74 serabut pohon karet yang muncul ke permukaan. Matinya akar serabut membuat
produksi getah menurun.
5.3.3.3. Penyakit
Penyakit yang sering muncul di perkebunan karet daerah penelitian adalah mati kulit yang disebabkan jamur upas dan kanker bercak, serta penyakit akar putih.
Penyakit jamur upas dan kanker bercak muncul bisa karena kesalahan dalam aktifitas penyadapan. Menurut pengetahuan petani, penyadapan pada kondisi batang basah
setelah hujan dapat meyebabkan hal ini. Tanaman yang terkena penyakit mati kulit tidak dapat memroduksi getah karet lateks. Petani merawat dengan menyehatkan
tanaman dengan cara pemupukan dan berbagai obat yang didengarnya. Petani responden belum mengetahui obat yang tepat untuk penyakit mati kulit. Penyakit akar
putih muncul karena tanah yang ditanami pernah terserang penyakit ini. Petani mengobati dan mencegah penularan penyakit akar putih dengan manaburkan belerang
di sekitar tanaman yang terserang penyakit. Selain penyakit, yang dikhawatirkan oleh petani adalah bencana kebakaran
kebun. Untuk mencegah risiko kebakaran, petani melakukan penyapuan daun kering. Penyapuan daun kering dilakukan setahun sekali. Penyapuan dilakukan pada saat
musim kemarau dengan tujuan mencegah kebakaran kebun. Daun karet kering mudah sekali terbakar. Penyapuan digunakan untuk memberi jarak antara kumpulan daun
dan batang karet, sehingga misalkan terjadi kebakaran tidak membakar batang karet.
5.3.4. Penyadapan
Penyadapan merupakan aktivitas utama dalam budidaya tanaman karet. Dengan penyadapan inilah dihasilkan getah karet. Penyadapan dilakukan dengan
melukai batang pohon karet. Tujuan penyadapan adalah membuka pembuluh getah yang terdapat di dalam kulit pohon karet Nazaruddin dan Paimin 1992.
5.3.4.1. Penentuan Matang Sadap
Hal pertama yang dilakukan dalam proses penyadapan adalah penentuan matang sadap. Matang sadap adalah kondisi pohon karet yang telah siap dan layak
75 untuk disadap. Petani karet menggunakan kriteria usia dan lingkar batang pohon
untuk menentukan matang sadap. Petani pengguna kriteria lingkar batang menyadap pohon karet yang telah memiliki lingkar batang 40 sampai 45 centimeter pada
ketinggian 100 centimeter dari permukaan tanah untuk penanaman dari biji dan 100 centimeter dari bagian atas batang bawah kaki gajah untuk penanaman dari bibit
okulasi. Petani pengguna kriteria umur, menyadap pohon karetnya ketika telah berumur lima, enam, atau tujuh tahun berapapun lingkar batang tanaman. Sebaran
responden berdasarkan penggunaan kriteria matang sadap dapat dilihat pada Tabel 19.
Tabel 19 menunjukkan bahwa sebagian besar petani hanya menggunakan lingkar batang sebagai kriteria matang sadap. Hasil memberikan bukti bahwa petani
telah mengetahui kriteria tanaman karet matang sadap. Pengetahuan petani ini sangat penting mengingat batang karet merupakan modal untuk mendapatkan penghasilan.
Lingkar batang yang terlalu kecil mengakibatkan proses penyadapan terganggu yakni lebih mudah terkena kambium. Batang karet yang tersadap kambiumnya akan
menjadi rudak, permukaan tidak mulus, penyadapan periode berikutnya lebih susah dan rentan terhadap penyakit batang.
Tabel 19. Sebaran Responden Penelitian di Kecamatan Tulang Bawang Tengah
Tahun 2009 Berdasarkan Penggunaan Kriteria Matang Sadap No
Kriteria Matang Sadap Jumlah Responden
Persentase 1
Umur 21
32,81 2
Lingkar batang 29
45,31 3
Umur dan lingkar batang 14
21,88 Jumlah
64 100
Petani pengguna kriteria umur untuk matang sadap yakni umur lima, enam, atau tujuh tahun didasarkan pada kemudahan dan pengetahuan yang didapat dari
petani karet sebelumnya. Pengguna kriteria umur tidak perlu mengukur lingkar batang ketika penyadapan akan dimulai, sehingga menghemat tenaga. Pengetahuan
yang didapat dari petani sebelumnya yaitu tanaman karet tidak akan mencapai lingkar
76 batang yang sesuai untuk disadap sebelum mencapai umur lima tahun sebaik apapun
perawatannya. Dengan pengetahuan tersebut, petani menilai kondisi perawatan karetnya. Jika petani merasa perawatannya baik maka akan disadap lima tahun, jika
kurang baik enam atau tujuh tahun. Alasan kebutuhanpun terkadang turut menjadi alasan penyadapan. Ketika kebutuhan telah mendesak, umur dimulainya penyadapan
dipercepat, namun tidak jauh dari usia lima tahun. Setelah batang pohon dinyatakan layak sadap, batang kemudian disadap.
Karena batang masih kecil dan usia tnam karet masih muda, mayoritas petani responden 95,31 persen masih menggunakan jenis penyadapan bawah dalam
menyadap karetnya. Hanya tiga responden 4,69 persen yang telah menggunakan jenis sadap bebas. Penyadapan bebas dilakuakan karena tanaman telah dewasa dan