78
Tabel  21. Penggunaan  Bahan  Mangkuk  Penampung  Lateks  oleh  Responden
Penelitian di Kecamatan Tulang Bawang Tengah Tahun 2009 No
Bahan Mangkuk Jumlah Responden
orang Persentase
1 Plastik
9 14,06
2 Tempurung kelapa
41 64,06
3 Campuran Tempurung dan
Plastik 14
21,88 Jumlah
64 100
Mangkuk penampung lateks dapat terbuat dari plastik atau  tempurung kelapa batok  kelapa.  Sebaran  responden  berdasarkan  bahan  mangkuk  yang  digunakan
terlihat  pada  Tabel  21.  Mayoritas  petani  responden  64,06  persen  menggunakan tempurung kelapa sebagai mangkuk penampung lateks dikarenakan harga yang lebih
murah daripada plastik dan alasan keamanan. Mangkuk baru yang terbuat dari plastik sangat rawan hilang.
Semua petani karet menggunakan cincin mangkuk terbuat dari kawat kecuali petani yang memiliki pohon yang miring sehingga sangat sulit untuk dipasang cincin
pada  pohon.  Cincin  diikatkan  ke  pohon  karet  dengan  menggunakan  tali.  Tali  dapat berbahan  dari  ijuk,  tali  tambang,  rafia,  karet,  atau  kawat  kecil.  Cincin  tidak
diperlukan  ketika  sadapan  telah  mencapai  beberapa  centimeter  dari  tanah,  sehingga mangkuk cukup diletakan di tanah.
Saat  penyadapan,  lateks  akan  mengalir  ke  mangkuk.  Lateks  yang  telah terkumpul  kemudian  ditambahkan  zat  kougulan  ke  dalamnya.  Setelah  beberapa  saat
akan membeku. Ember penampung digunakan untuk menampung bekuan bahan olah karet tersebut untuk dijual. Ember penampung terbuat dari plastik.
5.3.4.4.  Frekuensi Menyadap
Penyadapan  harus memperhatikan kesehatan tanaman. Untuk itu, penyadapan memiliki  aturan  tertentu.  Aturan  penyadapan  yang  dimaksud  adalah  fekuensi  atau
keseringan  dalam  menyadap.  Frekuensi  penyadapan  terbaik  yang  disebutkan  oleh Nazaruddin dan Paimin 1992 adalah tiga hari sekali A-B-C untuk penyadapan dua
79 tahun  pertama  dan  dua  hari  sekali  A-B  untuk  penyadapan  tahun  ke  tiga  dan
seterusnya. Hanya  sedikit  9,38  persen  petani  karet  responden  yang  menerapkan
frekuensi  diatas.  Alasan  tidak  diterapkannya  frekuensi  tersebut  adalah  desakan kebutuhan  sehari-hari  yang  menuntut  mereka  untuk  menyadap  tanaman  karet  lebih
sering, bahkan setiap hari sekalipun. Mayoritas petani karet 56,25 persen menyadap setip hari asalkan tidak turun hujan. Sebaran berdasarkan frekuensi penyadapan yang
dilakukan dapat dilihat pada Tabel 22.
Tabel 22 .  Frekuensi Penyadapan Petani Karet di Kecamatan Tulang Bawang Tengah
Tahun 2009 No
Frekuensi Penyadapan Jumlah Responden
Persentase 1
Dua hari sekali 6
9,38 2
Dua kali dalam tiga hari 7
10,94 3
Tiga kali dalam empat hari 2
3,12 4
Empat kali dalam lima hari 1
1,56 5
Enam kali dalam tujuh hari 12
18,75 6
Setiap hari 36
56,25 Jumlah
64 100
Frekuensi  penyadapan  sangat  berpengaruh  pada  usia  tanaman.  Terlalu seringnya  penyadapan  mengakibatkan  usia  produktif  tanaman  menjadi  menurun.
Penyadapan  yang  terlalu  sering  dan  tidak  diimbangi  pemupukan  yang  baik  dapat mengakibatkan  penurunan  produktiviitas  pohon  dan  penurunan  kualitas  lateks  yang
dihasilkan.  Penyadapan  yang  paling  buruk  terjadi  apabila  dilakukan  setiap  hari, bahkan jika hujan tetap disadap tetapi dengan waktu yang lebih siang.
5.3.4.5.  Waktu Menyadap
Waktu penyadapan yang terbaik adalah ketika tekanan turgor tanaman paling tinggi
8
.  Turgor  masih  tinggi  terjadi  ketika  matahari  belum  tinggi  dan  terbaik  adalah
8
Turgor adalah tekanan pada dinding sel tanaman oleh isi sel.
80 tengah malam. Waktu penyadpan terbaik dan relatif sesuai dengan waktu kerja adalah
dimulai  pukul  05.00-06.00  pagi.  Di  tingkat  petani,  waktu  penyadapan  sangat tergantung kegiatan petani pada pagi hari. Jika ada pekerjaan lain, maka penyadapan
dilakukan  lebih  pagi.  Bahkan  ada  petani  yang  menyadap  tengah  malam  jam  01.00 dini hari, alasannya  adalah getah  yang dihasilkan lebih banyak. Waktu penyadapan
petani dapat dilihat dalam tabel berikut. Tabel  23
.    Waktu  Penyadapan  Petani  karet  di  Kecamatan  Tulang  Bawang  Tengah Tahun 2009
No Waktu Penyadapan
Jumlah Responden 1
Pukul 01.00 dini hari 2
2 Pukul 04.00 pagi
2 3
Pukul 05.00 pagi 35
4 Pukul 06.00 pagi
25 Jumlah
64 Waktu  penyadapan  dapat  berubah  ketika  terjadi  perubahan  kondisi
misalnya  hujan  pada  tengah  malam  atau  sore  pada  hari  sebelumnya. Penyadapan  dilakukan  lebih  siang,  yakni  ketika  batang  pohon  telah  kering.
Penyadapan  di  waktu  pagi  setelah  hujan  akan  sangat  sulit  dilakukan  karena getah  tidak  mengalir  tepat  pada  jalurnya.  Getah  karet  akan  mengalir  secara
acak  dan  bercecer  di  batang  pohon.  Pada  kondisi  seperti  ini,  petani  lebih memilih  berhenti  menyadap  terutama  petani  yang  menyadap  batang  pohon
setiap hari.
5.3.5.  Penanganan Pasca Panen 5.3.5.1.  Jenis Bahan Olah Karet