Tujuan Manfaat Ruang Lingkup

6 Dari uraian diatas, beberapa permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah: 1. Mengapa kualitas karet di tingkat usahatani rendah? 2. Faktor-faktor apa yang memengaruhi kualitas karet di tingkat usahatani? 3. Upaya apa yang telah dilakukandiusahakan oleh petani karet untuk meningkatkan kualitas karet? 4. Apakah peningkatan kualitas menguntungkan bagi petani karet?

1.3. Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi kualitas karet di tingkat usahatani. 2. Mengidentifikasi upaya-upaya yang telah dilakukan oleh petani dalam rangka meningkatkan kualitas karet alam yang diproduksinya. 3. Menganalisis keuntungan yang diterima oleh petani akibat upaya peningkatan kualitas karet.

1.4. Manfaat

Manfaat yang dimiliki penelitian ini adalah: 1. Bagi penulis, penelitian ini sebagai wahana penerapan ilmu yang telah diterima di bangku kuliah. 2. Bagi pembaca, penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan penelitian terkait selanjutnya.

1.5. Ruang Lingkup

Penelitian tentang karet rakyat dapat menjadi sangat luas atau sempit tergantung ruang lingkup penelitiannya. Karena itu, agar penelitian ini tidak keluar dari perumusan masalah dan tujuan yang telah ditetapkan, maka penelitian ini difokuskan pada petani karet yang menjual hasil produksinya dalam bentuk koagulump bekuan. Secara wilayah geografis, ruang lingkup penelitian ini mencakup wilayah Kecamatan Tulang Bawang Tengah. 7 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penilaian Kualitas Produk Neilson et al. 2006 mendefinisikan kualitas setelah melakukan penelitian mengenai alasan penurunan harga teh sebagai apapun yang dipersepsikan oleh konsumen. Definisi ini memberikan pengertian bahwa suatu produk dengan kondisi yang sama dapat berubah kualitasnya jika konsumen memersepsikan dengan berbeda. Produsen mungkin mencoba untuk merespon persepsi konsumen ini, sehingga jika produsen sukses dalam menetapkan kualitas berdasarkan karakteristik produk yang penting bagi konsumen, produsen dapat bertahan di pasar. Respon yang diberikan produsen atau pengolah adalah dengan memroduksi produk sesuai dengan keinginan konsumen terutama aspek-aspek penting di dalam produk tersebut. Aspek-aspek penting ini akan menentukan kualitas suatu produk. Aspek-aspek penilaian kualitas dapat berbeda antara satu produk dengan produk lainnya. Neilson et al. 2006 sendiri dalam penelitiannya menilai kondisi teh yang baik adalah teh yang terdiri dua daun dalam satu pucuk teh. Leonel dan Philippe 2007 telah melakukan penelitian mengenai kualitas kopi dan faktor-faktor yang memengaruhinya. Dalam penilitian tersebut, kualitas kopi dinilai dengan menggunakan tiga aspek penilaian yaitu karakteristik fisik, komposisi biokimia, dan organolepik. Karakteristik fisik kopi atau kualitas fisik terdiri dari ukuran, persentase kerusakan, dan bobot dari 100 biji kopi. Komposisi biokimia yang diukur adalah kandungan asam chlorogenic, trigoelline, lemak, kafein, dan gula. Sedangkan aspek organoleptik yang inilah adalah aroma, rasa flavor, keasaman, bentuk, kepahitan, dan peferensi umum. Aspek organoleptik di ukur dengan skala 1 hingga 10, dimana 1= dapat diabaikan atau tidak dapat diterima sedangkan 10 = sangat kuat atau baik sekali excellent. Anggur ‘Niagara’ memiliki aspek penilaian kualitas yang berbeda dengan aspek kualitas kopi. Morris 1985 dalam penelitiannya menggunakan aspek persentase padatan terlarut, pH, dan tingkat keasaman untuk menilai kualitas anggur ‘Niagara’. Berbeda lagi dengan penilaian kualitas produk peternakan. Penelitian mengenai susu sapi di China, sebagaimana ditulis oleh Chen 2008 pemasalahan-permasalahan kualitas susu segar sekarang ini meliputi: 1 berbagai tingkat protein variabel terkait dengan pengaruh perbedaan cara pemberian pakan; 8 2 tingginya jumlah bakteri; 3 tingginya tingkat zat antibiotik terkait dengan kurangnya pengetahuan peternak. Hal ini memberikan pengertian bahwa aspek penilaian kualitas susu dapat terkait dengan masalah yang ada adalah tingkat protein, jumlah bakteri dan tingkat zat anti biotik di dalam susu. Khusus untuk komoditas karet, menurut Waluyono 1981 yang diacu dalam Erwan 1994 standardisasi dalam penentuan kualitas bahan olah karet meliputi beberapa spesifikasi antara lain kadar karet kering, kadar kotoran, kadar air, kadar abu, nilai PRI Plastysity Ratention Index, sifat-sifat fisika lain, berat, tebal, dan ukuran lainnya serta pengemasan. Sawardin et al. 1995 juga telah melakukan penelitian kualitas bahan olah karet khususnya spesifikasi karet remah SIR. Hasil penelitiannya menyebutkan bahwa parameter terpenting mengenai karakteristik mutunya adalah kadar kotoran, kadar abu, kadar bahan menguap, dan indeks katahanan plastisitas PRI. Sedangkan analisis kualitas yang telah dilakukan oleh Haris et al. 1995 dengan menggunakan parameter kadar karet kering, plastisitas awal P0, indeks katahanan plastisitas PRI, kadar kotoran, viskositas mooney VR memperlihatkan bahwa untuk semua jenis bahan olah karet yang sama dalam hal ini bekuan atau koagulan hasil produksi KUD village cooperatif memiliki kualitas yang lebih baik dari pedagang dan petani farmer. Keunggulan kualitas hasil produksi KUD ini meliputi semua parameter penelitian. Hasil penelitian-penelitian diatas menunjukkan bahwa terdapat perbedaan aspek penilaian kualitas berdasarkan produk yang diuji. Secara umum, aspek penilaian kualitas produk pertanian dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu karakteristik fisik, kimia dan biologi. Khusus untuk karet alam, aspek yang dapat dilihat adalah karakteristik fisik dan kimia. Karakteristik kimia karet hanya dapat diteliti di dalam laboratorium, sehingga untuk tingkat petani karakteristik kualitas yang dipakai hanyalah karakteristik fisik. Karakteristik fisik yang dapat digunakan adalah kadar kotoran, kadar air, dan kekenyalan yang dilihat secara visual saja.

2.2. Manfaat Peningkatan Kualitas