100 misalnya pembuatan lump duduk
9
, dan penambahan koagulan aditif gadung atau mengkudu. Dan ada pula yang sebaliknya, terdapat kegiatan yang dapat
meningkatkan harga tetapi menurunkan bobot misal menyimpanya lebih lama. Petani berpendidikan lebih tinggi lebih mampu membandingkan dan memperkirakan
perubahan pendapatan antara penurunanan harga karena penurunan kualitas dengan peningkatan bobot karet yang mereka hasilkan. Selain itu pendidikan lebih tinggi
memberikan dampak pada akses informasi lebih banyak dari pada petani berpendidikan lebih rendah. Hal tersebut memberikan kemungkinan yang lebih besar
bagi petani berpendidikan lebih tinggi untuk melakukan upaya peningkatan pendapatan meskipun upaya peningkatan pendapatan tersebut dapat menurunkan
kualitas karet yang diproduksinya.
6.4. Model Regresi Logistik Biner Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kualitas Karet Perkebunan Rakyat
6.4.1. Transformasi Kualitas menjadi Skala Biner
Transformasi dilakukan dengan menggolongkan kualitas karet menjadi dua golongan yaitu golongan “kualitas lebih tinggi” yang dinotasikan dengan angka 1 dan
golongan “kualitas lebih rendah” yang dinotasikan dengan angka 0. Penggolongan dilakukan dengan titik potong rata-rata kualitas seluruh responden. Kualitas karet
yang dibawah rata-rata kualitas seluruh responden dimasukan ke dalam golongan “kualitas lebih rendah”, sedangkan petani dengan kualitas diatas rata-rata dimasukan
ke dalam golongan “kualitas lebih tinggi”. Perhitungan rata-rata kualitas karet seluruh responden didapatkan bahwa titik
potong tranformasi adalah 6,56. Jadi kualitas karet yang dibawah 6,56 ditransformasi ke dalam golongan “kualitas lebih rendah” dan dinotassikan dengan nilai 0, dan
kualitas karet yang diatas 6,56 ditranformasi ke dalam “kualitas lebih tinggi” dan dinotasikan dengan nilai 1. Hasil tranformasi kualitas dapat dilihat pada Lampiran 2.
9
Lump duduk dibuat dengan cara memungut mengambil karet dalam bentuk kemudian membekunya di rumah dengan menggunakan mangkuk-mangkuk penampung yang didudukan di
persiapkan atau ditempatkan di permukaan tanah dengan mekanisme pengenceran sebelumnya atau yang lainnya. Pembuatan lump duduk ini bertujuan untuk mengurangi keluarnya air dari
koagulump.
101
6.4.2. Model Dugaan Regresi Logistik Biner
Berdasarkan literatur yang telah disebutkan dalam Bab III dan berdasarkan analisis kualitatif, terdapat 13 variabel independent yang diduga memengaruhi
kualitas karet perkebunan rakyat. Ketigabelas variabel tersebut terdiri dari tiga faktor teknis dan 10 faktor sosial ekonomi petani. Tiga faktor teknis yang diduga
memengaruhi kualitas karet adalah frekuensi pemupukan, luas lahan, dan penggunaan TSP sebagai koagulan. Sepuluh faktor sosial ekonomi yaitu usia, pendidikan,
pengalaman, transmigran pengembangan karet, jumlah anggota keluarga, penghasilan rumah tangga per bulan, partisipasi petani dalam kegiatan sosial, keanggotan
kelompok tani, keberadaan PPL di desa, pernah atau tidaknya bertanya kepada PPL tentang karet. Data faktor-faktor yang diduga memengaruhi kualitas untuk masing-
masing responden dapat dilihat pada Lampiran 2. Berdasarkan literatur dan analisis kualitatif, diduga bahwa variabel frekuensi
pemupukan, luas lahan, penggunaan TSP sebagai koagulan, pendidikan, pengalaman, transmigran pengembangan karet, jumlah anggota keluarga, penghasilan rumah
tangga per bulan, partisipasi petani dalam kegiatan sosial, keanggotan kelompok tani, dan pernahnya bertanya kepada PPL mengenai perkaretan memiliki koefesien regresi
yang bernilai positif, sedangkan variabel usia memiliki nilai koefisien regresi negatif. Dengan menyubstitusi variabel-variabel independen dan dugaan tanda koefisiennya
ke dalam model umum regresi logistik biner maka akan didapatkan model regresi logistik biner faktor-faktor yang memengaruhi kualitas karet perkebunan rakyat.
Model tersebut adalah sebagai berikut:
102 dimana
1 dan
+
1
+
Dimana ,
1| merupakan peluang bersyarat kejadian Y=1.
X1 = AGE = age = Usia petani tahun X2 = EDU = education = pendidikan formal petani tahun
X3 = EXP = experience = pengalaman bertanam karet tahun
X4 = TRD = transmigrant of rubber development = transmigran pengembangan karet
1 = jika transmigran dan 0 = bukan transmigran pengembangan karet X5 = FS
= family size = jumlah anggota keluarga orang
X6 = FI = family income = pengahasilan rumah tangga per bulan rupiah
X7 = FOF = frequency of fertilization = frekuensi pemupukan kali per tahun
X8 = RFS = rubber farm size = luas lahan tanaman karet produksi hektar
X9 = SA = social activity = partisipasi dalam kegiatan Sosial 1 = jika berpartisipasi
dalam kegiatan sosial dan 0 = jika tidak. X10 = MFI =
membership of farmer institution = keanggotan kelompok tani 1 = jika anggota kelompok tani dan 0 = jika tidak.
X11 = PPL = keberadaan PPL di Desa 1 = ada PPL yang berdomisili di desa tempat
tinggal petani dan 0 = jika tidak ada. X12 = ASK =
ask to PPL = pernah bertanya PPL 1 = pernah dan 0 = tidak pernah. X13 = UOC =
use of coagulant = Penggunaan TSP sebagai koagulan 1 = menggunakan TSP dan 0 = jika tidak.
β = konstanta
β
1
, β
2
,.. β
13
= koefisien dugaan dari variabel independen. 1
, 1|
merupakan peluang bersyarat kejadian Y=1 yaitu peluang kualitas lebih tinggi.
103
6.4.3. Koefisien atau Parameter Dugaan Model Regresi Logistik Binner Faktor- Faktor yang Memengaruhi Kualitas Karet Perkebunan Rakyat
Langkah kedua setelah pendugaan model adalah pendugaan parameter atau koefisien variabel independen di dalam model. Sebagaimana telah disebutkan di Bab
IV Metode Penelitian, dalam model regresi logistik koefisien diduga dengan menggunakan teknik maximum likelihood ML estimation. Dalam penelitian ini,
pendugaan koefisien dilakukan dengan menggunakan bantuan perangkat lunak komputer Minitab 14. Hasil pendugaan koefisien variabel dapat dilihat pada Tabel 38.
Tabel 38 . Hasil Pendugaan Model Regresi Logistik Biner Faktor-Faktor yang
Memengaruhi Kualitas Karet Perkebunan Rakyat
Predictor Coef
SE Coef Z
P Odd
s Rati
o Constant
6,32556 3,90741
1,62 0,105
Usia tahun -0,105980
0,0443160 -2,39
0,017 0,90
Pendidikan tahun -0,427463
0,173444 -2,46
0,014 0,65
Pengalaman tahun 0,0262696
0,0573595 0,46
0,647 1,03
Transmigran pengembangan karet
1,53532 1,02964
1,49 0,136
4,64 Jumlah anggota keluarga
0,598571 0,274020
2,18 0,029
1,82 Pengahasilan rumah tangga per
bulan -0,0000001
0,0000002 -0,56
0,578 1,00
Frekuensi pemupukan -0,0296448
0,383834 -0,08
0,938 0,97
Luas lahan -0,455514
0,431358 -1,06
0,291 0,63
Partisipasi dalam kegiatan Sosial
1,73943 1,16907
1,49 0,137
5,69 Keanggotan Kelompok Tani
3,91364 1,19047
3,29 0,001
50,0 8
Keberadaan PPL di Desa -2,50652
1,54517 -1,62
0,105 0,08
Tanya PPL 1,38891
0,968257 1,43
0,151 4,01
Penggunaan TSP sebagai koagulan
-1,05742 1,52101
-0,70 0,487
0,35 Test that all slopes are zero: G = 24,791, DF = 13, P-Value = 0,025
Model regresi logistik biner menunjukkan bahwa pengalaman, peserta transmigran, jumlah anggota keluarga, partisipasi dalam kegiatan sosial, keanggotaan
kelompok tani, dan pernahnya bertanya kepada PPL memiliki koefisien yang bernilai positif. Sedangkan variabel usia, pendidikan, pengahasilan rumah tangga, frekuensi
104 pemupukan, luas lahan, keberadaan PPL di desa, dan penggunaan TSP sebagai
koagulan memiliki koefisien bernilai negatif. Besar masing-masing koefisien dapat dilihat pada Tabel 38 di kolom Coef. Setelah menyubstitusi koefisien-koefisien
tersebut ke dalam model dugaan, maka akan diperoleh model regresi logistik biner faktor-faktor yang memengaruhi kualitas karet perkebunan rakyat yang sebenarnya.
Model hasil substitusi koefisien dugaan adalah sebagai berikut: 6,32556
0,105980 0,427463
0,0262696 1,53532
0,598571 0,0000001
0,0296448 0,455514
1,73943 3,91364
2,50652 1,38891
1,05742 dimana
1 sedangkan
+
1
+
6.4.4. Uji Signifikansi Model dan Koefisien Variabel Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kualitas Karet Perkebunan Rakyat
Pengujian signifikansi model dilakukan dengan menggunakan nilai G statistic atau P-value. Pada Tabel 22 pada baris Test that all slopes are zero terlihat bahwa P-
value dari G statistic adalah 0,025. Nilai P-value yang lebih kecil dari dari α = 20 persen memberikan arti bahwa model regresi logistik biner yang dibangun mampu
menggambarkan pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen kualitas dengan baik pada selang kepercayaan 80 persen bahkan mampu hingga 95 persen.
Pada Tabel 22 terdapat kolom yang dinotasikan “ P ”. Notasi P “ merupakan pernyataan dari P-value uji Wald Wald Test. Apabila P-value dari Wald Test lebih
kecil dari pada α maka tolak H the null hypothesis. Sehingga, apabila P-value uji
Wald dari suatu variabel lebih kecil dari α, maka dapat dikatakan bahwa variabel tersebut berpengaruh nyata di dalam model pada taraf nyata α.
105 Hasil pendugaan model yang ditunjukkan oleh Tabel 22 menyatakan bahwa
dari ketigabelas variabel di dalam model, terdapat delapan variabel yang berpengaruh nyata terhadap kualitas karet di Kecamatan Tulang Bawang Tengah
pada taraf nyata α = 20 persen. Bahkan beberapa diantara delapan variabel tersebut empat variabel yang berpengaruh nyata hingga taraf lima persen. Keempat faktor
yang berpengaruh nyata terhadap kualitas karet hingga taraf lima persen adalah terdapat usia, pendidikan, jumlah anggota keluarga dan keanggotaan kelompok tani.
Sedangkan transmigran pengembangan karet, partisipasi dalam kegiatan sosial, keberadaan PPL di desa, dan pernahnya bertanya kepada PPL memengaruhi kualitas
karet secara signifikan pada taraf 20 persen. Pengujian signifikansi variabel menunjukkan bahwa faktor pengalaman,
pengahasilan rumah tangga, frekuensi pemupukan, luas lahan karet produksi dan penggunaan TSP sebagai koagulan tidak signifikan dalam memengaruhi kualitas
karet yang diproduksi petani di Kecamatan Tulang Bawang Tengah. Tidak signifikannya pengaruh kelima faktor tersebut terhadap kualitas terlihat dari nilai P-
value yang lebih besar dari taraf nyata 20 persen.
6.4.5. Intepretasi dan Pembahasan Koefisien Variabel yang Memengaruhi Kualitas Karet Perkebunan Rakyat
Hasil pendugaan koefisien dan uji signifikansi variabel menunjukkan bahwa Usia
merupakan variabel yang memiliki pengaruh negatif dan signifikan di dalam model regresi logistik biner kualitas karet perkebunan rakyat. Variabel usia memiliki
nilai koefisien sebesar -0,105980 dan odds ratio sebesar 0,90. Hasil statistik ini memiliki makna bahwa jika usia petani bertambah satu tahun peluang petani
memiliki kualitas lebih rendah meningkat 0,90 kali semula. Pengaruh negatif umur terhadap kualitas dapat dijelaskan bahwa melalui
hubungan usia dan produktivitas kerja. Giroh et al. 2006 mencatat bahwa output per tenaga kerja petani yang lebih tua bisa jadi lebih rendah seiring dengan penurunan
produktivitasnya. Dari pernyataan tersebut tersirat bahwa semakin tua petani semakin rendah produktivitas kerjanya. Dengan penurunan produktivitas, orang yang usianya
lebih tua akan memiliki kemungkinan lebih kecil untuk melakukan upaya
106 peningkatan kualitas daripada petani yang lebih muda. Dan sebaliknya, petani yang
usianya lebih muda lebih besar kemungkinannya untuk melakukan upaya peningkatan kualitas yang lebih banyak dan beragam.
Apabila pengaruh faktor usia di dalam model dikaitkan dengan pembagian wilayah penelitian menjadi kelompok desa program dan non program maka relatif
rendahnya kualitas karet produksi petani di desa program dibandingkan desa non program dapat dipahami dengan lebih jelas. Usia berpengaruh negatif, sedangkan
petani di desa program berusia relatif lebih tua dibandingkan petani di desa non program sebagaimana dinyatakan dalam Sub Bab Karakteristik Sosial Ekonomi
Petani. Sehingga benarlah apabila kualitas di desa program relatif lebih rendah dibandingkan desa non program dilihat dari sisi usia petani.
Variabel lain yang berpengaruh negatif dan signifikan di dalam model regresi
logistik biner faktor-faktor yang memengaruhi kulitas karet perkebunan rakyat di
Kecamatan Tulang Bawang Tengah adalah pendidikan. Variabel pendidikan
memiliki koefisien -0,427463 dan nilai odds ratio sebesar 0,65. Nilai ini bermakna, apabila petani karet memiliki pendidikan satu tahun lebih tinggi maka peluang petani
tersebut memroduksi kualitas karet lebih tinggi turun atau lebih kecil 0,65 kali petani yang memiliki tingkat pendidikan satu tahun lebih rendah.
Pada karaktiristik responden petani desa non program memiliki rata-rata pendidikan dan kualitas karet yang lebih tinggi sedangkan desa program sebaliknya
memiliki pendidikan dan kualitas yang lebih rendah. Secara sekilas hal ini menunjukkan pengaruh positif pendidikan terhadap kualitas. Apabila melihat lebih
rinci ke data masing-masing kelompok desa sebagaimana terlihat pada tabulasi faktor lampiran 4, ternyata kualitas karet yang tinggi di desa non program dimiliki
oleh petani yang berpendidikan relatif lebih rendah demikian pula desa program. Sehingga dapat dikatakan bahwa tingginya rata-rata pendidikan dan kualitas karet
petani di desa non program serta rendahnya rata-rata pendidikan dan kualitas karet petani di desa program tidak langsung bermakna bahwa pendidikan berpengaruh
positif terhadap kualitas. Karena itu disimpulkan bahwa pendidikan berpengaruh negatif terhadap kualitas yang dibuktikan dari analisis taksonomik dan model regresi
107 logistik biner. Kenyataan ini bertentangan dengan hipotesis yang dibangun diawal
dalam Bab Kerangka Pemikiran. Apabila dikaitkan dengan konsep adopsi maka hasil analisis pendidikan ini bertentangan dengan pernyatan Rogers 1983.
Perbedaan pengaruh pendidikan terhadap kualitas dengan hipotesis awal dapat dijelaskan sebagai berikut. Sebagaimana telah dinyatakan dalam teknik analisis
taksonomik, petani yang berpendidikan lebih tinggi memiliki perhitungan yang lebih baik mengenai usaha peningkatan pendapatan. Peningkatan pendapatan dapat
diperoleh melalui peningkatan bobot karet yang diproduksinya atau peningkatan harga. Terdapat beberapa hal yang dapat meningkatan bobot karet tapi mengurangi
kualitas sehingga bobot naik tetapi harga turun. Dan ada pula yang sebaliknya, terdapat kegiatan yang dapat meningkatkan harga tetapi menurunkan bobot misal
menyimpanya lebih lama. Petani berpendidikan lebih tinggi lebih mampu membandingkan dan memperkirakan perubahan pendapatan antara penurunan harga
karena penurunan kualitas dengan peningkatan bobot karet yang mereka hasilkan. Selain itu pendidikan lebih tinggi memberikan dampak pada akses informasi lebih
banyak dari pada petani berpendidikan lebih rendah. Hal tersebut memberikan kemungkinan yang lebih besar bagi petani berpendidikan lebih tinggi untuk
melakukan upaya peningkatan pendapatan meskipun upaya peningkatan pendapatan tersebut dapat menurunkan kualitas karet yang diproduksinya. Alasan lain dari
negatifnya pengaruh pendidikan terhadap kualitas adalah petani yang memiliki pendidikan lebih tinggi bisa jadi memiliki kemampuan yang lebih tinggi untuk
menanggung risiko dari berbagai upaya peningkatan pendapatan. Hal ini memberi kemungkinan bagi petani untuk mencoba dan melakukan berbagai upaya yang
berbeda untuk meningkatkan pendapatan usahatani karetnya, meskipun terdapat risiko penurunan kualitas dan harga dalam kegiatan atau aktivitas tersebut.
Faktor pengalaman memiliki nilai 0,0262696 dan odds ratio sebesar 1,03
namun tidak signifikan di dalam model karena memiliki P-value 0,647 yang lebih dari α = 20 persen. Hal ini memberikan implikasi bahwa untuk memroduksi lateks
berkualitas lebih tinggi tidak membutuhkan pengalaman bertani karet yang lama. Hal ini juga memberi pengertian bahwa upaya-upaya yang membuat kualitas menjadi
108 lebih baik bukanlah suatu kegiatan yang membutuhkan pengasahan dan pengalaman
yang lama dalam penerapannya. Setiap petani berapa lama pun ia telah bertani karet mampu meningkatkan kualitasnya. Hal ini memberi sinyal positif bahwa apabila
terdapat program peningkatan kualitas karet diharapkan setiap petani dari berbagai jenjang pengalaman mampu menyerap dengan baik.
Variabel transmigran pengembangan karet memiliki nilai koefisien regresi
sebesar 1,53532 dan nilai odds ratio 4,64. Pengaruh Variabel transmigran pengembangan karet terhadap kualitas di dalam model adalah signifikan dengan
selang kepercayaan sebesar 80 persen. Makna dari nilai odds ratio adalah diperkirakan bahwa petani yang dulunya merupakan transmigran pengembangan
karet di wilayah Kecamatan Tulang Bawang Tengah berkemungkinan memroduksi karet dengan kualitas lebih tinggi dengan peluang 4,64 kali lebih besar dari pada
petani bukan merupakan transmigran pengembangan karet di wilayah Kecamatan Tulang Bawang Tengah. Lebih besarnya peluang untuk memroduksi karet kualitas
lebih tinggi yang dimiliki oleh petani yang dulunya merupakan transmigran pengembangan karet di wilayah Kecamatan Tulang Bawang Tengah dikarenakan
pada saat program pengembangan karet berlangsung, petani transmigran terlibat langsung dalam proses penyelenggaraan usahatani yang meliputi penanaman,
pemeliharaan dan penyadapan. Sehingga informasi perkaretan lebih banyak diketahui oleh petani desa transmigran. Setelah penyelenggaraan usahatani karet diserahkan
secara total kepada petani, informasi perkaretan tersebut digunakan dalam penyelenggaraan usahatani tersebut.
Data karakterisitik
responden menunjukkan
bahwa desa
program pengembangan karet memiliki kualitas yang lebih rendah dari pada desa non
program. Kalau hanya melihat pengaruh transmigran berarti peserta program di dalam model, maka seharusnya kualitas desa program lebih tinggi dibandingkan desa
non program. Penjelasan dari hal tersebut adalah, petani di desa program tidak semua merupakan petani peserta transmigran pengembangan karet. Sehingga dapat
dikatakan bahwa dapat dimungkinkan rendahnya kualitas karet di desa program dimiliki oleh petani desa program yang non pengembangan karet.
109
Pengaruh positif jumlah anggota keluarga terhadap kualitas karet di dalam
model dapat dilihat dari koefisien regresi yang bernilai 0,598571. Nilai odds ratio yang dimiliki faktor jumlah anggota keluarga adalah sebesar 1,82. P-value variabel
jumlah anggota keluarga adalah 0,029 yang menunjukkan bahwa variabel ini signifikan di dalam model. Intepretasi dari odds ratio jumlah anggota keluarga 1,82
adalah petani karet yang memiliki jumlah anggota keluarga yang mampu membantu penyelenggaraan usahatani satu orang lebih banyak maka peluang petani tersebut
memroduksi kualitas karet lebih tinggi meningkat atau lebih besar 1,82 kali petani yang memiliki jumlah anggota keluarga satu orang di bawahnya.
Ukuran keluarga yang lebih besar dan terdiri dari anggota keluarga yang mampu melakukan dan membantu penyelenggaraan usahatani, menjadikan keluarga
petani tersebut mampu melakukan kegiatan-kegiatan yang dapat meningkatkan kualitas dengan jumlah yang lebih banyak. Lebih banyaknya upaya peningkatan
kualitas menjadikan lebih baiknya kualitas karet petani dengan jumlah anggota keluarga lebih banyak dibandingkan petani dengan jumlah keluarga lebih sedikit.
Penghasilan rumah tangga family income merupakan variabel yang tidak
signifikan P-value lebih dari α dalam memengaruhi kualitas karet di dalam model regresi logistik biner. Tidak signifikannya pengaruh penghasilan rumah tangga
terhadap kualitas dikarenakan sebagian besar upaya yang dilakukan petani karet untuk meningkatkan kualitas tidak membutuhkan pengeluaran atau biaya tunai.
Sehingga baik petani yang berpenghasilan besar maupun kecil mampu melakukan upaya peningkatan kualitas.
Variabel lain yang pengaruhnya tidak signifikan di dalam model regresi
logistik biner faktor-faktor yang memengaruhi kulitas karet perkebunan rakyat di
Kecamatan Tulang Bawang Tengah adalah frekuensi pemupukan. Variabel
frekuensi pemupukan memiliki P-value sebesar 0,983 yang lebih besar dari α. Tidak signifikannya frekuensi pemupukan dikarenakan pemupukan memengaruhi produksi
karet ketika di dalam pohon dan ketika produksi masih berbentuk getah lateks terutama terkait dengan jumlah dan kadar karet kering. Karena bentuk produksi
petani reponden adalah koagulump, sedangkan setelah membeku, kadar karet kering
110 lateks hanya akan memengaruhi jumlah koagulump yang dihasilkan. Sedangkan
kualitas koagulump diukur dari kekenyalan, warna, dan proporsi kotoran yang semuanya terkait dengan aktivitas di luar pohon karet dan proses perubahan getah
menjadi koagulump. Karena itu, pengaruh frekuensi pemupukan terhadap kualitas koagulump dalam penelitian ini tidak signifikan.
Selain itu, petani di Kecamatan Tulang Bawang Tengah melakukan pemupukkan dengan penyesuaian dosis dan frekuensi. Pemupukan dengan frekuensi
satu kali menggunakan dosis per aplikasi lebih banyak dari pada pemupukan yang frekuensinya dua kali per tahun. Namun, untuk memasukan jumlah dan jenis pupuk
yang digunakan dalam model relatif sulit dilakukan, mengingat kandungan unsur hara di dalam pupuk berbeda-beda untuk jenis pupuk yang sama.
Luas lahan karet yang telah berproduksi memiliki P-value sebesar 0,291 dan
nilai koefisien -0,455514. Nilai P-value ini menunjukkan bahwa variabel luas lahan tidak signifikan pengaruhnya terhadap kualitas karet. Hal ini menunjukkan bahwa
luas kebun karet produksi tidak memotivasi untuk meningkatkan kualitas karetnya sebagaimana dugaan sebelumnya. Namun, kenyataan ini memberikan pandangan
positif bahwa peningkatan kualitas dapat dilakukan oleh petani baik berlahan relatif luas ataupun yang relatif sempit karena luas lahan tidak memengaruhi kualitas karet
perkebunan rakyat. Partisipasi dalam kegiatan
sosial dan keanggotaan dalam kelompok tani
merupakan dua variabel yang berpengaruh positif terhadap kualitas karet dan signifikan di dalam model. Besarnya koefesien variabel partisipasi dalam kegiatan
sosial dan keanggotaan dalam kelompok tani masing-masing adalah 1,73943 dan 3,91364. Sedangkan nilai odds ratio berturut turut adalah 5,69 dan 50,08. Nilai odds
ratio sebesar 5,69 pada variabel partisipasi dalam kegiatan sosial memberikan arti bahwa apabila petani yang semula tidak berpartisipasi dalam kegiatan sosial
kemudian berpartisipasi maka peluang kualitas karet petani menjadi lebih tinggi dari rata-rata responden meningkat 5,69 kali semula. Cara intepretasi serupa dapat
digunakan untuk variabel keanggotaan kelompok tani. Nilai odds ratio sebesar 50,08 pada variabel keanggotaan kelompok tani memberikan arti bahwa apabila petani yang
111 semula tidak bergabung dengan kelompok tani kemudian bergabung maka peluang
kualitas karet petani menjadi lebih tinggi dari rata-rata responden meningkat 50,08 kali semula. Peningkatan peluang ini dikarenakan kelompok tani dan kegiatan sosial
dapat menjadi sarana petani untuk berinteraksi sesama petani karet dan melakukan transfer informasi perkaretan termasuk informasi mengenai kualitas karet. Petani
yang bergabung dalam kelompok tani dan kegiatan sosial lebih memungkinkan untuk mengetahui hal-hal yang dapat meningkatkan kualitas dan meningkatkan harga jual
karet yang diproduksinya sehingga dapat melakukannya. Selain itu, petani juga lebih memungkinkan untuk mengetahui hal-hal yang dapat menurunkan kualitas dan
menurunkan harga jual karet produksinya sehingga dapat menghindarinya. Alasan ini telah disebutkan dalam analisis taksonomik.
Keberadaan PPL yang berdomisili di desa petani responden memiliki
pengaruh negatif dan signifikan. Nilai koefisien, P-value, dan odds ratio variabel keberadaan PPL berturut-turut adalah -2,50652; 0,105; dan 0,08. Pengaruh negatif
keberadaan PPL tidak langsung memberi makna bahwa PPL memberi dampak buruk bagi kualitas karet yang diproduksi petani, namun keberadaan PPL belum
memberikan fungsi atau pengaruh terhadap usahatani karet sebagaimana mestinya pengaruh positif. Sehingga menyebabkan kualitas karet petani di desa tempat PPL
berdomisili masih rendah karena usahatani karetnya masih dijalankan dengan metode konvensional perkiraan petani sendiri tanpa referensi dari buku atau PPL.
Diharapkan dengan berubahnya sifat PPL menjadi multi bidang pertanian pengaruh PPL dapat menjadi lebih baik.
Meskipun keberadaan ppl yang berdomisili di desa petani responden memiliki
pengaruh negatif, tapi pernahnya petani bertanya kepada PPL secara sengaja
mengenai perkaretan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas. Nilai koefisien variabel pernahnya bertanya kepada PPL adalah 1,38891 dengan odds
ratio sebesar 4,01. Hal ini mengindikasikan bahwa apabila petani pernah bertanya kepada PPL mengenai perkaretan, maka peluang petani tersebut memroduksi karet
berkualitas lebih tinggi lebih besar 4,01 kali dari pada petani yang tidak pernah bertanya kepada PPL tentang perkaretan. Pengaruh positif pernahnya petani bertanya
112 kepada PPL menunjukkan bahwa keaktifan petani untuk mendapatkan informasi
memberikan nilai lebih dalam kualitas karet dan sangat diperlukan dalam proses adopsi teknologi tidak hanya dalam peningkatan kualitas. Program pemerintah dalam
meningkatkan jumlah PPL diharapkan mampu memberikan lebih banyak tempat bertanya bagi petani.
Variabel terakhir adalah penggunaan pupuk TSP sebagai koagulan. Varibel
ini tidak signifikan pada taraf nyata 20 persen karena memiliki P-value sebesar 0,487. Dari data statistik ini dapat diketahui bahwa penggunaan pupuk TSP ataupun tawas
bukan merupakan faktor yang memengaruhi kualitas, sehingga dapat dikatakan apapun pembeku yang digunakan baik TSP ataupun tawas kualitas tidak akan berbeda
signifikan. Penggunaan pupuk TSP maupun tawas sebagai koagulan dapat menurunkan kualitas karet karena meningkatkan kadar abu pada bahan olah karet.
6.5. Perbandingan Analisis Kualitatif Teknik Taksonomik dan Analisis Kuantitatif Model Regresi Logistik Biner
Hasil analisis kualitatif dan kuantitatif sebagian besar saling menguatkan satu sama lainnya. Variabel pendidikan misalnya, pada analisis kualitatif pendidikan
berpengaruh negatif. Hal ini dikuatkan oleh hasil analisis kuantitatif yang membuktikan bahwa pendidikan memiliki pengaruh negatif dan signifikan secara
statistik. Hal ini memberi kesan bahwa apabila terdapat program atau upaya peningkatan kualitas karet faktor pendidikan akan menjadi tantangan dalam
kesuksesan program tersebut. Hal ini juga mengharuskan bahwa setiap perubahan yang terjadi pada aktivitas atau struktur biaya usahatani harus memiliki alasan
peningkatan pendapatan karena pendidikan petani yang lebih tinggi memungkinkan petani untuk memiliki perhitungan yang lebih cermat mengenai biaya, dan
pendapatan sebagaimana telah dijelaskan pada bagian variabel pendidikan pada nalisis kualitatif dan kuantitatif. Saling menguatkannya analisis kualitatif dan
kuantitatif juga terjadi pada beberapa variabel lain terutama variabel yang signifikan di dalam model regresi logistik biner seperti jumlah anggota keluarga, partisipasi
dalam kegiatan sosial, dan keanggotaan kelompok tani sebagaimana tampak pada Tabel 39.
113
Tabel 39 . Perbandingan Analisis Kualitatif Teknik Taksonomik dan Analisis
Kuantitatif Model Regresi Logistik Biner No Faktor yang Memengaruhi Kualitas
Pengaruh pada Analisis
Kualitatif Pengaruh pada
Analisis Kuantitatif 1
Usia Tidak konsisten Negatif, signifikan
2 Pendidikan
Negatif Negatif, signifikan
3 Pengalaman
Tidak konsisten Positif, tidak
signifikan 4
Transmigran pengembangan karet Tidak dianalisis
Positif, signifikan
5 Jumlah anggota keluarga
Positif Positif, signifikan
6 Pengahasilan rumah tangga per
bulan Negatif
Negatif, tidak signifikan
7 Frekuensi pemupukan
Tidak konsisten Negatif, tidak
signifikan 8
Luas lahan Negatif
Negatif, tidak signifikan
9 Partisipasi dalam kegiatan sosial
Positif Positif, signifikan
10 Keanggotan kelompok tani
Positif Positif, signifikan
11 Keberadaan ppl di desa Tidak dianalisis
Negatif, signifikan
12 Tanya ppl Tidak dianalisis
Positif, signifikan
13 Penggunaan tsp sebagai koagulan
Positif Negatif, tidak
signifikan Variabel usia pada analisis kualitatif tidak konsisten pengaruhnya. Sedangkan
pada analisis kuantitatif usia memiliki pengaruh negatif dan signifikan. Perbandingan ini mengindikasikan bahwa terhadap kualitas karet petani di Kecamatan Tulang
Bawang Tenngah, usia memberikan dampak negatif, atau sekurang-kurangnya tidak berpengaruh. Usia tidak dapat memiliki pengaruh positif terhadap kualitas karet
petani di Kecamatan Tulang Bawang Tengah. Variabel pengalaman dan frekuensi pemupukan, memang benar-benar variabel
tidak signifikan dalam memengaruhi kualitas karet. Hal tersebut dibuktikan adanya kesepakatan dan saling menguatkannya hasil analisis kualitatif dan kuantitatif. Pada
analisis kualitatif variabel penglaman dan frekuensi pemupukan memiliki pengaruh yang tidak konsisten sedangkan pada analisis kuantitatif kedua variabel tersebut tidak
signifikan pada statistik α yang ditetapkan.
114 Hasil analisis perbandingan menunjukkan bahwa jumlah anggota keluarga,
partisipasi dalam kegiatan sosial, dan keanggotaan kelompok tani benar-benar berpengaruh positif. Pengaruh positif ini terlihat pada kedua analisis. Hal ini
memberikan indikasi bahwa pemanfaatan institusi sosial dan kelompok tani dalam penyebaran informasi kualitas akan efektif mengingat positifnya pengaruh variabel
tersebut. Penghasilan rumah tangga, luas lahan dan penggunaan pupuk TSP sebagai
koagulan tidak signifikan di dalam model. Hal ini mengindikasikan bahwa kualitas karet dapat ditingkatkan oleh semua petani baik yang berpenghasilan tinggi atau
rendah, maupun petani yang berlahan sempit atau luas. Dari analisis faktor diatas, dapat diketahui bahwa jumlah anggota keluarga,
partisipasi dalam kegiatan sosial dan keanggotaan petani dalam kelompok tani memiliki pengaruh yang positf dan signifikan terhadap kualitas karet secara kualitatif
dan kuantitatif. Lamanya pendidikan formal yang dijalani petani memiliki pengaruh negatif terhadap kualitas karet secara kualitatif dan kuantitatif.
6.6. Upaya-Upaya Peningkatan Kualitas Karet Rakyat