Analitycal Hierarchy Process AHP

23 Menurut Saaty 1994, beberapa prinsip dalam menyelesaikan permasalahan dengan metode AHP yang harus dipahami : a Dekomposisi; Setelah persoalan didefinisikan, maka perlu dilakukan dekomposisi, yaitu memecah persoalan yang utuh menjadi beberapa unsur. Agar lebih akurat hasilnya maka pemecahan juga dilakukan terhadap unsur-unsurnya sampai tidak mungkin dilakukan pemecahan lebih lanjut, sehingga akan didapatkan beberapa tingkatan dari persoalan. Proses ini dinamakan hirarki. b Penilaian Perbandingan; Prinsip ini berarti membuat penilaian tentang kepentingan relatif dua elemen pada suatu tingkat tertentu dalam kaitannya dengan tingkat diatasnya. Penilaian ini merupakan inti dari AHP. Hasil penilaian ini akan berpengaruh terhadap prioritas elemen-elemennya. Hasil penilaian ini biasanya disajikan dalam matriks perbandingan berpasangan pairwise comparison. c Sintesa Prioritas; Dari setiap matriks perbandingan berpasangan kemudian dicari vektor Eigen untuk mendapatkan prioritas lokal. Karena matriks-matriks perbandingan berpasangan terdapat pada setiap level, maka untuk mendapatkan prioritas global harus dilakukan sintesa berbeda menurut bentuk hirarki. Pengurutan elemen-elemen menurut kepentingan relatif dilakukan melalui prosedur sintesa yang dinamakan priority setting. d Konsistensi Logika; Dua makna yang ada didalamnya yaitu bahwa objek-objek yang serupa dapat dikelompokkan sesuai dengan keseragaman dan relevansi, dan tingkat hubungan antara objek-objek yang didasarkan pada kriteria tertentu.

2.6.3. Interpretive Structural Modelling

Teknik interpretive structural modelling ISM merupakan pendekatan dalam menganalisis sistem berdasarkan elemen serta menyajikannya dalam sebuah gambaran grafikal setiap hubungan langsungnya serta tingkat hirarki dari elemen tersebut Eriyatno 2003. Prinsip dasarnya adalah identifikasi dan strukturisasi suatu sistem yang akan memberikan nilai manfaat yang tinggi guna meramu sistem secara efektif dan pengambilan keputusan yang lebih tinggi khususnya dalam memformulasi kebijakan serta perencanaan strategis. Sejalan dengan dengan pengertian tersebut, Eriyatno 2003 mengemukakan bahwa teknik ISM merupakan suatu proses pengkajian kelompok dimana model-model struktural dihasilkan guna memotret perihal yang kompleks 24 dari suatu sistem, melalui pola yang dirancang secara seksama dengan menggunakan grafik serta kalimat. Dalam teknik ISM, sistem yang ditelaah perjenjangan strukturnya dibagi menjadi elernen-elemen di mana setiap elemen selanjutnya diuraikan menjadi sejumlah sub-elemen. Saxena 1992 mengemukakan bahwa suatu sistem yang menjadi fokus pengembangan dapat dibagi kedalam sembilan elemen, yaitu: 1 sektor masyarakat yang terpengaruh, 2 kebutuhan dari program, 3 kendala utama, 4 perubahan yang dimungkinkan, 5 tujuan dari program, 6 tolok ukur untuk menilai setiap tujuan, 7 aktivitas yang dibutuhkan guna perencanaan tindakan, 8 ukuran aktivitas guna mengevaluasi hasil yang dicapai oleh setiap aktivitas, dan 9 lembaga yang terlibat dalam pelaksanaan program. Elemen mungkin saja menjadi objek dari kebijakan, tujuan dari suatu organisasi, faktor-faktor penilaian, dan lain-lain. Hubungan langsung dapat saja bervariasi dalam suatu konteks merujuk pada hubungan kontekstual, seperti elemen ke-i „lebih baik dari‟ atau „adalah keberhasilan melalui‟ atau „akan membantu keberhas ilan‟ atau „lebih penting dari‟ elemen ke-j Eriyatno 2003. Secara eksplisit tahapan ISM adalah sebagai berikut: a Identifikasi elemen, dimana setiap elemen dari sistem diidentifikasi dan dicatat. b Merumuskan hubungan kontekstual antar elemen-elemen. c Menyusun matriks structural self interaction SSIM, yaitu matriks persepsi responden terhadap elemen serta hubungan langsung antar elemen. Empat simbol yang digunakan untuk menyajikan tipe hubungan tersebut yaitu: Simbol V untuk relasi elemen ke-i dengan elemen ke-j, tetapi tidak berlaku untuk kebalikannya; Simbol A untuk relasi elemen ke-j dengan elemen ke-i, tetapi tidak berlaku untuk kebalikannya; Simbol X untuk interrelasi antara elemen ke-i dengan elemen ke-j berlaku dua arah; serta Simbol O untuk mempresentasikan bahwa elemen ke-i dan elemen ke-j adalah tidak berkaitan. d Menyusun matriks reachability RM, dengan cara merubah simbol-simbol dalam SSIM menjadi matriks angka biner 1 dan 0. Aturan konversi yang digunakan adalah: