24
3.4. Konsep Diferensiasi Harga
Banyak produk pertanian tertentu berbeda dalam hal atribut seperti ukuran, warna, tingkat kelembaban, kadar protein, dan proporsi kerusakan atau kotoran,
dan harga seringkali berbeda tergantung grade, kelas dan varietas. Differensiasi harga berdasarkan kualitas terkadang dibedakan dengan harga premi lebih tinggi
atau diskon lebih rendah. Perbedaan harga ini mungkin berubah tiap waktu, tetapi dengan variasi yang biasanya relatif kecil disekitar tingkat harga rata-rata.
Harga-harga untuk semua grade suatu komoditi cenderung berfluktuasi bersama meskipun harga premium dan diskon antar-grade sering berubah dari musim ke
musim dan mungkin menunjukkan suatu tren Tomek dan Robinson, 1972. Di antara sekian banyak produk pertanian yang memiliki diferensiasi harga
berdasarkan kualitas atau grade adalah karet alam. Harga karet alam yang diterima oleh produsen karet alam mulai dari
petani hingga pengolah tergantung pada jenis dan kualitas bahan olah karet yang diproduksi. Untuk setiap bahan olah karet, kualitas dibedakan berdasarkan kadar
karet kering, proporsi kotoran, warna, dan bau. Demi mempermudah proses, perbedaan harga biasanya hanya didasarkan pada kadar karet, khususnya untuk
bahan olah karet berbentuk lateks kebun.
3.5. Konsep Usahatani
Bachtiar Rifa’i menyatakan pengertian usahatani adalah setiap organisasi dari alam, tenaga kerja, dan modal yang ditujukan kepada produksi di lapangan
pertanian. Ketatalaksanaan organisasi itu sendiri diusahakan oleh seseorang atau sekumpulan orang-orang. Dari batasan itu dapat diketahui bahwa usahatani terdiri
atas manusia petani bersama keluarganya, tanah bersama dengan fasilitas yang ada di atasnya seperti bangunan-bangunan, saluaran air, dan tanaman, hewan
serta ternak Soeharjo dan Patong, 1973. Istilah usahatani mencangkup pengertian yang lebih luas, mulai dari bentuk yang paling sederhana sehingga
yang termodern. Dengan demikian usahatani dapat dipandang sebagai suatu “art” atau way of life atau sebagai “business” ataupun kombinasi dari hal-hal tersebut
Soeharjo dan Patong, 1973. Penjelasan yang diberikan oleh Bachtiar Rifa’i mengenai definisi usahatani
memberikan pemahaman bahwa usahatani karet merupakan pengorganisasian atau
25 penggunaan input alam seperti tanah, bibit karet, modal dan tenaga kerja untuk
memroduksi lateks getah karet yang selanjutnya diolah menjadi bahan olahan karet. Usahatani karet merupakan proses berkelanjutan mulai penanaman,
perawatan, penyadapan dan aktivitas pengolahan hasil sadapan lateks hingga penjualan oleh pelaku usahatani petani. Pengertian yang dikemukakan oleh
Bachtiar Rifa’i ini langsung memberikan batasan mengenai usahatani karet yang dimaksud disini, yaitu usahatani karet yang dilakukan oleh petani smallholder
atau sering disebut perkebunan karet rakyat.
3.6. Konsep Pendapatan Usahatani