Luas Lahan Pengalaman Karakteristik Sosial Ekonomi Petani 1. Usia

61 Data lapang diatas menunjukkan bahwa petani yang memiliki pendapatan relatif besar lebih banyak terdapat di desa non program pengembangan karet. Hal ini sangat memungkinkan bahwa petani di desa non program akan mampu melakukan upaya-upaya peningkatan kualitas terutama upaya yang memerlukan tambahan biaya. Penyebutan pendapatan rumah tangga bukan pendapatan usahatani karet saja dikarenakan petani kecil smallholder farmer umumnya tidak membedakan antara pendapatan usahatani karet dan non usahatani karet. Selain itu, pembiayaan usahatani karet tidak hanya dibiayai dengan pendapatan dari penjualan karet, namun terkadang dari sumber pendapatan lainnya.

5.2.5. Luas Lahan

Petani responden memiliki kebun karet yang telah berproduksi rata-rata sebesar 1,39 hektar, dengan rentang nilai 0,25 hektar hingga 6,25 hektar. Luas lahan diduga akan memengaruhi keinginan petani untuk meningkatkan pendapatan dengan peningkatan kualitas. Sebaran responden berdasarkan luas kebun yang dimiliki dan telah berproduksi terlihat pada Tabel 12. Tabel 12. Sebaran Responden Penelitian di Kecamatan Tulang Bawang Tengah Tahun 2009 Berdasarkan Luas Kebun yang Dimiliki No Luah Lahan ha Desa Program Orang Desa Non- Program Orang Total orang 1 0,25 sampai 1,25 23 15 38 2 1,26 sampai 2,25 7 10 17 3 2,26 sampai 3,25 2 3 5 4 4,00 sampai 6,25 4 4 Jumlah 32 32 64 Pernbandingan antara desa program dan desa non program pengembangan karet menunjukkan bahwa luas kebun rata-rata yang di miliki petani desa non program lebih luas 1,75 ha daripada petani di desa program 1,04 ha. Di kedua kelompok desa, mayoritas petani 59,38 persen memiliki lahan produksi hanya 0,25 62 hingga 1,25 hektar. Sebaran petani berlahan relatif lebih luas terdapat di desa non program. Hal ini sangat memungkinkan bahwa kualitas di desa non progaram lebih baik dibandingkan desa program. Luasnya kebun produksi memberikan dampak terhadap pendapatan usahatani karet yang lebih besar dan akses terhadap upaya peningkatan kualitas lebih baik.

5.2.6. Pengalaman

Pengalaman petani karet didekati dengan menggunakan variabel lamanya mengusahakan tanaman karet, pernah tidaknya bekerja di perusahaan atau KUD perkebunan karet dan keikutsertaan petani sebagai transmigran program pengembangan karet. Petani responden secara keseluruhan memiliki pengalaman rata-rata selama 13,83 tahun dalam mengusahakan karet, dengan rentang nilai 6 tahun karet pertamanya baru mulai menyadap hingga 39 tahun. Jika berdasarkan desa, petani di desa program memiliki rata-rata pengalaman menanam karet lebih lama dari pada petani di desa non program. Secara berurutan, rata-rata lamanya menanam karet petani di desa program dan non program adalah 14,31 tahun dan 13,34 tahun. Sebaran responden berdasarkan pengalaman yang dimiliki dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Sebaran Responden Penelitian di Kecamatan Tulang Bawang Tengah Tahun 2009 Berdasarkan Pengalaman yang Dimiliki Pengalaman yang lebih banyak, baik lebih lama mengusahakan karet, pernah bekerja di perusahaan perkebunan karet atau KUD, maupun peserta transmigrasi No Variabel Desa Program orang Desa Non Program orang Total orang 1 Lama mengusahakan karet tahun 6-16 tahun 20 27 47 17-27 tahun 10 3 13 28-39 tahun 2 2 4 2 Pernah Bekerja di perkebuanan karet 13 5 18 3 Transmigran pengembangan karet 13 13 63 diharapkan memberikan tambahan pengetahuan, teknologi dan informasi mengenai pengusahaan karet lebih banyak daripada yang berpengalaman lebih sedikit. Dampak dari bertambahnya pengetahuan adalah meningkatnya kemampuan untuk melakukan pengelolaan perkebunan karet dengan baik termasuk dalam usaha peningkatan kualitas. Banyaknya petani yang lebih berpengalaman di desa program memberikan gambaran bahwa upaya-upaya peningkatan kualitas lebih banyak dilakukan.

5.2.7. Akses Informasi