67 8 8 96 Indonesia 545 92.06 47 8 592 Adanya kelompok tani di setiap desa ternyata tidak menjamin petani ikut serta dalam keanggotaan. Di Provinsi Sumatera Utara, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan sebagian besar petani adalah anggota kelompok tani. Kecuali di Jawa Barat, banyak petani yang tidak menjadi anggota kelompok tani 50 persen Tabel 29. Merujuk bahwa Jawa Barat adalah sentra produksi padi, banyak petani yang mengandalkan pengalaman bukan kelompok tani untuk bekal usahatani. Tabel 29. Sebaran Responden Berdasarkan Keanggotaan Kelompok Tani. Provinsi Keanggotaan Kelompok Tani 1=anggota 0=bukan anggota total Sumatera Utara 64 64.00 36 36 100 Jawa Barat 65 50.00 65 50 130 Jawa Tengah 124 72.51 47 27 171 Jawa Timur 49 51.58 46 48 95 Sulawesi Selatan 70 72.92 26 27 96 Indonesia 372 62.84 220 37 592 Bagi petani yang telah menjadi anggota kelompok, ternyata tidak seluruhnya aktif. Sebagian besar petani di provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Jawa Timur dan Sulawesi Selatan tidak aktif dalam kelompok tani. Jumlah petani yang aktif paling banyak di Provinsi Jawa Tengah karena 60.23 persen petaninya