Efisiensi Alokasi dan Efisiensi Ekonomi Usahatani padi di Sulawesi Selatan

Efisiensi alokasi berkisar antara 0.2279 dan 0.9934 dengan rata-rata 0.7732. Jika rata-rata petani dapat mencapai tingkat efisiensi alokasi yang paling tinggi, maka mereka dapat menghemat biaya sebesar 22.17 persen 1- 0.77320.9934, sedangkan petani yang paling tidak efisien, mereka akan dapat menghemat biaya sangat tinggi sebesar 77.06 persen 1-0.22790.9934. Tabel 108. Sebaran Responden Berdasarkan Efisiensi Teknis, Alokasi, dan Ekonomi Pada Level Potensi Maksimum Nasional. Range Efisiensi Teknis Efisiensi Alokasi Efisiensi Ekonomi 0.2 - - 3 0.51 5 0.84 0.2≤x0.4 - - 27 4.56 108 18.24 0.4≤x0.6 7 1.18 110 18.58 261 44.09 0.6≤x0.8 556 93.92 196 33.11 190 32.09 ≥0.8 29 4.90 256 43.24 28 4.73 Total 592 100.00 592 100.00 592 100.00 Rata-rata 0.7116 0.7732 0.5469 minimum 0.5585 0.2279 0.0506 maksimum 0.9231 0.9934 0.8959 Efek gabungan dari efisiensi teknis dan alokasi menunjukkan bahwa efisiensi ekonomi petani berada pada kisaran 0.0506 sampai 0.8959 dengan rata- rata 0.5469. Hal ini mengindikasikan jika rata-rata petani dapat mencapai tingkat efisiensi ekonomi paling tinggi maka mereka dapat menghemat biaya sebesar 38.96 persen 1-0.54690.8959, sedangkan pada petani yang tidak efisien, mereka dapat menghemat biaya sangat tinggi sebesar 94.35 persen 1-0.05060.8959. Berdasarkan hasil analisis diperoleh bahwa untuk mencapai potensi maksimum nasional, penanganan masalah baik inefisiensi teknis maupun inefisiensi alokasi di Indonesia menjadi kendala dalam upaya pencapaian tingkat efisiensi ekonomi yang lebih tinggi keuntungan maksimum. Hal ini karena secara teknis kondisi petani dikatakan tidak efisien indeks efisiensi teknis 0.8 dengan ruang peningkatan efisiensi yang cukup besar dan penghematan biaya sebagai dampak pencapaian efisiensi alokasi cukup besar pula. Upaya yang dapat dilakukan dalam rangka peningkatan efisiensi alokasi pada kondisi petani memperhatikan harga input yaitu penambahan input yang kurang atau pengurangan input yang berlebihan sehingga dicapai biaya minimum. Selain itu dari sisi pemerintah dapat melakukan kebijakan harga input dan output agar biaya input terjangkau oleh petani. Adapun ringkasan penghematan biaya dapat dilihat pada Tabel 109. Tabel 109. Ringkasan Penghematan Biaya Dalam Pencapaian Efisiensi Alokasi dan Ekonomi di Setiap Provinsi, Pool, dan Meta Indonesia. Penghematan Biaya Sumatera Utara Jawa Barat Jawa Tengah Jawa Timur Sulawesi Selatan Pool Meta Pencapaian AE max bagi rata-rata petani 21.24 36.33 36.96 27.56 7.2 32.43 22.17 Pencapaian AE max bagi petani paling tidak efisiesn 76.09 78.03 88.07 74.41 95.21 94.82 77.06 Pencapaian EE max bagi rata-rata petani 32.42 28.67 34.35 34.24 25.68 40.79 38.96 Pencapaian EE max bagi petani paling tidak efisiesn 76.94 78.03 85.25 75.66 96.21 95.095 94.35 Tabel 110 menunjukkan perbandingan efisiensi teknis, alokasi, dan ekonomi setiap provinsi serta kondisi metafrontier dan perubahannya. Dari segi efisiensi teknis, petani di setiap provinsi dan rata-rata Indonesia dapat dikatakan telah efisien karena menghasilkan nilai TE frontier yang lebih dari 0.8, namun jika dibandingkan dengan kondisi metafrontier, seluruh petani di setiap provinsi dan rata-rata Indonesia efisiensinya turun menjadi tidak efisien indeks TE0.8 yang berdampak ruang peningkatan efisiensi teknis menjadi bertambah besar. Tabel 110. Perbandingan Efisiensi Teknis, Alokasi, dan Ekonomi Setiap Provinsi Serta Kondisi Metafrontier dan Perubahannya. PROVINSI TE META TE Delta AE META AE delta EE META EE delta Sumatera Utara 0.8363 0.7356 0.1006 0.78333 0.7744 0.009 0.6228 0.5650 0.0578 Jawa Barat 0.9074 0.6970 0.2104 0.63049 0.8515 -0.221 0.5671 0.5882 -0.021 Jawa Tengah 0.8062 0.7091 0.0970 0.62576 0.6318 -0.006 0.4756 0.4477 0.0279 Jawa Timur 0.8438 0.7289 0.1149 0.70144 0.7292 -0.028 0.5814 0.5329 0.0485 Sulawesi Selatan 0.8167 0.6936 0.1231 0.92735 0.9612 -0.034 0.7435 0.6626 0.0809 Pool 0.8497 0.7116 0.1381 0.67361 0.7732 -0.010 0.5573 0.5469 0.0105 Meta 0.7116 0.77318 0.5469 Dari segi efisiensi alokasi, hampir seluruh petani di setiap provinsi menghasilkan nilai AE yang lebih rendah dari TE yang artinya walaupun petani telah efisien secara teknis, namun secara alokasi belum efisien sehingga penghematan jika petani mencapai efisiensi alokasi maksimum masih besar. Kecuali petani di Sulawesi Selatan, secara teknis dan alokasi telah efisien yang artinya penggunaan input selain memperhatikan kebutuhan optimal juga telah memperhatikan harga-harga yang berlaku. Tingginya efisiensi teknis dibanding efisiensi alokasi ini sebagai bukti bahwa selama ini orientasi produksi maksimum lebih diutamakan sementara orientasi farmer welfare dikesampingkan. Efisiensi alokasi metafrontier AE rata-rata lebih tinggi daripada efisiensi alokasi frontier AE. Kondisi efisiensi alokasi metafrontier AE menunjukkan bahwa dibandingkan potensi maksimum nasional hampir seluruh provinsi telah efisien secara alokasi kecuali Jawa Tengah yang artinya petani menggunakan input dengan memperhatikan harga-harga yang berlaku. Walaupun secara teknis kondisi petani tidak efisien karena TE yang rendah. Oleh karena efisiensi alokasi AE di setiap provinsi lebih rendah dari efisiensi teknis TE, maka berdampak pada rendahnya efisiensi ekonomi EE. Dalam hal ini rendahnya efisiensi ekonomi EE lebih disebabkan oleh permasalahan inefisiensi alokasi daripada inefisiensi teknis. Hal ini dikarenakan informasi harga input yang tidak transparan, informasi harga output yang sulit diduga karena ditentukan di pasar dan terjadi setelah panen, atau jika harga diketahui petani, namun mereka tidak dapat melakukan pembelian input dengan mempertimbangkan harga karena penggunaan input telah ditetapkan dosis dan standarnya. Solusinya adalah perlunya dukungan harga input dan output yang membela petani sehingga petani dapat melakukan penghematan dan mencapai keuntungan maksimum. Pada kondisi potensi maksimum nasional rendahnya efisiensi teknis TE berdampak pada rendahnya efisiensi ekonomi EE walaupun efisiensi alokasi AE sedikit lebih tinggi dari efisiensi teknis TE. Rendahnya efisiensi ekonomi EE lebih disebabkan oleh permasalahan inefisiensi teknis daripada inefisiensi alokasi. Dengan potensi maksimum nasional metafrontier, rata-rata petani di Indonesia dapat dikatakan telah menggunakan input dengan memperhatikan harga-harga yang berlaku. Dalam hal ini rasionalitas petani berperan dalam pengambilan keputusan penggunaan input yang disesuaikan dengan kondisi daya beli mereka. Solusi untuk meningkatkan efisiensi ekonomi EE yaitu perlunya penggunaan input secara optimal bagi petani-petani yang