18 lebih besar untuk menjangkau upaya-upaya peningkatan kualitas karet. Misalnya
penggunaan zat antikuagulan berupa amonia atau zat koagulan berupa asam semut. Namun, dugaan ini perlu dikaji lebih dalam, apakah pendapatan keluarga
petani berpengaruh terhadap kualitas karet yang diproduksinya.
3.2.1.2. Harga produk dan Biaya Usahatani
Sebelum membuat keputusan tentang perkebunannya, para petani mempertimbangkan sejumlah pemikiran terutama harga produk dan biaya
produksi. Sehingga, harga produk setelah adanya inovasi dan biaya yang dikeluarkan karena adanya inovasi turut memengaruhi proses adopsi.
Subejo 2000 mengungkapkan bahwa pertimbangan utama dalam proses adopsi adalah
harga produk pertanian dan biaya produksi. Hal ini mengindikasikan bahwa sebagian besar petani memperhitungkan nilai input dan output pertanian yang diusahakannya.
Dalam kaitannya dengan peningkatan kualitas karet, upaya peningkatan kualitas akan berhasil apabila terdapat perbedaan harga bahan olah karet berdasarkan
kualitas. Perbedaan harga ini diharapkan akan meningkatkan penerimaan petani yang lebih besar daripada kenaikan biaya produksinya. Apabila hal ini yang terjadi diduga
harga dan biaya usahatani akan memengaruhi kualitas karet rakyat.
3.2.1.3. Faktor pendukung
Dalam usahatani karet, faktor pendukung tergambar sebagai faktor yang memberikan dukungan informasi bagi petani untuk meningkatkan kualitas karet
alam yang diproduksinya. Dukungan informasi ini dapat diperoleh dari sumber- sumber informasi yang mampu dijangkau oleh petani. Giroh et al. 2006 telah
mencatat berbagai hasil penelitian yang menyatakan bahwa penggunaan sumber- sumber informasi memiliki hubungan yang signifikan dengan perilaku adopsi para
petani, karenanya penggunaan sumber informasi efektif pada tiap tahap proses adopsi. Hal ini mendukung pernyataan Rogers 1983 bahwa orang yang memiliki
partisipasi sosial lebih banyak, hubungan luar yang luas, lebih sering berhubungan dengan PPL, mengakses media masa, dan memiliki pengetahuan tentang inovasi
yang lebih luas akan lebih cepat mengadopsi suatu inovasi. Giroh et al. 2006 mengungkapkan bahwa banyak diantara petani karet
sadar dengan adanya sumber-sumber informasi mengenai inovasi kualitas karet. Sumber-sumber informasi yang dapat digunakan oleh petani adalah teman dan
19 tetangga, pegawai pemerintah PPL, Radio atau TV, perusahaan ban dan
pengolahan karet dan lembaga riset nasional dalam bidang perkaretan. Oleh karena itu, petani yang memiliki sumber informasi lebih banyak, interaksi yang
lebih luas dengan sumber informasi diduga memiliki kualitas karet yang lebih baik dibandingkan dengan petani yang sumberinformasi dan interaksinya lebih
sedikit.
3.2.2. Faktor Teknis