Sub Model Lokasi Pengembangan

53 demikian keluaran model yang diperoleh dapat memberikan informasi mengenai alternatif lokasi yang memiliki potensi untuk dikembangkan. Oleh karena itu, untuk menguatkan pengambilan keputusan lokasi pengembangan klaster aren maka analisis kemudian dikembangkan dengan menggunakan teknik AHP yang mempertimbangkan sejumlah kriteria penting yang diperoleh dari proses identifikasi. Tabel 5 Koefisien LQ agrondustri aren di Sulawesi Utara No. KabupatenKota TK Industri Aren org TK Agroindustri org Koefisien LQ 1 Kepulauan Talaud 250 1797 0.501 2 Kepulauan Sangihe 440 3152 0.503 3 Kepulauan Sitaro 124 2066 0.216 4 Minahasa 4320 13575 1.146 5 Minahasa Utara 3890 12193 1.149 6 Minahasa Selatan 8394 20550 1.472 7 Minahasa Tenggara 2517 7790 1.164 8 Bolaang Mongondow 895 3789 0.851 9 Bolaang Mongondow Utara 412 3483 0.426 10 Bolaang Mongondow Timur 388 2982 0.469 11 Bolaang Mongondow Selatan 524 2410 0.783 12 Kota Manado 180 2904 0.223 13 Kota Bitung 118 8700 0.049 14 Kota Tomohon 4646 11664 1.435 15 Kota Kotamobagu 168 1172 0.516 Jumlah 27266 98228 Berdasarkan hasil identifikasi tersebut kemudian dilakukan pengembangan model lokasi unggulan dengan menggunakan teknik AHP dimana struktur model terdiri atas 3 tingkatan hirarki yaitu tujuan, kriteria, dan alternatif lokasi Lampiran 2. Kriteria-kriteria yang digunakan dalam penentuan lokasi adalah: a konsentrasi geografis, b ketersediaan bahan baku, c potensi sumberdaya manusia, d kapasitas dan kemampuan teknologi, e industri pendukung, f ketersediaan infrastuktur fisik, g ketersediaan lembaga pendukung, h dukungan pemerintah daerah dan pusat, i budaya kerja, dan j jangkauan pasar. Berdasarkan tujuan dan kriteria-kriteria tersebut, keluaran model menunjukan bahwa lokasi prioritas pengembangan klaster agroindustri di Sulawesi Utara adalah Kabupaten Minahasa Selatan Tabel 6 dengan skor keputusan 0,307. Peringkat kedua sampai kelima berturut-turut Kota Tomohon 54 0,293, Kabupaten Minahasa 0,172, Kabupaten Minahasa Utara 0,130 dan terakhir Kabupaten Minahasa Tenggara 0,098. Tabel 6 Keluaran sub model lokasi pengembangan

6.1.2. Sub Model Industri Inti Klaster Agroindustri Aren

Struktur hirarki yang dibangun dalam model terdiri atas tujuan, kriteria dan alternatif industri inti Lampiran 3. Berdasarkan identifikasi diperoleh 9 sembilan jenis agroindustri inti, yaitu: a industri nira segar, b industri gula aren, c industri bioetanol, d industri minuman beralkohol, e industri alat rumah tangga, f industri meubel, g industri kerajinan, h industri atap, dan i industri kolang kaling. Berdasasarkan hasil identifikasi juga disepakati 11 sebelas kriteria yang dapat dipakai untuk menilai industri inti yang paling sesuai untuk dikembangkan dalam pengembangan klaster agroindustri aren. Kriteria-kriteria tersebut adalah 1 sebaran agroindustri, 2 potensi bahan baku, 3 potensi sumberdaya manusia, 4 kemampuan pengetahuan dan teknologi, 5 kapasitas produksi, 6 infrastruktur fisik, 7 keterkaitan industri, 8 keberadaan lembaga pendukung, 9 dukungan pemerintah, 10 eksternalitas negatif, dan 11 jangkauan pasar. Keluaran model dengan menggunakan metode AHP Tabel 7 menunjukan bahwa agroindustri aren yang paling berpotensi untuk dikembangkan di Sulawesi Utara adalah industri gula aren, dengan skor keputusan 0,306 Tabel 7, kemudian diikuti oleh industri bioetanol 0,251, industri nira segar 0,227, industri minuman beralkohol 0,116 dan industri kerajinan 0,101. Keluaran 55 model industri inti menjadi input pada model struktur sistem kelembagaan dan model pengembangan dan pemilihan teknologi pengolahan. Tabel 7 Keluaran sub model pemilihan industri inti

6.2. Model Struktural Kelembagaan Pengembangan

Strukturisasi sistem dan pengembangan kelembagaan klaster agroindustri aren dengan kasus gula aren hasil analisis dari model industri inti terdiri atas lima elemen penting, yaitu : 1 tujuan pengembangan, 2 pelaku, 3 kendala utama, 4 aktivitas pengembangan, dan 5 indikator keberhasilan pengembangan. Penentuan sub elemen dan tingkat kepentingan setiap sub elemen didalam sistem dilakukan melalui masukan dan pendapat ahli. Sedangkan hubungan kontekstual diantara sub elemen didalam elemen sistem merujuk pada model perencanaan sistem yang dibangun oleh Saxena et al 1992. Hubungan kontekstual antar sub elemen pada setiap elemen sistem pengembangan klaster agroindustri gula aren dipresentasikan pada Tabel 8. Informasi penting dalam rangka memahami struktur sistem pengembangan adalah hirarki dari sub-elemen, klasifikasi sub-elemen, dan identifikasi sub- elemen kunci. Klasifikasi dilakukan berdasarkan karakteristik yang dinyatakan dengan tingkat driver-power dan tingkat dependency masing-masing sub-elemen. Sub-elemen kunci dari setiap elemen sistem diidentifikasi berdasarkan struktur hirarki dan jumlah lintasan pada struktur hirarki yang keluar dari sub-elemen yang bersangkutan.