Sub Model Elemen Indikator Keberhasilan Pengembangan

64 Berdasarkan keluaran model Tabel 13 diperoleh 2 dua sub-elemen kunci yang memiliki daya dorong driver power paling besar dalam sistem indikator keberhasilan pengembangan klaster yaitu peningkatan jumlah dan bentuk kerjasama I2 dan peningkatan kemampuan penguasaan teknologi I12. Hirarki sub elemen indikator keberhasilan pengembangan terdiri atas 3 tiga tingkatan dimana pada tingkatan pertama ditempati oleh kedua sub elemen kunci. Tingkatan kedua ditempati oleh peningkatan jumlah anggota klaster I1, peningkatan skala usaha I3, terciptanya efisiensi kolektif I5, peningkatan jangkauan dan pangsa pasar I9, peningkatan jumlah tenaga kerja I10, peningkatan investasi I12, dan peningkatan kemampuan inovasi I13. Sedangkan pada tingkatan ketiga ditempati oleh sub elemen tercapainya skala ekonomi I4, peningkatan nilai tambah I6, peningkatan produktivitas I7, peningkatan mutu produk I8, dan menguatnya hubungan sosial diantara pelaku I11. Tabel 13 Keluaran sub model elemen indikator keberhasilan pengembangan Sub Elemen Dependency Kategori Hirarki Driver Power Depen- dence I1 Peningkatan jumlah anggota klaster 10 12 Independent I8 I11 I1 I3 I5 I9 I10 I12 I2 I14 I13 I4 I6 I7 I2 Peningkatan jumlah dan bentuk kerjasama 13 4 Independent I3 Peningkatan skala usaha 10 12 Lingkage I4 Tercapainya skala ekonomi 4 12 Dependent I5 Terciptanya efisiensi kolektif 10 6 Independent I6 Peningkatan nilai tambah 4 12 Dependent I7 Peningkatan produktivitas 4 12 Dependent I8 Peningkatan mutu produk 4 12 Dependent I9 Peningkatan jangkauan dan pangsa pasar 10 6 Independent I10 Peningkatan jumlah tenaga kerja 10 12 Linkage I11 Menguatnya hubungan sosial diantara pelaku 4 5 autonomous I12 Peningkatan investasi 10 4 Independent I13 Peningkatan kemampuan inovasi 10 6 Independent I14 Peningkatan kemampuan penguasaan teknologi 13 4 Independent Sub Elemen Kunci : I2 dan I14 Pengelompokan sub elemen dalam sistem indikator keberhasilan menunjukan bahwa yang termasuk pada kategori independent adalah peningkatan jumlah anggota klaster I1, peningkatan jumlah dan bentuk kerjasama I2, 65 terciptanya efisiensi kolektif I5, peningkatan jangkauan dan pangsa pasar I9, peningkatan investasi I12, peningkatan kemampuan inovasi I13, dan peningkatan kemampuan penguasaan teknologi I14. Sub-elemen peningkatan skala usaha I3 dan peningkatan jumlah tenaga kerja I10 masuk pada kategori linkage. Sementara itu, sub-elemen tercapainya skala ekonomi I4, peningkatan nilai tambah I6, peningkatan produktivitas I7, dan peningkatan jangkauan dan pangsa pasar I9 masuk pada kelompok dependent. Sedangkan sub elemen menguatnya hubungan sosial diantara pelaku I11 dikategorikan sebagai autonomous . 6.3. Model Pengembangan Teknologi Pengolahan Rancangan model pengembangan teknologi pada agroindustri aren dibatasi pada tahapan pasca panen yakni setelah nira aren disadap dan diolah menjadi produk-produk tertentu. Model tersebut terdiri atas sub model pemilihan produk unggulan, sub model pemilihan kapasitas olah mesin pengolahan dan sub model pemilihan teknologi proses pengolahan.

6.3.1. Sub Model Produk Unggulan

Struktur hirarki yang dibangun dalam model terdiri atas alternatif produk unggulan agroindustri inti dan kriteria penilaian Lampiran 9. Berdasarkan identifikasi diperoleh 9 sembilan jenis agroindustri inti. Berdasarkan hasil identifikasi diperoleh bahwa alternatif produk potensial agroindustri inti terdiri atas: 1 gula cetak, 2 gula semut, dan 3 gula cair. Sementara itu, kriteria pemilihan produk agroindustri inti potensial pada model ini adalah: 1 nilai tambah, 2 harga produk, 3 tingkat permintaan produk, 4 kualitas tenaga kerja, 5 ketersediaan alat dan mesin, 6 kondisi bahan baku, 7 biaya produksi, dan 8 kebiasaan masyarakat, Masing-masing kriteria memiliki parameter atau bobot tertentu yang menentukan dan meyakinkan pengambil keputusan penentuan produk agroindustri aren potensial. Kriteria nilai tambah, harga produk, dan tingkat permintaan produk merupakan kriteria kunci dimana memiliki tingkat kepentingan tertinggi dalam menentukan produk unggulan. Walaupun demikian kriteria-kritera lain seperti kualitas tenaga kerja, ketersediaan alat dan mesin, kondisi bahan baku, biaya 66 produksi, dan kebiasaan masyarakat, tetap harus dijadikan pertimbangan walaupun dengan nilai kepentingan yang relatif lebih rendah. Keluaran model Tabel 14 menunjukan bahwa produk agroindustri inti yang memiliki keunggulan terbesar adalah gula semut, dengan skor keputusan 0,395; diikuti oleh gula cair 0,341 di peringkat kedua, dan di peringkat ketiga gula cetak 0,265. Urutan prioritas produk didasarkan pada pertimbangan nilai kepentingan kriteria yang ditentukan pada tahapan sebelumnya. Tabel 14 Keluaran sub model produk unggulan Prioritas pengembangan produk gula semut dipengaruhi oleh kenyataan bahwa potensi nilai tambah yang akan diperoleh adalah relatif lebih tinggi dibandingkan dengan alternatif produk agroindustri gula aren lainnya. Perbedaan nilai tambah tersebut disebabkan oleh adanya perbedaan harga gula semut dengan harga gula cetak dan gula cair. Berdasarkan data Indeks Harga Konsumen IHK yang dipublikasikan oleh BPS 2011, harga gula semut di pasar domestik mencapai Rp20.000 – 22.000 kg, gula cair Rp25.000-30.000 kg, sedangkan gula cetak berkisar Rp12.000-14.000 kg. Disamping faktor harga, permintaan domestik maupun ekspor produk gula aren menunjukan peningkatan nyata pada beberapa tahun terakhir. Kondisi tersebut antara lain terlihat dari konsumsi per kapita gula merah di Indonesia yang mengalami peningkatan rata-rata sebesar 8,7 pada selang 2005 – 2010 BPS, 2011, dimana permintaan terbesar terjadi pada komoditi gula semut. Kriteria yang memiliki tingkat kepentingan relatif yang lebih rendah umumnya bersumber dari sisi penawaran dimana secara kumulatif akan memberikan dampak yang cukup besar terhadap produk yang dihasilkan. Faktor- faktor kualitas tenaga kerja, ketersediaan alat dan mesin, kondisi bahan baku,