Implikasi Kebijakan RANCANGAN SISTEM PENGEMBANGAN KLASTER AGROINDUSTRI AREN

84 konsentrasi geografis agroindustri dan lembaga terkait, ketersediaan dan kontinutas bahan baku, potensi sumberdaya manusia, kapasitas dan kemampuan teknologi yang dimiliki, ketersediaan industri pendukung, ketersediaan infrastuktur fisik, ketersediaan lembaga pendukung, dukungan pemerintah daerah dan pusat, budaya kerja yang mendukung, serta potensi dan jangkauan pasar. Ketidakmampuan menganalisis dan mensintesa faktor-faktor penting dalam sistem penentuan lokasi berdampak pada proses dan kinerja pengembangan dimana tujuan tidak akan tercapai sesuai dengan target-target yang ditetapkan. Pengembangan kelembagaan harus diarahkan pada pembentukan sistem kelembagaan yang dapat mendorong industri dan lembaga terkait melakukan kerjasama untuk saling mendukung dan saling menguntungkan. Pengembangan teknologi diarahkan pada peningkatan kemampuan agroindustri aren melakukan ekspansi dan pengembangan produk. Pengembangan kinerja usaha diarahkan pada peningkatan pendapatan petani penyadap dan usaha agroindustri kecil. Hasil verifikasi terhadap Perencanaan strategi pengembangan klaster agroindustri aren harus dilakukan oleh pelaku-pelaku dan institusi-institusi terkait secara terintegrasi dan sinergis dalam suatu sistem Pelaku-pelaku dan institusi kunci yang harus berperan lebih adalah pemilik lahan, petani penyadap, industri pengolahan, pedagang perantara, kelompok tani dan koperasi. Sementara itu, aktivitas utama yang harus dilaksanakan dalam implementasi program adalah mendorong pengembangan kerjasama dan koordinasi antar industri anggota klaster, pengembangan kerjasama dengan lembaga terkait, pengembangan inovasi dan teknologi baru, dan pendidikan dan pelatihan. Hubungan kemitraan dan kerjasama pelaku-pelaku dalam sistem klaster agroindustri aren ditandai dengan adanya aliran bahan atau materi dan adanya aliran informasi, sebagaimana dipresentasikan pada Gambar 19. 85 Industri Alat dan Mesin Industri Makanan Lembaga Keuangan Pemerintah Daerah Pusat Badan Standarisasi Pedagang Perantara Pemilik Lahan Penyadap Lembaga Litbang Kelompok Tani Inkubator Asosiasi Dagang Industri Gula Cetak Industri Gula Semut Industri Gula Cair Koperasi Perguruan Tinggi Konsumen Akhir Industri Bioetanol Alkohol Keterangan: a - - - - - - : aliran informasi dan pengetahuan b : aliran bahan materi Gambar 19 Jaringan kerjasama dalam sistem kelembagaan klaster agroindustri aren Dalam mengembangkan kluster agroindustri aren, berbagai aspek baik dari subsistem hulu, subsistem hilir maupun jasa penunjang haruslah saling mendukung satu sama lainnya. Kluster agroindustri aren yang baik digambarkan oleh tingginya tingkat keterkaitan berbagai kegiatan yang saling mendukung antara satu pelaku dengan pelaku yang lain. Oleh karena itu, untuk mencapai tingkat keberhasilan, beberapa faktor kunci yang harus diperhatikan dalam kluster agroindustri aren yaitu tercipta kemitraan dan jaringan networking yang efektif diantara pihak-pihak yang terlibat. Terciptanya kemitraan dan jaringan kerjasama antar perusahaan merupakan hal yang sangat penting bukan hanya terjaminnya pasokan dan permintaan sumberdaya namun juga dalam hal fleksibilitas keputusan. Fleksibilitas tersebut misalnya kesepakatan penentuan harga bahan baku, jumlah produksi, harga produk, serta transfer informasi dan teknologi. Pengembangan inovasi dan teknologi merupakan bagian penting dalam sistem pengembangan klaster agroindustri aren. Oleh sebab itu, perencanaan teknologi pada setiap rantai pasok harus dilaksanakan secara akurat sehingga 86 tujuan untuk meningkatkan produktivitas, nilai tambah dan daya saing agroindutri aren dapat dicapai. Dalam implementasi, penggunaan teknologi tersebut harus dilaksanakan secara simultan di setiap rantai pasok dengan mempertimbangkan faktor-faktor kunci seperti ketersediaan dan aksesibilitas, harga satuan, biaya operasi, produktivitas, dan penggunaan alat dan bahan tambahan. Pengembangan klaster agroindustri aren sebagai suatu program mengharuskan adanya metode pengukuran kebehasilan pelaksanaan program tersebut. Berdasarkan hasil kajian diperoleh bahwa indikator utama yang dapat dipakai untuk menilai keberhasilan pengembangan program tersebut adalah adanya peningkatan jumlah dan bentuk kerjasama, peningkatan anggota klaster, peningkatan nilai investasi dan peningkatan skala usaha. Walaupun demikian, kebehasilan implementasi model pengembangan klaster membutuhkan adanya suatu sistem pengukuran yang lebih komprehensif, misalnya metode yang dikembangkan Carpinetti 2008, dimana aspek utama yang harus ditinjau yaitu kinerja perusahan, efisiensi kolektif, manfaat sosial ekonomi dan modal sosial. 87

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN

8.1. Kesimpulan

Sistem pengembangan agroindustri merupakan sistem yang sangat kompleks dan dinamis dimana terdapat sejumlah entitas yang sulit untuk didefinisikan. Walaupun demikian, berdasarkan verifikasi dan validasi diketahui bahwa model yang dibangun memiliki kesesuaian untuk menjawab persoalan menyangkut bagaimana mendeteksi dan memahami struktur sistem pengembangan klaster agroindustri aren, khususnya di Sulawesi Utara, sehingga dapat dijadikan bahan petimbangan dalam pengambilan keputusan pengembangan. Terdapat tiga model utama untuk mendukung keputusan pengembangan klaster agroindustri aren di Sulawesi Utara, yaitu: 1 model pengembangan klaster agroindustri aren, yang terdiri dari sub-model penentuan lokasi pengembangan, penentuan industri inti, dan kelembagaan pengembangan klaster, 2 model pengembangan teknologi, yang terdiri dari sub-model produk unggulan, kapasitas olah, dan proses pengolahan; 3 model kelayakan investasi. Model penentuan lokasi potensial pengembangan klaster di Sulawesi didapatkan bahwa Kabupaten Minahasa Selatan memiliki nilai prioritas tertinggi, diikuti Kota Tomohon, dan Kabupaten Minahasa. Model penentuan industri inti menunjukan bahwa industri gula aren memiliki prioritas paling tinggi untuk dikembangkan, diikuti oleh industri bioetanol dan industri minuman beralkohol. Model kelembagaan pengembangan klaster yang dibangun terdiri dari lima elemen sistem yaitu elemen tujuan pengembangan, elemen pelaku, elemen kendala, elemen aktivitas dan elemen indikator keberhasilan. Sub-elemen kunci tujuan pengembangan klaster agroindustri aren adalah meningkatkan pendapatan petani penyadap aren, meningkatkan nilai tambah agroindustri, dan meningkatkan kemampuan inovasi dan teknologi. Sub-elemen kunci pelaku pengembangan adalah pemilik lahan, petani penyadap, agroindustri pengolahan, industri terkait pendukung, pedagang perantara, kelompok tani, dan koperasi. Sub-elemen kunci kendala pengembangan adalah kurangnya dukungan dari pemerintah, rendahnya kualitas sumberdaya manusia, dan rendahnya kemampuan manajerial. Sub-elemen kunci dari elemen aktivitas adalah pengembangan kerjasama dan koordinasi 88 kegiatan antar agroindustri aren, pengembangan kerjasama dengan industri dan lembaga terkait, serta pengembangan kemampuan inovasi dan aplikasi teknologi. Sedangkan sub-elemen kunci indikator keberhasilan pengembangan adalah peningkatan jumlah dan bentuk kerjasama antar pelaku, dan peningkatan kemampuan penguasaan teknologi. Model pemilihan teknologi yang didahului dengan penentuan produk unggulan menunjukan bahwa usaha agroindustri gula semut merupakan industri pengolahan yang paling potensi untuk dikembangkan. Kapasitas olah mesin pengolahan gula semut yang terpilih adalah 5.000 l nira per satu kali olah. Sedangkan teknologi proses yang dianjurkan adalah kombinasi teknik open pan dan vacum evaporator. Model kelayakan investasi usaha agroindustri aren khususnya usaha pengolahan gula semut menunjukan bahwa pada tingkat kapasitas olah 5.000 l, harga jual di tingkat pabrik sebesar Rp15.000,00 per kg adalah layak dan menguntungkan untuk dilaksanakan. Keuntungan bersih yang diperoleh adalah Rp1.192.876.720,00 per thn dengan tingkat pengembalian modal mencapai 41,17. Hasil analisis sensitivitas menunjukan bahwa jika harga produk mengalami penurunan sebesar 20 menjadi Rp12.000,00 per kg maka usaha pengolahan agroindustri gula semut tersebut masih menguntungkan karena koefisien- koefisien indikator yang diperoleh masih berada pada kategori layak dimana keuntungan bersih rata rata yang diperoleh adalah Rp406.164.220,00 per thn dengan tingkat pengembalian modal sebesar 12,94. Namun apabila harga bahan baku mengalami kenaikan sebesar 50 menjadi Rp1.500,00 per l, maka usaha pengolahan gula semut tersebut secara ekonomi tidak layak untuk dilaksanakan karena potensi manfaat riil yang akan diperoleh bernilai negatif.

8.2. Saran

Berdasarkan pertimbangan bahwa agroindustri aren memiliki nilai strategis khususnya bagi peningkatan nilai tambah dan daya saing produk agroindustri di beberapa daerah di Indonesia maka perlu dilakukan kajian-kajian