Penerimaan Tambahan dengan Adanya Peningkatan Kualitas

118 tahun jika melakukan peningkatan kualitas berupa penggunaan asam semut sebagai koagulan adalah Rp223.600,00. Perubahan biaya koagulan sebelum dan sesudah peningkatan kualitas dapat dilihat pada Tabel 41. Tabel 41 . Biaya Koagulan Sebelum dan Sesudah Upaya Peningkatan Kualitas Karet Seluar Satu Kektar No Uraian Desa Non-Program Desa Program 1 Biaya koagulan sebelum upaya Rp897.267,86 Rp1.016.493,75 2 Biaya koagulan setelah upaya Rp232.375,00 Rp223.600,00 3 Penurunan biaya koagulan Rp664.892,86 Rp792.893,75 Tabel 41 menunjukkan bahwa upaya peningkatan kualitas berupa penggunaan asam semut sebagai koagulan memberikan dampak penurunan biaya koagulan. Dari sisi ini, penurunan biaya koagulan akibat pengunaan asam semut dapat menjadi insentif bagi petani untuk mengadopsi penggunaan asam semut karena mampu menurunkan biaya tunai.

6.7.2. Penerimaan Tambahan dengan Adanya Peningkatan Kualitas

Pada kondisi aktual pembeku konvensional yakni pupuk TSP dan tawas, produksi karet petani desa non program dan program masing-masing sebesar 8669,997 dan 8369,793 kg. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari pedagang karet bobot massa koagulump karet berusia dua hari yang menggunakan koagulan asam semut adalah 90 persen dari koagulump karet dengan koagulan pupuk TSP. Sehingga apa bila pembeku yang digunakan oleh petani adalah asam semut maka petani di kedua desa mampu memroduksi koagulump dua harian masing-masing sebesar 7802,99 dan 7532,81 kg per hektar per tahun setelah terkoreksi hari hujan sebesar 10 persen dari hari sadap. Selain produksi koagulump berubah, upaya peningkatan kualitas berupa penggunaan asam semut dan penjagaan koagulump dari kotoran akan meningkatkan harga karet di tingkat petani hingga mencapai Rp500,00 per kg. Informasi kenaikan harga ini diperoleh dari perkumpulan petani karet desa Mulyakencana salah satu 119 desa program pengembangan karet di Kecamatan Tulang Bawang Tengah saat bertemu dengan pelaksana program peningkatan mutu karet Dinas Pertanian Kabupaten Tulang Bawang Barat 10 dan PT Komering Jaya sebuah perusahaan pengolah bahan olah karet menjadi sheet yang terdapat di Kecamatan Tulang Bawang Tengah. Dengan asumsi bahwa kualitas karet di desa program dan non program adalah sama, maka harga koagulump dua harian yang dapat terjadi adalah Rp500,00 lebih tinggi dari harga di desa non program, sehingga harga koagulump yang pembekunya asam semut adalah Rp3.700,00. Berubahnya jumlah produksi dan harga akan mengubah penerimaan petani. Perubahan penerimaan akibat upaya peningkatan kualitas karet dapat dilihat pada Tabel 42. Tabel 42 . Penerimaan Usahatani Sebelum dan Setelah Upaya Peningkatan Kualitas Karet Seluas Satu Hektar No Uraian Desa Non Program Desa Program 1 Penerimaan sebelum upaya Rp28.409.250,00 Rp24.785.206,07 2 Penerimaan setelah upaya Rp28.871.090,01 Rp27.871.410,69 3 Peningkatan penerimaan Rp461.840,01 Rp3.086.204,62 Tabel 42 menunjukkan bahwa penerimaan usahatani kedua kelompok desa setelah upaya peningkatan karet lebih tinggi dari pada penerimaan sebelum peningkatan kualitas. Lebih tingginya penerimaan setelah upaya peningkatan mengindikasikan bahwa penurunan penerimaan karena penurunan kuantitas produksi mampu ditutupi peningkatan penerimaan karena adanya peningkatan harga produk, sehingga tidak ada penerimaan yang hilang karena upaya peningkatan kualitas. 6.7.3. Peningkatan Biaya Penyadapan Karena Peningkatan Penerimaan dengan Adanya Peningkatan Kualitas Pada analisis ini, digunakan sistem yang sama antara sebelum dan setelah upaya peningkatan kualitas dalam pengupahan penyadap yakni mertelu sepertiga 10 Tulang Bawang Barat merupakan kabupaten baru, pecahan dari Kabupaten Tulang Bawang. Kabupaten ini baru berdiri tahun 2009. Karena itu, data statistik kabupaten yang digunakan dalam penelitian ini masih mangacu pada statistik Kabupaten Tulang Bawang. 120 dari penerimaan 11 . Terjadi perubahan dalam biaya tenaga kerja penyadap karena terdapat perubahan pada penerimaan usahatani. Perubahan biaya penyadap sebelum dan sesudah peningkatan kualitas dapat dilihat pada Tabel 43. Tabel 43 . Biaya Penyadapan Sebelum dan Sesudah Upaya Peningkatan Kualitas Karet Seluas Satu Hektar No Uraian Desa Non-Program Desa Program 1 Biaya penyadapan Sebelum Upaya Rp9.469.750 Rp8.261.735 2 Biaya penyadapan Setelah Upaya Rp9.623.697 Rp9.290.470 3 Peningkatan biaya penyadapan Rp153.947 Rp1.028.735 Peningkatan biaya penyadapan, mengindikasikan adanya peningkatan penerimaan akibat upaya peningkatan kualitas. Peningkatan penerimaan usahatani karet memberi dampak langsung terhadap peningkatan biaya upah penyadap. Perubahan biaya tenaga kerja penyadap ini akan mengubah struktur biaya usahatani.

6.7.4. Tambahan Keuntungan Adanya Peningkatan Kualitas