100 misalnya  pembuatan  lump  duduk
9
,  dan  penambahan  koagulan  aditif  gadung  atau mengkudu.  Dan  ada  pula  yang  sebaliknya,  terdapat  kegiatan  yang  dapat
meningkatkan harga tetapi menurunkan bobot misal menyimpanya lebih lama. Petani berpendidikan  lebih  tinggi  lebih  mampu  membandingkan  dan  memperkirakan
perubahan  pendapatan  antara  penurunanan  harga  karena  penurunan  kualitas  dengan peningkatan  bobot  karet  yang  mereka  hasilkan.  Selain  itu  pendidikan  lebih  tinggi
memberikan  dampak  pada  akses  informasi  lebih  banyak  dari  pada  petani berpendidikan lebih  rendah. Hal tersebut memberikan kemungkinan yang lebih besar
bagi  petani  berpendidikan  lebih  tinggi  untuk  melakukan  upaya  peningkatan pendapatan  meskipun  upaya  peningkatan  pendapatan  tersebut  dapat  menurunkan
kualitas karet yang diproduksinya.
6.4.    Model  Regresi  Logistik  Biner  Faktor-Faktor  yang  Memengaruhi  Kualitas Karet Perkebunan Rakyat
6.4.1.  Transformasi Kualitas menjadi Skala Biner
Transformasi  dilakukan  dengan  menggolongkan  kualitas  karet  menjadi  dua golongan yaitu golongan “kualitas lebih tinggi” yang dinotasikan dengan angka 1 dan
golongan  “kualitas  lebih  rendah”  yang  dinotasikan  dengan  angka  0.  Penggolongan dilakukan  dengan  titik  potong  rata-rata  kualitas  seluruh  responden.  Kualitas  karet
yang  dibawah  rata-rata  kualitas  seluruh  responden  dimasukan  ke  dalam  golongan “kualitas lebih rendah”, sedangkan petani dengan kualitas diatas rata-rata dimasukan
ke dalam golongan “kualitas lebih tinggi”. Perhitungan rata-rata kualitas karet seluruh responden didapatkan bahwa titik
potong tranformasi adalah 6,56. Jadi kualitas karet yang dibawah 6,56 ditransformasi ke  dalam  golongan  “kualitas  lebih  rendah”  dan  dinotassikan  dengan  nilai  0,  dan
kualitas  karet    yang  diatas  6,56  ditranformasi  ke  dalam  “kualitas  lebih  tinggi”  dan dinotasikan dengan nilai 1. Hasil tranformasi kualitas dapat dilihat pada Lampiran 2.
9
Lump  duduk  dibuat  dengan  cara  memungut  mengambil  karet  dalam  bentuk  kemudian membekunya di rumah dengan  menggunakan  mangkuk-mangkuk penampung  yang  didudukan di
persiapkan  atau  ditempatkan    di  permukaan  tanah  dengan  mekanisme  pengenceran  sebelumnya atau  yang  lainnya.  Pembuatan  lump  duduk  ini  bertujuan  untuk  mengurangi  keluarnya  air  dari
koagulump.
101
6.4.2.  Model Dugaan Regresi Logistik Biner
Berdasarkan  literatur  yang  telah  disebutkan  dalam  Bab  III  dan  berdasarkan analisis  kualitatif,  terdapat  13  variabel  independent  yang  diduga  memengaruhi
kualitas karet perkebunan rakyat. Ketigabelas variabel tersebut terdiri dari tiga faktor teknis  dan  10  faktor  sosial  ekonomi  petani.  Tiga  faktor  teknis  yang  diduga
memengaruhi kualitas karet adalah frekuensi pemupukan, luas lahan, dan penggunaan TSP  sebagai  koagulan.  Sepuluh  faktor  sosial  ekonomi  yaitu  usia,  pendidikan,
pengalaman, transmigran pengembangan karet, jumlah anggota keluarga, penghasilan rumah  tangga  per  bulan,  partisipasi  petani  dalam  kegiatan  sosial,  keanggotan
kelompok  tani,  keberadaan  PPL  di  desa,  pernah  atau  tidaknya  bertanya  kepada  PPL tentang  karet.  Data  faktor-faktor  yang  diduga  memengaruhi  kualitas  untuk  masing-
masing responden dapat dilihat pada Lampiran 2. Berdasarkan  literatur  dan  analisis  kualitatif,  diduga  bahwa  variabel  frekuensi
pemupukan, luas lahan, penggunaan TSP sebagai koagulan, pendidikan, pengalaman, transmigran  pengembangan  karet,  jumlah  anggota  keluarga,  penghasilan  rumah
tangga per bulan, partisipasi petani dalam kegiatan sosial, keanggotan kelompok tani, dan pernahnya bertanya kepada PPL mengenai perkaretan memiliki koefesien regresi
yang bernilai positif, sedangkan variabel usia memiliki nilai koefisien regresi negatif. Dengan  menyubstitusi  variabel-variabel  independen  dan  dugaan  tanda  koefisiennya
ke  dalam  model  umum  regresi  logistik  biner  maka  akan  didapatkan  model  regresi logistik  biner  faktor-faktor  yang  memengaruhi  kualitas  karet  perkebunan  rakyat.
Model tersebut adalah sebagai berikut:
102 dimana
1 dan
+
1
+
Dimana ,
1| merupakan peluang bersyarat kejadian Y=1.
X1   =  AGE  =   age  = Usia petani tahun X2   =  EDU  =   education = pendidikan formal petani tahun
X3   =  EXP   = experience = pengalaman bertanam karet tahun
X4   =  TRD   = transmigrant  of  rubber  development  =  transmigran  pengembangan  karet
1 = jika transmigran dan 0 = bukan transmigran pengembangan karet X5   =  FS
= family size = jumlah anggota keluarga orang
X6   =  FI =   family income = pengahasilan rumah tangga per bulan rupiah
X7   =  FOF   = frequency of fertilization = frekuensi pemupukan kali per tahun
X8   =  RFS  = rubber farm size = luas lahan tanaman karet produksi hektar
X9   =  SA   = social activity = partisipasi dalam kegiatan Sosial 1 = jika berpartisipasi
dalam kegiatan  sosial dan 0 = jika tidak. X10 =  MFI  =
membership  of  farmer  institution  =  keanggotan  kelompok  tani  1  =  jika anggota kelompok tani dan 0 = jika tidak.
X11 =  PPL   = keberadaan  PPL  di  Desa  1  =  ada  PPL  yang  berdomisili  di  desa  tempat
tinggal petani dan 0 = jika tidak ada. X12 =  ASK   =
ask to PPL = pernah bertanya PPL 1 = pernah dan 0 = tidak pernah. X13 =  UOC  =
use of coagulant = Penggunaan TSP sebagai koagulan 1 = menggunakan TSP dan 0 = jika tidak.
β = konstanta
β
1
, β
2
,.. β
13
= koefisien dugaan dari variabel independen. 1
, 1|
merupakan peluang bersyarat kejadian Y=1  yaitu peluang kualitas lebih tinggi.
103
6.4.3.  Koefisien atau Parameter Dugaan Model Regresi Logistik Binner Faktor- Faktor yang Memengaruhi Kualitas Karet Perkebunan Rakyat
Langkah  kedua  setelah  pendugaan  model  adalah  pendugaan  parameter  atau koefisien variabel independen di dalam model. Sebagaimana telah disebutkan di Bab
IV  Metode  Penelitian,  dalam  model  regresi  logistik  koefisien  diduga  dengan menggunakan  teknik  maximum  likelihood  ML  estimation.    Dalam  penelitian  ini,
pendugaan  koefisien  dilakukan  dengan  menggunakan  bantuan  perangkat  lunak komputer Minitab 14. Hasil pendugaan koefisien variabel dapat dilihat pada Tabel 38.
Tabel  38 .    Hasil  Pendugaan  Model  Regresi  Logistik  Biner  Faktor-Faktor  yang
Memengaruhi Kualitas Karet Perkebunan Rakyat
Predictor Coef
SE Coef Z
P Odd
s Rati
o Constant
6,32556 3,90741
1,62 0,105
Usia tahun -0,105980
0,0443160 -2,39
0,017 0,90
Pendidikan tahun -0,427463
0,173444 -2,46
0,014 0,65
Pengalaman tahun 0,0262696
0,0573595 0,46
0,647 1,03
Transmigran pengembangan karet
1,53532 1,02964
1,49 0,136
4,64 Jumlah anggota keluarga
0,598571 0,274020
2,18 0,029
1,82 Pengahasilan rumah tangga per
bulan -0,0000001
0,0000002 -0,56
0,578 1,00
Frekuensi pemupukan -0,0296448
0,383834 -0,08
0,938 0,97
Luas lahan -0,455514
0,431358 -1,06
0,291 0,63
Partisipasi dalam kegiatan Sosial
1,73943 1,16907
1,49 0,137
5,69 Keanggotan Kelompok Tani
3,91364 1,19047
3,29 0,001
50,0 8
Keberadaan PPL di Desa -2,50652
1,54517 -1,62
0,105 0,08
Tanya PPL 1,38891
0,968257 1,43
0,151 4,01
Penggunaan TSP sebagai koagulan
-1,05742 1,52101
-0,70 0,487
0,35 Test that all slopes are zero: G = 24,791, DF = 13, P-Value = 0,025
Model  regresi  logistik  biner  menunjukkan  bahwa  pengalaman,  peserta transmigran, jumlah anggota keluarga, partisipasi dalam kegiatan sosial, keanggotaan
kelompok tani, dan pernahnya bertanya kepada PPL memiliki koefisien yang bernilai positif.  Sedangkan  variabel  usia,  pendidikan,  pengahasilan  rumah  tangga,  frekuensi
104 pemupukan,  luas  lahan,  keberadaan  PPL  di  desa,  dan  penggunaan  TSP  sebagai
koagulan  memiliki  koefisien  bernilai  negatif.    Besar  masing-masing  koefisien  dapat dilihat  pada  Tabel  38  di  kolom  Coef.  Setelah  menyubstitusi  koefisien-koefisien
tersebut  ke  dalam  model  dugaan,  maka  akan  diperoleh  model  regresi  logistik  biner faktor-faktor  yang  memengaruhi  kualitas  karet  perkebunan  rakyat  yang  sebenarnya.
Model hasil substitusi koefisien dugaan adalah sebagai berikut: 6,32556
0,105980 0,427463
0,0262696 1,53532
0,598571 0,0000001
0,0296448 0,455514
1,73943 3,91364
2,50652 1,38891
1,05742 dimana
1 sedangkan
+
1
+
6.4.4.    Uji  Signifikansi  Model  dan  Koefisien  Variabel  Faktor-Faktor  yang Memengaruhi Kualitas Karet Perkebunan Rakyat
Pengujian signifikansi model dilakukan dengan menggunakan nilai G statistic atau P-value. Pada Tabel 22 pada baris Test that all slopes are zero terlihat bahwa P-
value  dari  G  statistic  adalah  0,025.  Nilai  P-value  yang  lebih  kecil  dari  dari  α  =  20 persen  memberikan  arti  bahwa  model  regresi  logistik  biner  yang  dibangun  mampu
menggambarkan pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen kualitas dengan baik pada selang kepercayaan 80 persen bahkan mampu hingga 95 persen.
Pada Tabel 22 terdapat kolom yang dinotasikan “ P ”. Notasi P “  merupakan pernyataan dari P-value uji Wald Wald Test. Apabila P-value dari Wald Test lebih
kecil dari pada  α maka tolak  H the null hypothesis. Sehingga, apabila  P-value uji
Wald  dari  suatu  variabel  lebih  kecil  dari  α,  maka  dapat  dikatakan  bahwa  variabel tersebut berpengaruh nyata di dalam model pada taraf nyata α.
105 Hasil  pendugaan  model  yang  ditunjukkan  oleh  Tabel  22  menyatakan  bahwa
dari  ketigabelas  variabel  di  dalam  model,  terdapat    delapan  variabel  yang berpengaruh  nyata  terhadap  kualitas  karet  di  Kecamatan  Tulang  Bawang  Tengah
pada  taraf  nyata  α  =  20  persen.  Bahkan  beberapa  diantara  delapan  variabel  tersebut empat  variabel  yang  berpengaruh  nyata  hingga  taraf  lima  persen.  Keempat  faktor
yang  berpengaruh  nyata  terhadap  kualitas  karet  hingga  taraf  lima  persen  adalah terdapat  usia, pendidikan, jumlah anggota keluarga dan keanggotaan kelompok tani.
Sedangkan  transmigran  pengembangan  karet,  partisipasi  dalam  kegiatan  sosial, keberadaan PPL di desa, dan pernahnya bertanya kepada PPL memengaruhi kualitas
karet secara signifikan pada taraf 20 persen. Pengujian  signifikansi  variabel  menunjukkan  bahwa  faktor  pengalaman,
pengahasilan  rumah  tangga,  frekuensi  pemupukan,  luas  lahan  karet  produksi  dan penggunaan  TSP  sebagai  koagulan  tidak  signifikan  dalam  memengaruhi  kualitas
karet  yang  diproduksi  petani  di  Kecamatan  Tulang  Bawang  Tengah.  Tidak signifikannya pengaruh  kelima faktor tersebut terhadap kualitas terlihat dari nilai P-
value yang lebih besar dari taraf nyata 20 persen.
6.4.5.    Intepretasi  dan  Pembahasan  Koefisien  Variabel  yang  Memengaruhi Kualitas Karet Perkebunan Rakyat
Hasil  pendugaan  koefisien  dan  uji  signifikansi  variabel  menunjukkan  bahwa Usia
merupakan  variabel  yang  memiliki  pengaruh  negatif  dan  signifikan  di  dalam model regresi logistik biner kualitas karet perkebunan rakyat. Variabel usia memiliki
nilai  koefisien  sebesar  -0,105980  dan  odds  ratio  sebesar  0,90.  Hasil  statistik  ini memiliki  makna  bahwa  jika  usia  petani    bertambah  satu  tahun  peluang  petani
memiliki kualitas lebih rendah meningkat 0,90 kali semula. Pengaruh  negatif  umur  terhadap  kualitas  dapat  dijelaskan  bahwa  melalui
hubungan usia dan produktivitas kerja. Giroh et al. 2006 mencatat bahwa output per tenaga  kerja  petani  yang  lebih  tua  bisa  jadi  lebih  rendah  seiring  dengan  penurunan
produktivitasnya. Dari pernyataan tersebut tersirat bahwa semakin tua petani semakin rendah produktivitas kerjanya. Dengan penurunan produktivitas, orang  yang usianya
lebih  tua  akan  memiliki  kemungkinan  lebih  kecil  untuk  melakukan  upaya
106 peningkatan  kualitas  daripada  petani  yang  lebih  muda.  Dan  sebaliknya,  petani  yang
usianya lebih muda lebih besar kemungkinannya untuk melakukan upaya peningkatan kualitas yang lebih banyak dan beragam.
Apabila  pengaruh  faktor  usia  di  dalam  model  dikaitkan  dengan  pembagian wilayah  penelitian  menjadi  kelompok  desa  program  dan  non  program  maka  relatif
rendahnya  kualitas  karet  produksi  petani  di  desa  program  dibandingkan  desa  non program  dapat  dipahami  dengan  lebih  jelas.  Usia  berpengaruh  negatif,  sedangkan
petani  di  desa  program  berusia  relatif  lebih  tua  dibandingkan  petani  di  desa  non program  sebagaimana  dinyatakan  dalam  Sub  Bab  Karakteristik  Sosial  Ekonomi
Petani.  Sehingga  benarlah  apabila  kualitas  di  desa  program  relatif  lebih  rendah dibandingkan desa non program dilihat dari sisi usia petani.
Variabel lain yang berpengaruh negatif dan signifikan di dalam model regresi
logistik  biner  faktor-faktor  yang  memengaruhi  kulitas  karet  perkebunan  rakyat  di
Kecamatan  Tulang  Bawang  Tengah  adalah  pendidikan.  Variabel  pendidikan
memiliki  koefisien  -0,427463  dan  nilai  odds  ratio  sebesar  0,65.  Nilai  ini  bermakna, apabila petani karet memiliki pendidikan satu tahun lebih tinggi maka peluang petani
tersebut memroduksi kualitas karet lebih tinggi turun atau lebih kecil 0,65 kali petani yang memiliki tingkat pendidikan satu tahun lebih rendah.
Pada  karaktiristik  responden  petani  desa  non  program  memiliki  rata-rata pendidikan dan kualitas karet yang lebih  tinggi sedangkan desa program sebaliknya
memiliki  pendidikan  dan  kualitas  yang  lebih  rendah.  Secara  sekilas  hal  ini menunjukkan  pengaruh  positif  pendidikan  terhadap  kualitas.  Apabila  melihat  lebih
rinci  ke  data  masing-masing  kelompok  desa  sebagaimana  terlihat  pada  tabulasi faktor  lampiran  4,  ternyata  kualitas  karet  yang  tinggi  di  desa  non  program  dimiliki
oleh  petani  yang  berpendidikan  relatif  lebih  rendah  demikian  pula  desa  program. Sehingga  dapat  dikatakan  bahwa  tingginya  rata-rata  pendidikan  dan  kualitas  karet
petani  di  desa  non  program  serta  rendahnya  rata-rata  pendidikan  dan  kualitas  karet petani  di  desa  program  tidak  langsung  bermakna  bahwa  pendidikan  berpengaruh
positif  terhadap  kualitas.  Karena  itu  disimpulkan  bahwa  pendidikan  berpengaruh negatif terhadap kualitas yang dibuktikan dari analisis taksonomik dan model regresi
107 logistik  biner.  Kenyataan  ini  bertentangan  dengan  hipotesis  yang  dibangun  diawal
dalam  Bab  Kerangka  Pemikiran.  Apabila  dikaitkan  dengan  konsep  adopsi  maka hasil analisis pendidikan ini bertentangan dengan pernyatan Rogers 1983.
Perbedaan pengaruh pendidikan terhadap kualitas dengan hipotesis awal dapat dijelaskan  sebagai  berikut.  Sebagaimana  telah  dinyatakan  dalam  teknik  analisis
taksonomik, petani yang berpendidikan lebih tinggi memiliki perhitungan yang lebih baik  mengenai  usaha  peningkatan  pendapatan.  Peningkatan  pendapatan  dapat
diperoleh  melalui  peningkatan  bobot  karet  yang  diproduksinya  atau  peningkatan harga.  Terdapat  beberapa  hal  yang  dapat  meningkatan  bobot  karet  tapi  mengurangi
kualitas  sehingga  bobot  naik  tetapi  harga  turun.  Dan  ada  pula  yang  sebaliknya, terdapat  kegiatan  yang  dapat  meningkatkan  harga  tetapi  menurunkan  bobot  misal
menyimpanya  lebih  lama.  Petani  berpendidikan  lebih  tinggi  lebih  mampu membandingkan  dan  memperkirakan  perubahan  pendapatan  antara  penurunan  harga
karena  penurunan  kualitas  dengan  peningkatan  bobot  karet  yang  mereka  hasilkan. Selain  itu  pendidikan  lebih  tinggi  memberikan  dampak  pada  akses  informasi  lebih
banyak  dari  pada  petani  berpendidikan  lebih    rendah.  Hal  tersebut  memberikan kemungkinan  yang  lebih  besar  bagi  petani  berpendidikan  lebih  tinggi  untuk
melakukan  upaya  peningkatan  pendapatan  meskipun  upaya  peningkatan  pendapatan tersebut  dapat  menurunkan  kualitas  karet  yang  diproduksinya.  Alasan  lain  dari
negatifnya  pengaruh  pendidikan  terhadap  kualitas  adalah  petani    yang  memiliki pendidikan  lebih  tinggi  bisa  jadi  memiliki  kemampuan  yang  lebih  tinggi  untuk
menanggung  risiko  dari  berbagai  upaya  peningkatan  pendapatan.  Hal  ini  memberi kemungkinan  bagi  petani  untuk  mencoba  dan  melakukan  berbagai  upaya  yang
berbeda  untuk  meningkatkan  pendapatan  usahatani  karetnya,  meskipun  terdapat risiko penurunan kualitas dan harga dalam kegiatan atau aktivitas tersebut.
Faktor  pengalaman  memiliki  nilai  0,0262696  dan  odds  ratio  sebesar  1,03
namun  tidak  signifikan  di  dalam  model  karena  memiliki  P-value  0,647  yang  lebih dari  α  =  20  persen.  Hal  ini  memberikan  implikasi  bahwa  untuk  memroduksi  lateks
berkualitas lebih tinggi tidak membutuhkan pengalaman bertani karet yang lama. Hal ini  juga  memberi  pengertian  bahwa  upaya-upaya  yang  membuat  kualitas  menjadi
108 lebih baik bukanlah suatu kegiatan  yang membutuhkan pengasahan dan pengalaman
yang lama dalam penerapannya. Setiap petani berapa lama pun ia telah bertani karet mampu  meningkatkan  kualitasnya.  Hal  ini  memberi  sinyal  positif  bahwa  apabila
terdapat  program  peningkatan  kualitas  karet  diharapkan  setiap  petani  dari  berbagai jenjang pengalaman mampu menyerap dengan baik.
Variabel transmigran pengembangan karet memiliki nilai koefisien regresi
sebesar  1,53532  dan  nilai  odds  ratio  4,64.  Pengaruh  Variabel  transmigran pengembangan  karet    terhadap  kualitas  di  dalam  model  adalah  signifikan  dengan
selang  kepercayaan  sebesar  80  persen.  Makna  dari  nilai  odds  ratio  adalah diperkirakan  bahwa  petani  yang  dulunya  merupakan  transmigran  pengembangan
karet  di  wilayah  Kecamatan  Tulang  Bawang  Tengah  berkemungkinan  memroduksi karet  dengan  kualitas  lebih  tinggi  dengan  peluang  4,64  kali  lebih  besar  dari  pada
petani  bukan  merupakan  transmigran  pengembangan  karet  di  wilayah  Kecamatan Tulang  Bawang  Tengah.  Lebih  besarnya  peluang  untuk  memroduksi  karet  kualitas
lebih  tinggi  yang  dimiliki  oleh  petani  yang  dulunya  merupakan  transmigran pengembangan  karet  di  wilayah  Kecamatan  Tulang  Bawang  Tengah  dikarenakan
pada  saat  program  pengembangan  karet  berlangsung,  petani  transmigran  terlibat langsung  dalam  proses  penyelenggaraan  usahatani  yang  meliputi  penanaman,
pemeliharaan dan penyadapan. Sehingga informasi perkaretan lebih banyak diketahui oleh  petani  desa  transmigran.  Setelah  penyelenggaraan  usahatani  karet  diserahkan
secara  total  kepada  petani,  informasi  perkaretan  tersebut  digunakan  dalam penyelenggaraan usahatani tersebut.
Data karakterisitik
responden menunjukkan
bahwa desa
program pengembangan  karet  memiliki  kualitas  yang  lebih  rendah  dari  pada  desa  non
program.  Kalau  hanya  melihat  pengaruh  transmigran  berarti  peserta  program  di dalam model, maka seharusnya kualitas desa program lebih tinggi dibandingkan desa
non program. Penjelasan dari hal tersebut adalah, petani di desa program tidak semua merupakan  petani  peserta  transmigran  pengembangan  karet.  Sehingga  dapat
dikatakan  bahwa  dapat  dimungkinkan  rendahnya  kualitas  karet  di  desa  program dimiliki oleh petani desa program yang non pengembangan karet.
109
Pengaruh  positif  jumlah  anggota  keluarga  terhadap  kualitas  karet  di  dalam
model  dapat  dilihat  dari  koefisien  regresi  yang  bernilai  0,598571.  Nilai  odds  ratio yang  dimiliki  faktor  jumlah  anggota  keluarga  adalah  sebesar  1,82.  P-value  variabel
jumlah  anggota  keluarga  adalah  0,029  yang  menunjukkan  bahwa  variabel  ini signifikan di dalam model.  Intepretasi dari odds  ratio jumlah anggota keluarga 1,82
adalah petani karet yang memiliki jumlah anggota keluarga  yang mampu membantu penyelenggaraan  usahatani  satu  orang  lebih  banyak  maka  peluang  petani  tersebut
memroduksi  kualitas  karet  lebih  tinggi  meningkat  atau  lebih  besar  1,82  kali  petani yang memiliki jumlah anggota keluarga satu orang di bawahnya.
Ukuran  keluarga  yang  lebih  besar  dan  terdiri  dari  anggota  keluarga  yang mampu  melakukan  dan  membantu  penyelenggaraan  usahatani,  menjadikan  keluarga
petani  tersebut  mampu  melakukan  kegiatan-kegiatan  yang  dapat  meningkatkan kualitas  dengan  jumlah  yang  lebih  banyak.  Lebih  banyaknya  upaya  peningkatan
kualitas  menjadikan  lebih  baiknya  kualitas  karet  petani  dengan  jumlah  anggota keluarga lebih banyak dibandingkan petani dengan jumlah keluarga lebih sedikit.
Penghasilan  rumah  tangga family  income  merupakan  variabel  yang  tidak
signifikan  P-value  lebih  dari  α  dalam  memengaruhi  kualitas  karet  di  dalam  model regresi  logistik  biner.  Tidak  signifikannya  pengaruh  penghasilan  rumah  tangga
terhadap  kualitas  dikarenakan  sebagian  besar  upaya  yang  dilakukan  petani  karet untuk  meningkatkan  kualitas  tidak  membutuhkan  pengeluaran  atau  biaya  tunai.
Sehingga  baik  petani  yang  berpenghasilan  besar  maupun  kecil  mampu  melakukan upaya peningkatan kualitas.
Variabel  lain  yang  pengaruhnya  tidak  signifikan  di  dalam  model  regresi
logistik  biner  faktor-faktor  yang  memengaruhi  kulitas  karet  perkebunan  rakyat  di
Kecamatan  Tulang  Bawang  Tengah  adalah  frekuensi  pemupukan.  Variabel
frekuensi pemupukan memiliki P-value sebesar 0,983 yang lebih besar dari α. Tidak signifikannya  frekuensi  pemupukan  dikarenakan  pemupukan  memengaruhi  produksi
karet  ketika  di  dalam  pohon  dan  ketika  produksi  masih  berbentuk  getah  lateks terutama  terkait  dengan  jumlah  dan  kadar  karet  kering.  Karena  bentuk  produksi
petani reponden adalah koagulump, sedangkan setelah membeku, kadar karet kering
110 lateks  hanya  akan  memengaruhi  jumlah  koagulump  yang  dihasilkan.  Sedangkan
kualitas  koagulump  diukur  dari    kekenyalan,  warna,  dan  proporsi  kotoran  yang semuanya  terkait  dengan  aktivitas  di  luar  pohon  karet    dan  proses  perubahan  getah
menjadi  koagulump.  Karena  itu,  pengaruh  frekuensi  pemupukan  terhadap  kualitas koagulump dalam penelitian ini tidak signifikan.
Selain  itu,  petani  di  Kecamatan  Tulang  Bawang  Tengah  melakukan pemupukkan dengan penyesuaian dosis dan frekuensi. Pemupukan dengan frekuensi
satu  kali  menggunakan  dosis  per  aplikasi  lebih  banyak  dari  pada  pemupukan  yang frekuensinya dua kali  per tahun. Namun, untuk  memasukan jumlah dan  jenis pupuk
yang  digunakan  dalam  model  relatif  sulit  dilakukan,  mengingat    kandungan  unsur hara di dalam pupuk berbeda-beda untuk jenis pupuk yang sama.
Luas lahan karet yang telah berproduksi memiliki P-value sebesar 0,291 dan
nilai  koefisien  -0,455514.  Nilai  P-value  ini  menunjukkan  bahwa  variabel  luas  lahan tidak  signifikan  pengaruhnya  terhadap  kualitas  karet.  Hal  ini  menunjukkan  bahwa
luas  kebun  karet  produksi  tidak  memotivasi  untuk  meningkatkan  kualitas  karetnya sebagaimana  dugaan  sebelumnya.  Namun,  kenyataan  ini  memberikan  pandangan
positif  bahwa  peningkatan  kualitas  dapat  dilakukan  oleh  petani  baik  berlahan  relatif luas ataupun  yang relatif sempit karena luas lahan tidak memengaruhi kualitas karet
perkebunan rakyat. Partisipasi  dalam  kegiatan
sosial  dan keanggotaan  dalam  kelompok  tani
merupakan  dua  variabel  yang  berpengaruh  positif  terhadap  kualitas  karet  dan signifikan  di  dalam  model.  Besarnya  koefesien  variabel  partisipasi  dalam  kegiatan
sosial  dan  keanggotaan  dalam  kelompok  tani  masing-masing  adalah  1,73943  dan 3,91364. Sedangkan nilai odds ratio berturut turut adalah 5,69 dan 50,08. Nilai odds
ratio  sebesar  5,69  pada  variabel  partisipasi  dalam  kegiatan  sosial  memberikan  arti bahwa  apabila  petani  yang  semula  tidak  berpartisipasi  dalam  kegiatan  sosial
kemudian berpartisipasi maka peluang kualitas karet petani menjadi lebih tinggi dari rata-rata  responden  meningkat  5,69  kali  semula.  Cara  intepretasi  serupa  dapat
digunakan untuk variabel keanggotaan kelompok tani.  Nilai odds ratio sebesar 50,08 pada variabel keanggotaan kelompok tani memberikan arti bahwa apabila petani yang
111 semula  tidak  bergabung  dengan  kelompok  tani  kemudian  bergabung  maka  peluang
kualitas  karet  petani  menjadi  lebih  tinggi  dari  rata-rata  responden  meningkat  50,08 kali semula. Peningkatan peluang ini dikarenakan kelompok tani dan kegiatan sosial
dapat  menjadi  sarana  petani  untuk  berinteraksi  sesama  petani  karet  dan  melakukan transfer  informasi  perkaretan  termasuk  informasi  mengenai  kualitas  karet.  Petani
yang bergabung dalam kelompok tani dan kegiatan sosial lebih memungkinkan untuk mengetahui  hal-hal  yang  dapat  meningkatkan  kualitas  dan  meningkatkan  harga  jual
karet yang diproduksinya sehingga dapat melakukannya. Selain itu, petani juga lebih memungkinkan  untuk  mengetahui  hal-hal  yang  dapat  menurunkan  kualitas  dan
menurunkan harga jual karet produksinya sehingga dapat menghindarinya. Alasan ini telah disebutkan dalam analisis taksonomik.
Keberadaan  PPL yang  berdomisili  di  desa  petani  responden  memiliki
pengaruh  negatif  dan  signifikan.  Nilai  koefisien,  P-value,  dan  odds  ratio  variabel keberadaan  PPL  berturut-turut  adalah  -2,50652;  0,105;  dan  0,08.  Pengaruh  negatif
keberadaan PPL tidak langsung memberi makna bahwa PPL memberi dampak buruk bagi  kualitas  karet  yang  diproduksi  petani,  namun  keberadaan  PPL  belum
memberikan  fungsi  atau  pengaruh  terhadap  usahatani  karet  sebagaimana  mestinya pengaruh positif. Sehingga menyebabkan kualitas karet petani di desa tempat  PPL
berdomisili masih rendah karena usahatani karetnya masih dijalankan dengan metode konvensional  perkiraan  petani  sendiri  tanpa  referensi  dari  buku  atau  PPL.
Diharapkan dengan berubahnya sifat PPL menjadi multi bidang pertanian pengaruh PPL dapat menjadi lebih baik.
Meskipun keberadaan ppl yang berdomisili di desa petani responden memiliki
pengaruh  negatif,  tapi  pernahnya  petani  bertanya  kepada  PPL  secara  sengaja
mengenai  perkaretan  memiliki  pengaruh  positif  dan  signifikan  terhadap  kualitas. Nilai koefisien variabel pernahnya bertanya kepada PPL adalah 1,38891 dengan odds
ratio  sebesar  4,01.  Hal  ini  mengindikasikan  bahwa  apabila  petani  pernah  bertanya kepada  PPL  mengenai  perkaretan,  maka  peluang  petani  tersebut  memroduksi  karet
berkualitas  lebih  tinggi  lebih  besar  4,01  kali  dari  pada  petani    yang  tidak  pernah bertanya kepada PPL tentang perkaretan. Pengaruh positif pernahnya petani bertanya
112 kepada  PPL  menunjukkan  bahwa  keaktifan  petani  untuk  mendapatkan  informasi
memberikan  nilai  lebih  dalam  kualitas  karet  dan  sangat  diperlukan  dalam  proses adopsi teknologi tidak hanya dalam peningkatan kualitas. Program pemerintah dalam
meningkatkan  jumlah  PPL  diharapkan  mampu  memberikan  lebih  banyak  tempat bertanya bagi petani.
Variabel terakhir adalah penggunaan pupuk TSP sebagai koagulan. Varibel
ini tidak signifikan pada taraf nyata 20 persen karena memiliki P-value sebesar 0,487. Dari  data  statistik  ini  dapat  diketahui  bahwa  penggunaan  pupuk  TSP  ataupun  tawas
bukan  merupakan  faktor  yang  memengaruhi  kualitas,  sehingga  dapat  dikatakan apapun pembeku yang digunakan baik TSP ataupun tawas kualitas tidak akan berbeda
signifikan.  Penggunaan  pupuk  TSP  maupun  tawas  sebagai  koagulan  dapat menurunkan kualitas karet karena meningkatkan kadar abu pada bahan olah karet.
6.5.  Perbandingan  Analisis  Kualitatif  Teknik  Taksonomik  dan  Analisis Kuantitatif Model Regresi Logistik Biner
Hasil analisis kualitatif dan kuantitatif sebagian besar saling menguatkan satu sama  lainnya.  Variabel  pendidikan  misalnya,  pada  analisis  kualitatif  pendidikan
berpengaruh  negatif.  Hal  ini  dikuatkan  oleh  hasil  analisis  kuantitatif  yang membuktikan  bahwa  pendidikan  memiliki  pengaruh  negatif  dan  signifikan  secara
statistik.  Hal  ini  memberi  kesan  bahwa  apabila  terdapat  program  atau  upaya peningkatan  kualitas  karet  faktor  pendidikan  akan  menjadi  tantangan  dalam
kesuksesan  program  tersebut.  Hal  ini  juga  mengharuskan  bahwa  setiap  perubahan yang  terjadi  pada  aktivitas  atau  struktur  biaya  usahatani  harus  memiliki  alasan
peningkatan pendapatan karena pendidikan petani yang lebih tinggi  memungkinkan petani  untuk  memiliki  perhitungan  yang  lebih  cermat  mengenai  biaya,  dan
pendapatan  sebagaimana  telah  dijelaskan  pada  bagian  variabel  pendidikan  pada nalisis  kualitatif  dan  kuantitatif.  Saling  menguatkannya  analisis  kualitatif  dan
kuantitatif juga terjadi pada beberapa variabel  lain terutama variabel yang signifikan di  dalam  model  regresi  logistik  biner  seperti  jumlah  anggota  keluarga,  partisipasi
dalam  kegiatan  sosial,  dan  keanggotaan  kelompok  tani  sebagaimana  tampak  pada Tabel 39.
113
Tabel  39 .    Perbandingan  Analisis  Kualitatif  Teknik  Taksonomik  dan  Analisis
Kuantitatif Model Regresi Logistik Biner No  Faktor yang Memengaruhi Kualitas
Pengaruh pada Analisis
Kualitatif Pengaruh pada
Analisis Kuantitatif 1
Usia Tidak konsisten  Negatif, signifikan
2 Pendidikan
Negatif Negatif, signifikan
3 Pengalaman
Tidak konsisten Positif, tidak
signifikan 4
Transmigran pengembangan karet Tidak dianalisis
Positif, signifikan
5 Jumlah anggota keluarga
Positif Positif, signifikan
6 Pengahasilan rumah tangga per
bulan Negatif
Negatif, tidak signifikan
7 Frekuensi pemupukan
Tidak konsisten Negatif, tidak
signifikan 8
Luas lahan Negatif
Negatif, tidak signifikan
9 Partisipasi dalam kegiatan sosial
Positif Positif, signifikan
10  Keanggotan kelompok tani
Positif Positif, signifikan
11  Keberadaan ppl di desa Tidak dianalisis
Negatif, signifikan
12  Tanya ppl Tidak dianalisis
Positif, signifikan
13 Penggunaan tsp sebagai koagulan
Positif Negatif, tidak
signifikan Variabel  usia  pada  analisis  kualitatif  tidak  konsisten  pengaruhnya.  Sedangkan
pada analisis kuantitatif usia memiliki pengaruh negatif dan signifikan. Perbandingan ini  mengindikasikan  bahwa  terhadap  kualitas  karet  petani  di  Kecamatan  Tulang
Bawang Tenngah, usia memberikan dampak negatif, atau sekurang-kurangnya  tidak berpengaruh.  Usia  tidak  dapat  memiliki  pengaruh  positif  terhadap  kualitas  karet
petani di Kecamatan Tulang Bawang Tengah. Variabel pengalaman dan frekuensi pemupukan, memang benar-benar variabel
tidak  signifikan  dalam  memengaruhi  kualitas  karet.  Hal  tersebut  dibuktikan  adanya kesepakatan  dan  saling  menguatkannya  hasil  analisis  kualitatif  dan  kuantitatif.  Pada
analisis  kualitatif  variabel  penglaman  dan  frekuensi  pemupukan  memiliki  pengaruh yang tidak konsisten sedangkan pada analisis kuantitatif kedua variabel tersebut tidak
signifikan pada statistik α yang ditetapkan.
114 Hasil  analisis  perbandingan  menunjukkan  bahwa  jumlah  anggota  keluarga,
partisipasi  dalam  kegiatan  sosial,  dan  keanggotaan  kelompok  tani  benar-benar berpengaruh  positif.  Pengaruh  positif  ini  terlihat  pada  kedua  analisis.  Hal  ini
memberikan  indikasi  bahwa  pemanfaatan  institusi  sosial  dan  kelompok  tani  dalam penyebaran  informasi  kualitas  akan  efektif  mengingat  positifnya  pengaruh  variabel
tersebut. Penghasilan  rumah  tangga,  luas  lahan  dan  penggunaan  pupuk  TSP  sebagai
koagulan  tidak  signifikan  di  dalam  model.  Hal  ini  mengindikasikan  bahwa  kualitas karet  dapat  ditingkatkan  oleh  semua  petani  baik  yang  berpenghasilan  tinggi  atau
rendah, maupun petani yang berlahan sempit atau luas. Dari  analisis  faktor  diatas,  dapat  diketahui  bahwa  jumlah  anggota  keluarga,
partisipasi  dalam  kegiatan  sosial  dan  keanggotaan  petani  dalam  kelompok  tani memiliki pengaruh yang positf dan signifikan terhadap kualitas karet secara kualitatif
dan  kuantitatif.  Lamanya  pendidikan  formal  yang  dijalani  petani  memiliki  pengaruh negatif terhadap kualitas karet secara kualitatif dan kuantitatif.
6.6.  Upaya-Upaya Peningkatan Kualitas Karet Rakyat