25 penggunaan input alam seperti tanah, bibit karet, modal dan tenaga kerja untuk
memroduksi lateks getah karet yang selanjutnya diolah menjadi bahan olahan karet. Usahatani karet merupakan proses berkelanjutan mulai penanaman,
perawatan, penyadapan dan aktivitas pengolahan hasil sadapan lateks hingga penjualan oleh pelaku usahatani petani. Pengertian yang dikemukakan oleh
Bachtiar Rifa’i ini langsung memberikan batasan mengenai usahatani karet yang dimaksud disini, yaitu usahatani karet yang dilakukan oleh petani smallholder
atau sering disebut perkebunan karet rakyat.
3.6. Konsep Pendapatan Usahatani
Penerimaan usahatani merupakan nilai uang dari produk yang dihasilkan oleh suatu kegiatan usahatani, biaya usahatani adalah semua biaya atau uang yang
dikeluarkan untuk menyelenggarakan kegiatan usahatani, dan pendapatan usahatani merupakan pengurangan dari penerimaan dan biaya usahatani.
Pendapatan akan diterima oleh petani ketika penerimaan lebih besar daripada biaya yang dikeluarkanya. Pendapatan inilah yang diinginkan oleh petani dari
penyelenggaraan usahataninya, dan dengan pendapatan pula petani dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Pendapatan yang semakin tinggi menjadikan
petani berkemampuan memenuhi kebutuhan hidupnya dengan lebih baik. Soekartawi 2002 menyatakan bahwa penerimaan usahatani adalah hasil
perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Pernyataan ini dapat dituliskan sebagai berikut:
TR= Y. Py Yaitu: TR = Total penerimaan
Y = produksi yang diperoleh dalam suatu usahatani Py = Harga Y
Biaya usahatani biasanya diklasifikasikan menjadi dua, yaitu: a biaya tetap fixed cost dan b biaya tidak tetap Variable cost. Total biaya TC adalah
jumlah dari biaya tetap FC dan biaya tidak tetap VC; maka: TC = FC + VC
26 Pendapatan usahatani adalah selisisih antara penerimaan dan semua biaya.
Jadi: Pd = TR – TC
Pd = pendapatan usahatani TR = total penerimaan
TC = total biaya Dalam analisis usahatani dikenal adanya analisis RC return cost ratio
yaitu perbandingan antara peneriamaan dan biaya usahatani. RC dapat ditulis secara matematik sebagai barikut:
.
Secara teoritis dengan rasio RC = 1 artinya tidak untung dan tidak pula rugi, namun karena adanya biaya usahatani yang kadang-kadang tidak dihitung,
maka kriteria ini dapat diubah menurut keyakinan peneliti. Misalnya RC yang lebih dari satu, bila suatu usahatani menguntungkan, atau dapat saja dipakai RC
minimal 1,5 atau 2,0 baru dikatakan bahwa usahatani menguntungkan. Biasanya, akan lebih baik kalau analisis RC ini dibagi menjadi dua, yaitu menggunakan
data pengeluaran biaya produksi yang secara riil dikeluarlan oleh petani dan yang menggunakan biaya diperhitungkan yang sesungguhnya tidak dikeluarkan
opleh petani. Dengan cara cara seperti ini ada dua macam RC yaitu: a.
RC berdasarkan data apa danya Tipe I. b.
RC berdasarkan data biaya diperhitungkan yaitu dengan memperhitungkan tenaga kerja keluarga, sewa lahan andaikan lahan dianggap menyewa, alat
pertanian andaikan alat pertanian dianggap menyewa, dan sebagainya Tipe II.
Dengan cara seperti itu, nilai RC tipe I selalu lebih besar dibandingkan tipe II. Sokertawi 2002.
3.7. Anggaran Keuntungan Parsial