19 tetangga, pegawai pemerintah PPL, Radio atau TV, perusahaan ban dan
pengolahan karet dan lembaga riset nasional dalam bidang perkaretan. Oleh karena itu, petani yang memiliki sumber informasi lebih banyak, interaksi yang
lebih luas dengan sumber informasi diduga memiliki kualitas karet yang lebih baik dibandingkan dengan petani yang sumberinformasi dan interaksinya lebih
sedikit.
3.2.2. Faktor Teknis
Selain kelompok faktor sosial ekonomi petani, kelompok faktor berupa faktor teknis diduga juga memengaruhi kualitas karet alam yang diproduksi petani
karet. Faktor teknis yang dimaksud terdiri dari faktor usahatani termasuk alat dan
bahan yang digunakan, dan upaya-upaya atau inovasi yang dilakukan oleh petani untuk meningkatkan kualitas karet alam yang diproduksinya.
3.2.2.1. Karakteristik Usahatani
Faktor pertama yang termasuk kelompok faktor teknis adalah karakteristik usahatani. Diantara karakteristik ushatani yang memengaruhi kualitas karet alam
adalah luas lahan perkebuann karet, dosis dan frekuensi pemupukan, frekuensi penyadapan, aktivitas terhadap produk sebelum penjualan dan peralatan yang
digunakan dalam usahatani karet. Pada penelitian ini, faktor penerimaan dan biaya usahtani dimasukkan ke dalam kelompok faktor sosial ekonomi petani. Hal itu
karena penerimaan dan biaya usahatani merupakan bagian dari ekonomi keluarga petani. Karakteristik usahatani yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
karakteristik usahatani yang terkait dengan teknis penyelenggaraan usahatani di areal pertanian.
1 Luas lahan
Rogers 1983 menyatakan bahwa petani yang memiliki unit pertanian lebih luas akan lebih cepat dari pada petani yang memiliki lahan lebih sempit. Hal
ini memberikan implikasi bahwa petani karet memiliki lahan lebih luas akan cepat mengadopsi inovasi yang berkaitan dengan peningkatan kualitas karet daripada
petani berlahan sempit. Sehingga kualitas karet yang dihasilkan petani berlahan luas akan lebih cepat membaik daripada petani berlahan sempit. Namun dari sisi
produksi karet, penelitian yang dilakukan Herath dan Takeya 2003 mendapatkan kesimpulan bahwa dampak lahan karet baik luas tanaman
20 menghasilkan, belum menghasilkan maupun kemiringannya tidak signifikan di
dalam model. Karena itu, berkaitan dengan kualitas karet perlu dikaji hubungan antara luas lahan dan kualitas karet.
2 Pemupukan
Bagi tanaman perkebunan lainnya, pemupukan berkorelasi positif terhadap kualitas hasil. Leonale dan
Philippe 2007 telah melakukan studi mengenai hubungan antara pemupukan dan kualitas kopi arabika. Hasil penelitiannya
menyebutkan bahwa penggunaan pupuk memiliki dampak yang positif terhadap ukuran dan berat biji yang merupakan aspek penilaian kualitas biji
kopi.penggunaan pupuk juga dapat mengurangi kecacatan pada biji. Selain berpengaruh pada ukuran dan berat biji, pemupukan juga berpengaruh terhadap
aroma dan rasa kopi. Diduga pemupukan juga berpengaruh terhadap kualitas karet alam. Karet
dengan pemupukan pada waktu dan jumlah yang tepat akan memberikan hasil yang berkualitas. Sedangkan karet yang tidak dipupuk atau dipupuk dengan
jumlah dan waktu yang tidak tepat akan menurunkan kualitas karet alam yang diproduksi petani. Dalam penelitian ini, dikaji hubungan antra frekuensi
pemupukan dan kualitas karet yang dihasilkan. 3
Aktivitas sebelum penjualan pemberian zat anti koagulan, penyimpanan untuk lump
Aktivitas sebelum penjualan diduga akan memengaruhi kualitas lateks ataupun lump. Aktivitas yang memengaruhi kualitas lateks adalah pemberian anti
koagulan seperti amonia NH
3
atau natrium sulfit Na
2
SO
3
. Penggunaan zat anti kuagulan ini akan mencegah terjadinya prakoagulasi bekunya lateks sebelum
pemberian koagulan. Sedangkan aktivitas yang memengaruhi kualitas lump adalah perendaman dalam air atau lumpur. Perendaman dalam air, penggunaan
formalin sebagai pengawet lateks kebun, dan umur bahan olah yang terlalu lama dapat menyebabkan penurunan nilai Po plastisitas sebelum dipanaskan.
Perendaman dalam lumpur menyebabkan karet kotor dan berpasir. Aktivitas yang tepat sebelum penjualan akan membuat kualitas bokar menjadi lebih baik, dan
sebaliknya. Aktivitas yang tidak tepat sebelum penjualan akan mengakibatkan hasil yang lebik buruk.
21 4
Peralatan dan bahan yang digunakan dalam usahatani karet Direktorat Penanganan Pasca Panen 2007 menyatakan bahwa Lateks
kebun yang bermutu baik merupakan syarat utama untuk mendapatkan hasil bokar yang baik. Penurunan mutu biasanya terjadi disebabkan oleh proses prakoagulasi.
Untuk mencegah terjadinya prakoagulasi perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut: a Alat-alat penyadapan dan pengangkutan harus senantiasa bersih dan
tahan karat; b Lateks harus segera diangkut ke tempat pengolahan tanpa banyak goncangan; c Lateks tidak boleh terkena sinar matahari langsung; dan d Dapat
menggunakan anti koagulan seperti amonia NH
3
atau natrium sulfit Na
2
SO
3
. Peralatan yang memengaruhi kualitras karet alam adalah alat-alat
perlengkapan sadap dan pengolahan di tingkat petani. Perlengkapan sadap meliputi pisau sadap, talang spout lateks, mangkuk, cincin mangkuk dan tali
cincin, zat anti koagulan dan ember penampung lateks. Sedangkan peralatan pengolahan di miliki oleh petani yang mengolah lateksnya menjadi lump baik
dalam mangkuk ataupun kotak. Alat dan bahan tambahan yang digunakan adalah koagulan pembeku, bak pembekuan dan tempat penyimpanan lump.
Pisau sadap, talang spout lateks, mangkuk, cincin mangkuk, tali cincin, ember penampung lateks, bak pembeku dan tempat penyimpan lump berpengaruh
pada kualitas karet terutama terkait dengan kemurnian lateks getah karet atau koagulump yang diperoleh dari pohon karet. Kebersihan peralatan sadap akan
menjamin tidak adanya kontaminan berupa daun, ranting tatal dan sisa lateks yang telah menggumpal dan berwarna hitam. Zat anti kogulan akan menentukan
kualitas karet terutama berkaitan dengan kemurnian lateks dan menjamin agar lateks tidak menggumpal. Sedangkan koagulan berpengaruh pada kualitas lump
berupa kekenyalan, kebersihan dan bau.
3.2.2.2. Upaya-Upaya Peningkatan Kualitas