10 benar yang menyebabkan penurunan kualitas produksi di lapang dapat merusak
harga dan kekokohan harga diskon dipasar. Pernyataan Neilson et al. 2006 ini di dukung oleh pernyataan Leonel dan Philippe 2007 mengenai kualitas untuk
produk kopi. Ia menyatakan bahwa kualitas kopi merupakan karakteristik yang paling dihargai di dalam perdagangan kopi internasional.
Peningkatan kualitas memerlukan suatu proses yang terus menerus dan menyeluruh baik produk maupun prosesnya. Hal ini berlaku untuk semua produk
termasuk bahan olah karet. Karena itu Haris et al. 1995 menyatakan bahwa perbaikan kualitas bahan olah karet seharusnya dimulai dari tingkat paling awal
yaitu pada tingkat petani. Perbaikan kualitas baru akan berhasil apabila petani dapat merasakan dampak positif berupa keuntungan tambahan dengan
meningkatnya kualitas bahan olah karet. Selain manfaat-manfaat di atas, peningkatan kualitas juga akan meningkatkan dayasaing produk. Suwardin et al.
1995 mengungkapkan bahwa untuk meningkatkan dayasaing diperlukan penerapan pengendalian jaminan kualitas terpadu, yaitu suatu sistem dimana
kualitas produk dan jasa yang dihasilkan secara ekonomis memenuhi persyaratan pembeli berdasarkan good manufacturing practice. Hal ini berbeda dengan masa
lalu dimana peningkatan kualitas produk lebih banyak ditekankan pada produk akhir. Jaminan kualitas harus dilakukan secara penuh dengan cara membentuk
keterkaitan antara petani karet dengan pabrik ban, yaitu sejak lateks keluar dari pohon sampai menjadi ban atau from tree to tyre.
Penjelasan di atas memberikan gambaran mengenai manfaat peningkatan kualitas karet bagi petani. Manfaat yang dapat diraih dengan adanya peningkatan
kualitas anata lain peningkatan harga jual atau mempertahankan harga produk tetap tinggi sehingga pendapatan petani dapat lebih tinggi, dan mempertahankan
dayasaing produk petani sehingga petani dapat berthaan di pasar produk karet.
2.3. Faktor yang Memengaruhi Kualitas Berbagai Macam Produk
Kualitas bukanlah sesuatu yang berdiri sendiri. Kualitas merupakan bagian dari semua fungsi usaha yaitu sumber daya alam, sumber daya manusia,
pemasaran, keuangan dan lain-lain. Fungsi-fungsi ini diistilahkan sebagai faktor- faktor yang memengaruhi kualitas produk.
11 Neilson et al. 2006 menyatakan bahwa dalam kebanyakan standar
kualitas industri, kualitas di pengaruhi oleh sejumlah variabel termasuk agro ekologi, iklim, susunan gen tanaman varietas, praktek agronomi teknik
budidaya, dan metrode pemrosesan dalam pabrik. Lebih khusus lagi dalam penelitiannya tentang teh, ia menyebutkan bahwa yang terpenting adalah
pemetikan daun teh yang hanya dilakukan dengan tangan. Sedangkan mengenai faktor penyebab buruknya kualitas teh ia menyatakan bahwa akar dari masalah
kualitas adalah ketidakmampuan memisahkan teh yangbagus dan yang buruk, dan tidak adanya penghargaan terhadap produsen penghasil teh bermutu bagus.
Untuk komoditas kopi, Leonel dan Philippe 2007 menyatakan bahwa dalam hasil penelitiannya ketinggian lahan memiliki pengaruh yang paling kuat
terhadap ketiga aspek kualitas kopi yaitu karakteristik fisik, komposisi biokimia, dan organolepik. Besarnya naungan berpengruh sigifikan pada aspek karakteristik
fisik dan komposisi biokimia dari biji kopi. Besarnya naungan hanya memengaruhi kulitas organoleptik pada ketinggian tanah tertentu 950-1255
meter. Pupuk dan banyaknya panen produktivitas memengaruhi kualitas secara positif dalam aspek karakteristik fisik dan komposisi biokimia. Aspek
organoleptik hanya dipengaruhi oleh pemupukan tetapi tidak pada jumlah panen. Komposisi biokimia menunjukkan hubungan yang kuat dengan karakteristik
organoleptik. Faktor yang memengaruhi kualitas komoditas pertanian lainnya seperti
anggur, penelitian yang dilakukan Morris 1985 menunjukkan bahwa pemangkasan tangkai, jumlah tangkai, sistem budidaya, dan penempatan angjang-
anjang penyangga tanaman yang merambat memengaruhi kualitas anggur. Penilian ini dilakukan dengan menerapkan perlakukan yang berbeda untuk
masing-masing faktor. Neilson et.al 2005 berhasil mengidentifikasi tiga faktor yang
dipertimbangkan memiliki kontribusi utama dalam krisis kualitas dalam kakao Sulawesi sekarang ini:
a kurangnya pengetahuan umum petani mengenai penyelenggaraan usahatani
yang baik, termasuk penggunaan pupuk dan pertisida, dan perlakukan yang tidak layak setelah pasca panen.
12 b
ketidakmampuan petugas yang relevan di Indonesia untuk menjalankan stardar-standar ekspor yang berarti bahwa kakao bermutu rendah akan masuk
ke pasar global danakan memengaruhi reputasi internasional dari kakao Sulawesi.
c meskipun beroperasi secara relatif efisien, struktur rantai tataniaga sekarang ini
tidak memberikan petunjuk harga yang jelas bagi petani untuk meroduksi kakao dengan kualitas yang lebih baik. Tidak ada perbedaan harga yang baik
antara kakao berkualitas bagus dan kakao berkualitas buruk yang ada ditingkat petani.
Faktor lembaga informsi juga dapat memengaruhi peningkatan kualitas. Hal ini ditunjukkan oleh penelitian yang dilakukan oleh Shigetomi 1995
mengenai penyaluran informasi dalam kaitanya dengan peningkatan kualitas karet di Thailand. Penelitian ini telah memperlihatkan bahwa sebuah sistem untuk
menyalurkan informasi mengenai kualitas menyatu dengan lembaga transaksi untuk produk karet primer, dan ketika dilakukan penilaian terhadap lembaga
transaksi , akurasi penyaluran informasi kualitas juga menjadi ukuran yang penting.
Lebih khusus tentang karet alam, Team Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor 1965 menjelaskan bahwa kuantitas dan kualitas produksi serta
pendapatan petani karet rakyat dipengaruhi oleh faktor-faktor 1 kultur teknik, 2 pengolahan, 3 sosial ekonomi, dan 4 kebijakan dan campur tangan pemerintah.
Faktor kultur teknik meliputi keadaan kebun, dan luas areal. Sedangkan dari hasil penelitian tentang pengolahan, didapatkan bahwa alat-alat yang digunakan petani
produsen masih sederhana sekali. Alat-alat itu dibuat dari bahan yang murah dan mudah didapat. Meskipun sulit menghitung pengaruh penggunaan alat-alat ini
terhadap kualitas dan kuantitas karet, namun secara kualitatif dapat ditetapkan bahwa ia berpengaruh terhadap kualitas dan kuantitas produksi. Faktor sosial
ekonomi yang dikemukakan dari hasil penelitian ini adalah tenaga kerja, hubungan antarpetani, dan tataniaga karet rakyat.
Berbeda dengan Team Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor , Pusat Penelitian Perkebunan Sungei Putih 1992 melaporkan bahwa kualitas bahan
olahan karet sangat berkaitan dengan jenis bahan olah, karena perbedaan
13 perlakuan yang diberikan. Konsistensi kualitas bahan olah karet seperti sheet
angin dipengaruhi oleh cara pengolahannya kesesuaian terhadap standar terutama menyangkut bahan penggumpal koagulan, ketebalan, cara pengeringan
dan kadar karet kering. Sebagian besar penelitian mengenai kualitas karet, terfokus pada aspek
teknis dan parameter kualitas. Parameter kualitas yang dipakai hanya dapat diketahui dengan menggunakan teknik yang rumit yang pada umumnya dilakukan
di laboratorium. Di tingkat petani, parameter kualitas ini sulit diidentifikasi. Kualitas di tingkat petani diidentifikasi hanya melalui teknik visual yang meliputi
warna, bau, dan kotoran yang terdapat di dalam bahan olah karet. Berbagai macam faktor yang memengaruhi kualitas karet maupun produk
lain, dapat dirangkum menjadi dua kelompok besar yaitu kelompok teknis yang terdiri dari jenis tanaman varietas atau klon, teknik budidaya, kondisi
lingkungan, pemupukan dan metode penanganan pascapanen. Sedangkan kelompk kedua adalah kelompok sosial ekonomi petani yang terdiri dari pengetahuan
petani, petugas penyuluhan, struktur tataniaga, tenaga kerja peta ni dan organisasi desa.
14
III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kualitas Karet alam
Usahatani sekarang ini telah mengalami perkembangan yang cepat. Keberhasilan usahatani tidak hanya diukur dari tingkat produksi per satuan luas
lahan atau per satuan faktor produksi lainnya. Usahatani harus lebih memperhatikan kualitas di samping produktivitas. Kualitas telah menjadi bagian
dari persaingan komoditi pertanian di pasar domestik maupun di pasar internasional. Karena itu, perhatian terhadap kualitas di tingkat usahatani akan
memengaruhi dayasaing komoditi. Kualitas merupakan suatu istilah yang selalu menjadi perhatian di dalam
bisnis termasuk di dalam agribisnis. Dalam sistem agribisnis, kualitas tidak hanya berada di ujung sistem hilir, namun harus diperhatikan sejak di on farm tingkat
usahatani bahkan dalam pemilihan dan penggunaan input harus telah memerhatikan kualitas. Ariani 2002 menyatakan bahwa terdapat banyak
pengertian mengenai kualitas, pengertian mengenai kualitas menurut beberapa ahli. Ia telah mengutip definisi kualitas menurut beberapa ahli antara lain Juran,
Elliot, dan Badan Standardisasi Nasional. Menurut Juran, kualitas adalah kesesuaian dengan tujuan atau manfaatnya. Menurut Elliot, kualitas adalah
sesuatu yang berbeda untuk orang yang berbeda dan tergantung pada waktu dan tempat, atau dikatakan sesuai dengan tujuan. Perbendaharaan istilah ISO 8402
dan dari Standar Nasional Indonesia SNI 19-8402-1991, kualitas adalah keseluruhan ciri dan karaktiristik produk atau jasa yang kemampuannya dapat
memuaskan kebutuhan, baik yang dinyatakan secara tegas maupun tersamar. Definisi kualitas lebih lengkap dikemukakan oleh Feigenbaum 1996 yang
menyatakan bahwa kualitas merupakan keseluruhan karakteristik produk dan jasa yang meliputi marketing, engineering, manufacture, dan maintenance, dimana
produk dan jasa tersebut dalam pemakaiannya akan sesuai dengan kebutuhan dan harapan pelanggan.
Definisi-definisi tentang kualitas diatas, memberikan pemahaman mengenai kualitas karet alam yaitu keseluruhan ciri dan karakteristik karet alam
yang bersesuaian dengan tujuan atau manfaat, kebutuhan, dan harapan pembeli yang bisa jadi berbeda tergantung pada waktu dan tempat. Gambaran mengenai
15 ciri dan karakteristik karet alam telah diberikan Giroh et al.2006 dengan
menyatakan bahwa kualitas produk-produk berbahan dasar karet alam tergantung pada kemurnian lateks getah karet atau koagulump yang diperoleh dari pohon
karet. Kehadiran berbagai bentuk benda-benda asing dalam lateks atau koagulump dapat berdampak jelek pada produk akhirnya. Hal ini sangat penting mengingat
lateks kebun diperoleh dengan cara penyadapan, pengumpulan, dan koagulasi pembekuan yang sebaiknya bahan-bahan yang digunakan untuk kegitan-
kegiatan tersebut bersih dari kontaminan dan kotoran.
3.2. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kualitas Karet Rakyat