Pendekatan Sistem TINJAUAN PUSTAKA

7 analisis. Dengan demikian, manajemen sistem dapat diterapkan dengan mengarahkan perhatian kepada berbagai ciri dasar sistem yang perubahan dan gerakannya akan mempengaruhi keberhasilan suatu sistem. Pendekatan sistem adalah suatu cara penyelesaian persoalan yang dimulai dengan melakukan identifikasi terhadap sejumlah kebutuhan-kebutuhan sehingga dapat menghasilkan suatu operasi dari sistem yang dianggap efektif Eriyatno 2003. Karakteristik pendekatan sistem adalah: 1 kompleks karena interaksi antar elemen cukup rumit, 2 dinamis, ada perubahan faktor menurut waktu dan ada pendugaan ke masa depan, dan 3 probabilistik, diperlukan fungsi peluang dan inferensi kesimpulan maupun rekomendasi. Jika diklasifikasikan masalah sistem secara garis besarnya ada tiga, yaitu 1 untuk sistem yang belum ada, struktumya dirancang untuk merealisasikan rancangan yang memiliki prilaku sesuai dengan yang diharapkan persoalan sintesis sistem; 2 untuk sistem yang sudah ada dalam kenyataan atau hanya sebagai suatu rancangan dan strukturnya diketahui, maka prilaku ditentukan pada basis dari struktur yang diketahui itu persoalan analisis sistem; dan 3 untuk sistem yang sudah ada dalam kenyataan tetapi tidak mengenalnya serta strukturnya tidak dapat ditentukan secara langsung, maka permasalahannya adalah mengetahui prilaku dari sistem itu serta strukturnya, yang dikenal dengan persoalan black box atau kotak hitam Gaspersz 1992. Menurut Eriyatno 1998 dalam transformasi input menjadi output, perlu dibedakan antara elemen entity dari suatu sistem dengan sub sistem dari sistem itu sendiri. Sub sistem dikelompokkan dan bagian sistem yang masih berhubungan satu dengan lainnya pada tingkat resolusi yang tertinggi, sedangkan elemen dari sistem adalah pemisahan bagian sistem pada tingkat resolusi yang rendah. Masing-masing sub sistem saling berinteraksi untuk mencapai tujuan sistem. Interaksi antara sub sistem disebut juga interface terjadi karena output dari suatu sistem dapat menjadi input dari sistem lain. Jika interface antar sub sistem terganggu maka proses transformasi pada sistem secara keseluruhan akan terganggu juga sehingga akan menghasilkan bias pada tujuan yang hendak dicapai. 8 Proses transformasi yang dilakukan oleh suatu elemen dalam sistem dapat berupa fungsi matematik, operasi logic, dan proses operasi yang dalam ilmu sistem dikenal dengan konsep kotak gelap black box. Kotak gelap adalah sebuah sistem dari rincian tidak berhingga yang mencakup struktur-struktur terkecil paling mikro. Dengan demikian karakter kotak gelap adalah behavioristic tinjauan sikap. Kotak gelap digunakan untuk mengobservasi apa yang terjadi, bukan mengetahui tentang bagaimana transformasi terjadi. Untuk mengetahui transformasi yang terjadi dalam kotak gelap dapat dilakukan melalui tiga cara, yaitu 1 spesifikasi; 2 analog; kesepadanan dan modifikasi; dan 3 observasi dan percobaan. Eriyatno 1998 menyimpulkan ada tiga pola pikir dasar yang selalu menjadi pegangan pokok para ahli sistem dalam merancang bangun solusi permasalahan, yaitu 1 sibernetik cybernetic, artinya berorientasi pada tujuan; 2 holistik holistic, yaitu cara pandang yang utuh terhadap keutuhan sistem; dan 3 efektif effectiveness. yaitu prinsip yang lebih mementingkan hasil guna yang operasional serta dapat dilaksanakan dari pada pendalaman teoritis untuk mencapai efisiensi keputusan.

2.2. Agroindustri Aren

Kegiatan pemanfaatan bahan baku dari tanaman aren untuk diolah menjadi beberapa produk telah dilakukan oleh masyarakat secara turun temurun. Usaha ini umumnya masih bersifat tradisional yang ditandai dengan penggunaan teknologi sederhana dan dalam skala usaha kecil. Bahan baku yang berasal dari tanaman aren yang paling banyak digunakan oleh masyarakat untuk menghasilkan beberapa produk adalah nira aren yang diperoleh lewat proses penyadapan. Keberadaan gula sukrosa yang dihasilkan selain dari tanaman tebu menunjukkan potensi yang besar baik sebagai produk untuk dikonsumsi langsung maupun sebagai bahan baku industri pengolahan khususnya industri makanan. Salah satu tanaman yang memiliki potensi tersebut adalah aren Arenga Pinnata Merr. Menurut Mahmud et al. 1991 dan Novarianto et al. 2001, selain menghasilkan gula, tanaman ini pada umumnya memiliki potensi untuk 9 menghasilkan beragam produk lain yang memiliki nilai ekonomi seperti daun, lidi, ijuk dan batang. Tanaman aren dapat tumbuh pada ketinggian 0 - 1400 m di atas permukaan laut serta pada berbagai kondisi agroklimat. Pohon aren akan mencapai tingkat kematangannya pada umur 6 - 12 tahun Mahmud 1991. Selanjutnya, kondisi penyadapan terbaik pada umur 8 - 9 tahun, ditandai dengan keluarnya mayang. Penyadapan dapat dilakukan pada pagi dan sore hari. Setiap tahun dapat disadap 3-12 tangkai bunga dengan hasil nira mencapai 300 - 400 liter per musim 3-4 bulan atau sekitar 900 -1600 liter per pohon setahun. Komposisis bahan dari nira aren utamanya terdiri atas sukrosa dan air yang relatif sama dengan yang terkandung pada nira yang berasal dari tanaman kelapa dan dari tanaman tebu Tabel 1. Rendeman gula atau alkohol dari nira berkisar antara 15 - 20, tergantung dari kondisi pohon aren yang disadap niranya Novarianto et al. 2001. Tidak semua pohon yang hendak dipersiapkan untuk disadap dapat menghasilkan nira yang baik. Rendeman ini cenderung lebih tinggi pada nira yang dihasilkan dari mayang pertama hingga mayang ketiga. Sedangkan produktivitas petani untuk menyadap nira cukup beragam yang sangat tergantung dari keterampilan dan kemampuan petani dan juga tergantung pada tujuan pengolahan. Tabel 1 Komposisi bahan dari nira kelapa, nira aren dan nira tebu Komponen Kandungan bahan Nira Aren a Nira Aren b Nira Kelapa c Nira Tebu d Air 85 85 - 87,75 84,7 60,0 – 80,0 Sukrosa 12,67 11,42 – 12,67 14,35 11,0 – 14,0 Gula Pereduksi 0,28 0,28 Na 0,5 – 2,0 Protein 0,19 0,09 – 0,19 0,19 0,15 – 0,20 Lemak 0,14 0,14 0,5 – 1 0,20 – 0,55 Abu 0,06 0,06 Na 0,5 – 1,10 Mineral na na 0,66 0,3 – 0,75 Sabut na na Na 10.0 – 15.0 Zat Warna, malam, gum Na na Na 7.5 – 15.0 pH Na 6,9 Na Na Sumber: a Ardi dalam Laluyan 1995; b Iskandar 1991, c Anonimous 1989; d Moerdokusumo 1993