Formulasi Permasalahan ANALISIS SISTEM

42 komprehensif sehingga belum mampu meningkatkan daya saing produk agroindustri, serta 7 kurangnya informasi mengenai sistem penunjang keputusan investasi, baik mengenai kelayakan teknis maupun ekonomi, bagi pengusaha dan pelaku usaha lainnya. 4.4. Identifikasi Sistem Identifikasi sistem merupakan suatu rantai hubungan antara pernyataan dari kebutuhan-kebutuhan dengan pernyataan khusus dari masalah yang harus dipecahkan untuk mencukupi kebutuhan-kebutuhan tersebut Marimin 2004. Berkaitan dengan hal tersebut, maka identifikasi sistem perencanaan pengembangan agroindustri aren digambarkan dalam bentuk diagram lingkar sebab akibat causal loop, seperti pada Gambar 7. Pengembangan Agroindustri Aren di Sulawesi Utara Areal tanam Tingkat teknologi Pasar lokal ekspor Pendapatan masyarakat Tenaga kerja Pendapatan daerah Penerimaan pajak Produktivitas Kapasitas produksi Permintaan produk Mutu produk Kualitas SDM Permintaan bahan baku Program kemitraan Aktivitas ekonomi Pendapatan Petani Inovasi Pengembangan produk Keterkaitan usaha Investasi Tabungan masyarakat Konsumsi masyarakat Suku bunga perbankan Daya saing Permintaan bahan baku industri hilir Keuntungan perusahan + + + + Skala Usaha + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + Gambar 7 Diagram sebab akibat pengembangan sistem agroindustri aren. Aspek penting lainnya dalam mengidentifikasi sistem tersebut adalah melanjutkan interpretasi diagram lingkar sebab akibat tersebut ke dalam konsep kotak gelap black box atau diagram input-output. Gambar 8 menunjukkan diagram kotak gelap sistem perencanaan pengembangan agroindustri aren. Elemen utama dalam kotak gelap tersebut terdiri atas peubah input, peubah output dan parameter-parameter yang membatasi sistem tersebut. 43 Gambar 8 Diagram input output pengembangan klaster agroindustri aren. Identifikasi terhadap sistem perencanaan pengembangan agroindustri pedesaan akan menghasilkan spesifikasi yang lebih terperinci tentang peubah yang menyangkut rancangan dan proses pengendalian. Identifikasi sistem tersebut ditentukan dan ditandai dengan adanya determinasi kriteria jalannya sistem yang akan membantu dalam evaluasi alternatif sistem. INPUT TIDAK TERKONTROL 1. Harga Pasar Produk 2. Harga Pasar Input 3. Suku Bunga Bank 4. Persaingan Industri SejenisTerkait 5. Struktur persaingan industri 5. Perkembangan Teknologi 6. Ketersediaan Infrastruktur 7. Ketersediaan Dana Modal 8. Permintaan Pasar Domestik dan Dunia 9. Kewirausahaan OUTPUT YANG DIKEHENDAKI 1. Peningkatan Produktivitas 2. Stabilitas Harga Produk 3. Kualitas Produk Terjaga zero defect 4. Peningkatan Nilai Tambah 5. Peningkatan Pendapatan Pemerintah 6. Peningkatan Pendapatan Industri Hulu dan Hilir 7. Peningkatan Pendapatan Petani 8. Difersifikasi Produk 9. Peningkatan Daya Saing 10. Produksi Bersih dan Berkelanjutan 11. Peningkatan Lapangan Kerja 12. Peningkatan kerjasama antar pihak INPUT TERKONTROL 1. Tenaga Kerja SDM 2. Bahan Baku dan Produksi 3. Permodalan Investasi 4. Manajemen Usaha 5. Sarana dan Prasarana 6. Teknologi disepanjang Rantai Pasok OUTPUT TIDAK DIKEHENDAKI 1. Kualitas Produk Rendah 2. Harga Produk Fluktuatif Rendah 3. Meningkatnya Biaya Produksi 4. Penurunan Keuntungan Pendapatan 5. Disparitas Pendapatan 6. Kerusakan Lingkungan MANAJEMEN PENGENDALIAN MODEL PENGEMBANGAN KLASTER AGROINDUSTRI AREN DI SULAWESI UTARA INPUT LINGKUNGAN 1. Kebijakan Pemerintah 2. Kondisi Sosial Ekonomi 3. Etos Kerja Masyarakat 4. Akses dan Kesempatan 44

V. PEMODELAN SISTEM

Dalam analisis sistem perencanaan pengembangan agroindustri aren di Sulawesi Utara menunjukkan bahwa terdapat berbagai pihak yang terlibat dan berperan didalam sistem tersebut. Pihak-pihak tersebut mempunyai kebutuhan yang berbeda-beda sesuai dengan tujuan masing-masing dan saling berinteraksi satu dengan yang lain serta berpengaruh terhadap keseluruhan sistem yang ada. Dalam hal ini, pihak-pihak tersebut adalah petanipenghasil bahan baku, perusahan agroindustri, pedagang perantara, konsumen, investor, kelompok tani dan gapoktan, koperasi, lembaga penelitian dan perguruan tinggi, lembaga keuangan, dan pemerintah daerah dan pusat. Kebutuhan dari pihak-pihak yang terlibat dapat bersifat menguatkan maupun saling melemahkan. Kondisi ini menjadi permasalahan dalam pengembangan agroindustri pedesaan ke depan. Oleh sebab itu, sistem agroindustri aren perlu untuk dirancang dalam suatu model perencanan pengembangan yang diharapkan dapat memecahkan permasalahan yang dihadapi. Basis model dalam sistem penunjang keputusan pengembangan agroindustri aren di Sulawesi Utara terdiri atas tiga model utama yaitu: 1 model pengembangan klaster agroindustri aren, 2 model pengembangan teknologi agroindustri aren, dan 3 model kelayakan investasi. Konfigurasi model yang tercakup didalam sistem penunjang keputusan pengembangan klaster agroindustri aren di Sulawesi Utara dipresentasikan pada Gambar 9. Model pengembangan klaster agroindustri aren terdiri atas: a sub model lokasi pengembangan, b sub model agroindustri inti, dan c sub model kelembagaan klaster. Model pengembangan teknologi agroindustri aren terdiri atas: a sub model produk unggulan, b sub model kapasitas olah, dan c sub model penentuan teknologi pengolahan. Sedangkan model kelayakan investasi diukur berdasarkan kinerja finansial usaha agroindustri aren terpilih. 45 Sistem Manajemen Basis Data 1. Data potensi bahan baku 2. Data lokasi industri, jenis, jumlah dan skala industri, jarak, sarana prasarana, jlh tenaga kerja 3. Rantai kegiatan dari hulu sampai hilir 4. Elemen-elemen tujuan sistem 5. Elemen-elemen kendala sistem 6. Elemen-elemen pelaku sistem 7. Elemen-elemen aktivitas sistem 8. Elemen-elemen indikator keberhasilan sistem 7. Alternatif produk unggulan 8. Jenis dan kapasitas teknologi pada rantai pasok 9. Alternatif teknologi pengolahan 10.Kinerja finansial usaha Sistem Manajemen Basis Model 1. Model Pengembangan Klaster Agroindustri Aren 2.1. Sub-model lokasi andalan 2.2. Sub-model industri Inti 2.3. Sub-model kelembagaan 2. Model Pengembangan Teknologi 4.1. Sub-model produk unggulan 4.2. Sub-model kapasitas olah 4.3. Sub-model proses pengolahan 4. Model Kelayakan Investasi Data Model Sistem Pengolahan Terpusat Sistem Manajemen Dialog Pengguna Gambar 9 Sistem penunjang keputusan pengembangan klaster agroindustri aren.

5.1. Konfigurasi Model Pengembangan Klaster

Model pengembangan klaster agroindustri aren di Sulawesi Uatara bertujuan untuk mendapatkan keputusan implementatif mengenai lokasi pengembangan dan industri inti prioritas, struktur sistem pengembangan, dan kelayakan investasi usaha agroindustri aren terpilih.

5.1.1. Penentuan Lokasi Unggulan

Sub model lokasi andalan bertujuan untuk menentukan prioritas lokasi pengembangan klaster agroindustri aren di Sulawesi Utara. Metode LQ digunakan untuk mengidentifikasi alternatif lokasi pengembangan sedangkan untuk menentukan lokasi unggulan digunakan teknik AHP. Gambar 10 menunjukkan diagram alir penentuan lokasi unggulan dimaksud.