Sistem Pengembangan Teknologi RANCANGAN SISTEM PENGEMBANGAN KLASTER AGROINDUSTRI AREN

82 mampu meningkatkan produktivitas serta kualitas produk dan efisien, baik ditinjau dari aspek waktu maupun aspek biaya Iskandar 1991; Kusumanto 2010.

7.4. Sistem Pengukuran Kinerja

Sistem pengukuran kinerja klaster merupakan cara sistematis untuk mengevaluasi input, output, transformasi dan produktivitas dalam operasi sistem atau program. Dengan cara demikian implementasi program pengembangan suatu sistem atau program dapat dievaluasi tingkat efektivitasnya dalam mencapai tujuan. Metode pengukuran kinerja klaster yang dikembangkan oleh Carpinetti 2009 dianggap cukup komprehensif karena memiliki dimensi yang relatif luas namun praktis dalam implementasi. Sistem pengukuran tersebut secara umum dibagi kedalam empat dimensi yaitu kinerja perusahan, manfaat sosial ekonomi, efisiensi kolektif dan modal sosial. Kinerja perusahan berhubungan dengan pertumbuhan dan daya saing perusahan dan diukur melalui kinerja finansial dan non finansial. Manfaat sosial ekonomi berhubungan dengan pendapatan daerah dan perluasan kesempatan kerja. Efisiensi kolektif berhubungan dengan ekonomi eksternal dan kerjasama antar perusahan di dalam klaster. Sedangkan modal sosial berhubungan dengan nilai-nilai budaya seperti rasa saling percaya baik diantara pelaku maupun dengan masyarakat sekitar. Kinerja pengembangan klaster agroindustri aren di Sulawesi Utara berdasarkan hasil identifikasi menghasilkan indikator atau elemen yang tidak jauh berbeda dengan yang diuraikan tersebut. Indikator kunci yang memiliki kekuatan penggerak yang diperoleh adalah peningkatan jumlah dan bentuk kerjasama pelaku dan peningkatan kemampuan penguasaan teknologi. Sebagai penunjang pengambilan keputusan, model pengukuran kinerja pengembangan klaster agroindustri aren idealnya mengimplementasikan metode pengukuran kinerja komprehensif, paling tidak berdasarkan output model yang dibangun. Dengan pertimbangan bahwa nilai tambah dan daya saing dapat didekati dengan penilaian perubahan sisi permintaan dan penawaran perusahan, maka implementasi pengukuran kinerja yang dilakukan dalam model adalah pengukuran kelayakan investasi usaha agroindustri aren unggulan. Hasil pengukuran kinerja finansial menunjukan bahwa keputusan investasi pada 83 agroindustri gula semut sebagai produk unggulan pada kapasitas olah prioritas adalah layak dan menguntungkan sehingga dianggap mampu meningkatkan nilai tambah dan daya saing agroindustri basis tanaman aren di Sulawesi Utara.

7.4. Implikasi Kebijakan

Pendekatan klaster merupakan suatu strategi yang dapat digunakan dalam meningkatkan kinerja dan daya saing agroindustri aren. Untuk mendukung strategi tersebut beberapa hal yang harus diupayakan antara lain pertama, terpenuhinya kebutuhan dasar sebuah klaster seperti terciptanya stabilitas ekonomi makro yang mantap, iklim investasi yang kondusif, dan terjaminnya penyelenggaraan hukum yang efisien dan dapat dipercaya. Kedua, peningkatan kompetensi sumber daya manusia dari masing-masing pelaku dalam klaster hendaknya dilakukan dengan cara pengembangan keterampilan dan kecakapan baik melalui pelatihan maupun kegiatan produktif lainnya. Ketiga, mengembangkan berbagai kelembagaan pendukung terutama kelembagaan pembiayaan, penelitian penyuluhan, dan pendidikan. Adanya kelembagaan tersebut akan mampu meningkatkan akses pelaku terhadap informasi terkait dengan permodalan, teknologi dan inovasi yang sangat diperlukan untuk meningkatkan kinerja klaster. Keempat, diperlukan identifikasi dan pemetaan karakterisasi wilayah dalam menentukan lokasi untuk klaster agroindustri aren. Penentuan lokasi klaster tersebut merupakan keputusan yang didasarkan pada pertimbangan efisiensi dan efektivitas. Tahapan awal yang dilakukan dalam perencanaan pengembangan klaster aren adalah penentuan wilayah pengembangannya. Dalam hal ini, proses penentuan tersebut harus dilakukan secara akurat dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang berkaitan erat dengan objek pengembangan tersebut seperti ketersediaan sumberdaya di wilayah tersebut dan kemampuan permintaan. Proses penentuan wilayah pengembangan tersebut harus melibatkan seluruh pemangku kepentingan dan didukung oleh ketersediaan data yang lengkap mengenai potensi dan peluang yang dimiliki. Penentuan lokasi merupakan keputusan yang didasarkan pada perpaduan dari berbagai faktor yang mempengaruhi keberhasilan pengembangan seperti