Teknologi Pengolahan Agroindustri Aren

11 Nira Aren Juice Nira kadar sukrosa 8 Pekatan nira Peet Gula Cetak Penambahan doctor sugar Gula Cair Pendinginan Pendinginan Pendinginan Bioethanol Nira kadar sukrosa 10-15, pH 6 - 7 Pendinginan ± 10 menit Purifikasi Evaporasi Pemanasan pada suhu ± 110oC selama ± 3 jam Pencetakan Sentrifugasi Kristalisasi Gula Semut Pengemasan Sakarifikasi Fermentasi Destilasi Pemanasan pada suhu 50-60oC, penambahan enzim glukoamilase Pemberian enzim zymase + ragi Gula Sederhana glukosa dan fruktosa Beer ethanol + CO2 Pemanasan pada suhu 78 – 100oC Pemberian minyak kelapa 2gr5lt Gambar 1 Proses Pengolahan Nira Aren. Menurut Mangunwidjaja dan Sailah 2008 teknologi proses yang dapat diterapkan untuk agroindustri sangat beragam, dari yang sederhana fisik, mekanik seperti pengeringan, teknologi sedang reaksi hidrolisis sampai ke teknologi tinggi proses bioteknologis. Prinsip pengolahan nira aren menjadi gula adalah relatif sama dengan yang dilakukan oleh agroindustri gula lainnya seperti gula tebu dan gula palma lain dimana proses utamanya adalah evaporasi atau penguapan air dan kritalisasi. 12 Pengolahan nira aren menjadi gula dapat dilakukan dengan beberapa teknik diantaranya teknik tradisional, teknik open pan dan vacum evaporator dan teknik membran Anonim 2008; Kusumanto 2010. Teknik tradisional merupakan pengolahan nira aren yang dalam proses penguapan atau pemasakan dilakukan secara manual dengan menggunakan teknik dan alat sederhana yang relatif sangat sederhana serta sumber panas untuk proses evaporasi menggunakan kayu bakar, teknik ini umumnya dilakukan oleh industri mikro rumah tangga dan kecil di pedesaan Mahmud et al. 1991; Novarianto 2001; Karouw 2001. Teknik open pan dan vacum evaporator merupakan pengolahan nira menjadi gula semut dilakukan dengan menggunakan alat penguapan atau pemasakan terbuka yang dikombinasikan dengan teknik tekanan Anonim 1990; Iskandar 1991; Novarianto 2001. Teknik membran adalah pengolahan nira aren menjadi gula semut yang dilakukan dengan mengkombinasikan teknik membran, teknik open pan dan vacum evaporator . Prinsip pokok yang dilakukan adalah melewatkan air dalam membran sehingga air tersebut terpisah dengan bahan lain. Alat yang digunakan pada teknik ini dinamakan reverse osmotic machine disingkat RO machine Anonim 2008; Kusumanto 2010.

2.4. Klaster Industri

Salah satu konsep untuk meningkatkan nilai tambah dan keunggulan bersaing suatu industri adalah pengembangan model klaster industri Porter 1990; Unido 2008. Model k laster industri merupakan konsep pendekatan yang telah banyak digunakan untuk mengembangkan industri, termasuk agroindustri, di banyak negara di dunia, yang bertujuan untuk meningkatkan produktifitas dan daya saing, baik di tingkat internasional, regional, dan lokal. Istilah klaster industri mempunyai pengertian bahwa kelompok kegiatan yang terdiri atas industri inti, industri terkait, industri penunjang, dan kegiatan-kegiatan ekonomi sektor-sektor penunjang dan terkait lain, yang dalam kegiatannya akan saling terkait dan saling mendukung Porter 1997. Gonarsyah 2001 menyatakan bahwa klaster dapat didefinisikan sebagai suatu sistem dari perusahan-perusahan dan institusi-institusi yang berinterkoneksi yang nilainya secara keseluruhan lebih besar daripada penjumlahan masing-masing bagian, akibat dari efek sinergi. Sedangkan lingkup 13 geografis suatu klaster dapat mencakup suatu kota, daerah kabupaten, provinsi, atau bahkan suatu jaringan negara tetangga. Konsep ini dapat digunakan untuk mengembangkan industri yang bersifat luas atau pada industri yang terfokus pada jenis-jenis produk tertentu Tambunan 2001. Keunggulan suatu industri disuatu negara atau daerah bukanlah ditentukan oleh kesuksesan industri itu sendiri tetapi merupakan kesuksesan kolektif dari kelompok industri Porter 1990. Karakteristik utama yang menjadi kunci pengembangan klaster industri, sebagaimana dipresentasikan oleh Depperin 2006, adalah: 1 klaster industri melibatkan perusahan-perusahan yang saling berhubungan dan terkait dengan pemasok yang terspesialisasi, penyedia layanan, dan lain-lain; 2 klaster industri merupakan institusi-institusi yang bekerjasama; 3 adanya keterlibatan dan partisipasi dari universitas, asosiasi, dan lembaga swadaya masyarakat dalam bentuk penelitian, pelatihan tenaga kerja, dan konsultasi dalam rangka pemantapan klaster; 4 klaster industri memiliki konsentrasi geografis yang memudahkan pengembangan dan akses antar pelaku yang terlibat didalam klaster; dan 5 klaster dan komponen-komponen lainnya yang berasosiasi serta terkonsentrasi dalam wilayah geografis memungkinkan terjadinya interaksi dan efisiensi yang dapat dikembangkan oleh perusahan yang berhubungan dan juga menyediakan akses pada tenaga kerja yang lebih terspesialisasi. Keterkaitan industri dalam klaster, selain dapat meningkatnya nilai tambah dan daya saing, juga akan menumbuhkan inovasi yang berkelanjutan dan memperkuat posisi tawar bagi setiap anggota klaster Porter 1990. Inovasi akan muncul karena adanya ruang atau peluang yang besar bagi para anggota untuk melaksanakan proses pembelajaran. Perusahan tertentu akan belajar pada perusahan lain yang memiliki keunggulan dan kemajuan, sebaliknya perusahan yang unggul perlu terus memacu keunggulannya secara berkelanjutan. Selain itu, keterkaitan yang ada akan memungkinkan terjadinya perpindahan tenaga kerja antar perusahan dalam klaster yang berakibat pada terjadinya transfer pengetahuan pada perusahan yang menerima tenaga kerja tersebut sehingga akan mendorong terjadinya pertumbuhan kinerja dari perusahan tersebut. Pertumbuhan ini dapat memperdalam integrasi vertikal ataupun integrasi horizontal dari klaster tersebut.