59 terdapat 9,38 persen petani yang tidak pernah mengikuti pendidikan formal. Rata-rata
lamanya pendidikan yang diikuti oleh petani responden menunjukkan bahwa petani di desa non program menyelesaikan pendidikan dasar dengan rata-rata 7,875 tahun.
Sedangkan petani responden desa program pengembangan karet memiliki rata-rata lamanya pendidikan lebih rendah dari itu, yakni sebesar 5,375 tahun yang berarti
tidak menamatkan pendidikan dasar. Hal ini memberikan dampak bahwa petani di desa non-program pengembangan karet lebih banyak melakukan upaya-upaya
peningkatan kualitas karet dan lebih mudah menerima teknologi peningkatan kualitas dibandingkan petani di desa program pengembangan karet meski keduanya tetap
mampu melakukan dan menerima upaya-upaya peningkatan kualitas karet rakyat.
5.2.3. Jumlah Anggota Keluarga
Jumlah anggota keluarga memberi gambaran mengenai ketersediaan tenaga kerja dalam keluarga. Bagi petani kecil smallholder farmer, ketersedian tenaga
kerja dalam keluarga menjadi pertimbangan untuk melakukan atau tidak melakukan suatu kegiatan atau tambahan kegiatan penyelenggaraan usahatani. Hal itu lebih pada
pertimbangan tidak perlunya pengeluaran tunai untuk kegiatan pertanian.
Tabel 10. Sebaran Responden Penelitian di Kecamatan Tulang Bawang Tengah
Tahun 2009 Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga No
Jumlah Anggota Keluarga orang
Desa Program Orang
Desa Non- Program
Orang Total orang
1 Dua orang
5 1
6 2
Tiga orang 4
5 9
3 Empat orang
12 10
22 4
Lima orang 8
7 15
5 Enam orang
5 5
6 Tujuh orang
2 3
5 7
Delapan orang 1
1 2
Jumlah 32
32 64
60 Lebih dari separuh 57,81 persen responden memiliki jumlah anggota
keluarga 2-4 orang yang tinggal satu rumah dengan kepala keluarga dengan modus di jumlah anggota keluarga empat orang. Responden yang memiliki jumlah anggota
keluarga 5-7 orang sebesar 39, 06 persen. Hanya 3,12 persen yang memiliki anggota keluarga lebih dari tujuh orang Tabel 10. Jika membandingkan antara desa program
dan non program, maka desa program memiliki jumlah petani dengan keluarga lebih dari empat orang lebih banyak 25 persen dari seluruh responden dibandingkan
dengan desa non program 17,19 persen dari seluruh responden. Data ini memberikan peluang upaya peningkatan kualitas lebih banyak dilakukan di desa
program dan penyerapan serta pelaksanaan teknologi baru akan lebih cepat di desa program. Namun hal ini tidak lantas memberikan pengertian bahwa kualitas karet di
desa program lebih baik dari desa non program. Perlu dilakukan analisis faktor untuk mengetahui apakah jumlah anggota keluarga ini memberikan pengaruh pada kualitas
karet.
5.2.4. Pendapatan Income Rumah Tangga
Pendapatan rumah tangga petani responden rata-rata sebesar Rp3.249.900,00 per bulan. Petani di desa program pengembangan karet memiliki pendapatan rumah
tangga rata-rata sebesar Rp2.245.500,00 per bulan, sedangkan petani di desa non program memiliki pendapatan rata-rata Rp4.254.300,00 per bulan. Sebaran responden
berdasarkan pendapatan dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Sebaran Responden Penelitian di Kecamatan Tulang Bawang Tengah
Tahun 2009 Berdasarkan Pendapatan Rumah Tangga No
Pendapatan Rp per Bulan
Desa Program Orang
Desa Non- Program
Orang Total orang
1 di bawah 1.000.000
5 2
7 2
1 juta hingga 3 juta 14
10 24
3 3 juta hingga 5 juta
12 9
31 4
Lebih dari 5 juta 1
11 12
Jumlah 32
32 64
61 Data lapang diatas menunjukkan bahwa petani yang memiliki pendapatan
relatif besar lebih banyak terdapat di desa non program pengembangan karet. Hal ini sangat memungkinkan bahwa petani di desa non program akan mampu melakukan
upaya-upaya peningkatan kualitas terutama upaya yang memerlukan tambahan biaya. Penyebutan pendapatan rumah tangga bukan pendapatan usahatani karet saja
dikarenakan petani kecil smallholder farmer umumnya tidak membedakan antara pendapatan usahatani karet dan non usahatani karet. Selain itu, pembiayaan usahatani
karet tidak hanya dibiayai dengan pendapatan dari penjualan karet, namun terkadang dari sumber pendapatan lainnya.
5.2.5. Luas Lahan