Analisis Kelayakan Finansial Metode Penunjang Keputusan

28 a. Break Even Point BEP Break Even Point BEP adalah suatu titik dimana total biaya produksi sama dengan total penerimaan. BEP memberikan petunjuk bahwa tingkat produksi telah menghasilkan penerimaan yang sama besar dengan total biaya produksi. Untuk menghitung BEP digunakan persamaan sebagai berikut : VC P TFC Q dimana, Q = Volume produk yang dihasilkan P = Harga produk per unit TFC = Total Biaya Tetap VC = Biaya Variabel per unit b. Payback Period PBP Payback Period PBP adalah jangka waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan investasi semula, dimana keputusan diambil berdasarkan kriteria waktu. Nilai PBP dijabarkan sebagai jangka waktu atau periode t dalam tahun, dimana kumulatif dari nilai B t -C t mencapai nilai sama dengan nol. Persamaan untuk mendapatkan nilai PBP dengan metoda interpolasi sebagai berikut : 1 t t t AKK AKK AKK t PBP dimana, t adalah tahun proyek pada saat arus kas kumulatif AKK bernilai negatif dan t+1 adalah tahun proyek pada saat AKK bernilai positif. Apabila nilai PBP lebih pendek dari pada yang telah disyaratkan misalnya umur proyek, maka proyek dikatakan menguntungkan. Sebaliknya jika waktunya lebih panjang maka proyek dinyatakan tidak layak. Kelemahan dari metoda ini adalah diabaikannya nilai waktu uang walaupun nilai waktu uang nantinya diperhitungkan. Kelemahan lainnya adalah diabaikannya aliran kas setelah periode pengembalian. c. Net Present Value NPV Nilai bersih pada saat ini yang diperoleh dengan jalan mendiskontokan selisih antara jumlah kas yang keluar dari dana proyek dan kas yang masuk ke dalam dana proyek tiap-tiap tahun, dengan suatu tingkat persentase bunga yang telah ditentukan sebelumnya. Tingkat bunga tersebut dapat diperoleh dari tingkat bunga pinjaman jangka panjang yang berlaku di pasar modal atau berdasarkan 29 tingkat bunga pinjaman yang harus dibayar oleh pemiliki proyek. Jangka waktu pendiskontoan harus sama dengan umur ekonomis proyek. Persamaan yang digunakan adalah n t t t t i c B NPV 1 dimana, NPV = Net Present Value t B = keuntungan kotor proyek pada tahun ke-t t C = biaya pengeluaran kotor proyek pada tahun ke-t n = umur ekonomis proyek i = tingkat bunga yang berlaku . d. Internal Rate of Return IRR Internal Rate of Return IRR merupakan suatu tingkat bunga i yang menyebabkan nilai NPV sama dengan nol, sehingga nilai sekarang dan aliran uang tunai yang masuk sama dengan nilai sekarang dari yang keluar. IRR dapat dinyatakan pula sebagai tingkat rendemen atas investasi bersih. Nilai IRR juga dapat dianggap sebagai tingkat keuntungan bersih atas investasi dalam suatu proyek, dengan syarat setiap keuntungan bersih B t -C t yang bernilai positif secara otomatis ditanam kembali pada tahun berikutnya dan mendapatkan tingkat keuntungan yang sama. Persamaan yang digunakan adalah : 1 2 2 1 i i x NPV NPV NPV i IRR t t Penyelesaian persamaan tersebut diatas dengan menggunakan metoda trial and error atau dengan teknik penelusuran oleh komputer untuk mencari nilai akar persamaan polinomial dalam i , dimana i , adalah tingkat suku bunga yang menyebabkan NPV 1 bernilai positif, sedangkan 2 i merupakan tingkat suku bunga yang menyebabkan NPV 2 bernilai negatif mendekati nol. Jika nilai IRR i lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku t i , maka keputusan yang diambil adalah layak. 30 e. Benefit Cost Ratio BC Ratio Ni1ai BC merupakan angka perbandingan antara keuntungan yang diperoleh terhadap biaya yang dikeluarkan. Persamaan yang digunakan sebagai berikut : t t n t t t t t t n t t t t C B i B C C B i C B C B Net 1 1 Kriteria keputusan yang diambil adalah: jika BC 1, layak diterima jika BC 0, tidak layak jika BC = 0, tidak dapat dibedakan antara diterima atau tidak. 31

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran

Agroindustri aren merupakan industri yang mengolah dan mentransformasi bahan baku yang berasal dari tanaman aren menjadi berbagai produk kebutuhan manusia terutama untuk menghasilkan gula, bioetanol dan produk lainnya. Tanaman dan industri pengolahan aren telah ada sejak lama dan diusahakan oleh masyarakat di Indonesia, khususnya di Sulawesi Utara. Pengelolaan tanaman dan industri aren tersebut masih terbatas pada skala usaha kecil dan rumah tangga serta bersifat tradisional dengan menggunakan teknologi yang sangat sederhana. Kecenderungan meningkatnya permintaan pasar akan produk-produk agroindustri serta tersedianya sumberdaya alam yang cukup besar telah memberikan harapan bahwa agroindustri ini cukup prospektif dan memiliki potensi untuk menciptakan nilai tambah yang lebih besar terhadap setiap pelaku yang terlibat didalam sistem. Disamping itu, pengembangan agroindustri ini akan secara langsung berpengaruh pada penciptaan lapangan kerja dan pemerataan pendapatan. Beberapa paradigma mengarahkan pengembangan agroindustri pada aspek-aspek yang berkaitan dengan upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat di wilayah pedesaan, penciptaan kemitraan setara antar pelaku usaha, pemerataan pendapatan, pemanfaatan sumberdaya lokal, pengembangan produk dan penciptaan nilai tambah. Respon dari pemikiran tersebut antara lain memuculkan perubahan kebijakan di tingkat pengambilan keputusan, khususnya pemerintah dan pelaku agroindustri. Pemikiran tersebut didasarkan pada kondisi dan permasalahan yang dihadapi oleh agroindustri dalam satu kesatuan sistem. Dalam kaitan dengan peningkatkan kinerja agroindustri pedesaan, maka sangat diperlukan pemahaman menyeluruh menyangkut sistem agroindustri tersebut sehingga dapat dihasilkan alternatif-alternatif pengembangan terbaik. Selama ini, berbagai model pengembangan agroindustri pedesaan telah diperkenalkan dan diimplementasikan di Indonesia, salah satunya adalah pengembangan model klaster industri. Konsep klaster industri merupakan salah 32 satu sistem yang dianggap sesuai untuk diimplementasikan untuk pengembangan agroindustri pedesaan di Indonesia karena dapat mengintegrasikan industri dalam suatu jaringan kerjasama dalam rangka untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing. Kerangka pemikiran konseptual yang dikembangkan dalam rangka mengembangkan klaster agroindustri aren, khususnya di Sulawesi Utara, disajikan pada Gambar 4. Model-model Pembangunan dan Pengembangan Agroindustri Potensi Agroindustri Aren di Sulawesi Utara Pengembangan Agroindustri Aren melalui Pendekatan Klaster Perumusan Strategi Pengembangan Klaster Agroindustri Aren Perencanaan Teknologi pada Agroindustri dalam Klaster Hasil yang diharapkan: •Meningkatnya kerjasama industri •Merangsang terjadinya inovasi berkelanjutan •Terjadinya transfer informasi dan iptek •Mendorong terjadinya difersifikasi produk •Mendorong peningkatan kualitas produk •Memperkuat posisi tawar menawar dari masing-masing industri •Memungkinkan munculnya industri terkait lainnya • Meningkatkan daya saing dan nilai tambah perusahanindustri anggota klaster Penilaian Kelayakan Investasi Usaha Agroindustri Aren Gambar 4 Kerangka pemikiran konseptual pengembangan klaster agroindustri aren.

3.2. Tahapan Penelitian

Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai yakni membangun model pengembangan agroindustri pedesaan khususnya agroindustri aren di Sulawesi Utara, penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahapan sebagaimana dipresentasikan pada Gambar 5. Tahapan tersebut dimulai dari analisis situasional dan prospektif wilayah pengembangan, kemudian dilanjutkan dengan mendisain model pengembangan klaster agroindustri.