22 upaya meningkatkan kualitas karet. Upaya-upaya tersebut adalah 1 pembukaan
perkebunan sebelum memulai menyadap yang meliputi pengukuran lingkar batang layak sadap, penggambaran, dan pembuatan bidang sadap untuk tanaman
baru, dan pengambilan lateks sisa penyadapan yang lalu yang telah menggumpal scrap di bidang sadap kemudian memisahkannya dengan lateks, 2
membersihkan mangkuk pengumpul sebelum menyadap, 3 membersihkan kotak pembeku koagulasi sebelum menggunakan, 4 menyimpan bekuan di tempat
yang tinggi dan telah disemen, 5 menggunakan penyadap terlatih, 6 menggunakan amonia sebagai anti koagulan. Sebagai tambahan adalah 7
penggunaan asam semut sebagai koagulan bagi petani yang bentuk produksinya berupa lump. Hal tersebut memberikan pengertian bahwa petani yang lebih
banyak menggunakan dan melakukan upaya diatas memiliki kualitas karet yang lebih baik dibandingkan petani yang melakukan upaya yang lebih sedikit.
3.3. Jenis-Jenis Bahan Olah Karet
Jenis karet alam yang diproduksi oleh petani Indonesia biasanya dijual dalam bentuk bahan olah karet. Bahan olah karet adalah lateks kebun serta
gumpalan lateks kebun yang diperoleh dari pohon karet Hevea brasiliensis. Beberapa kalangan menyebut bahan olah karet bukanlah hasil produksi
perkebunan besar, namun merupakan bahan olah karet rakyat bokar yang biasanya diperoleh dari petani yang mengusahakan kebun karet perkebunan
rakyat. Nazaruddin dan Paimin 1992 menyatakan bahwa bahan olah karet dibagi
menjadi empat macam menurut pengolahannya. Keempat macam bahan olah karet yaitu:
1 Lateks Kebun Lateks kebun adalah cairan getah yang didapat dari bidang sadap pohon
karet. Cairan getah ini belum mengalami penggumpalan baik dengan atau tanpa bahan pencegah penggumpalan zat antikoagulan. Sebagian petani karet menjual
hasil produksi karetnya dalam bentuk lateks kebun ini. Lateks kebun dibedakan menjadi dua golongan kualitas yaitu lateks kebun
kualitas satu dengan kadar karet kering 28 persen dan lateks kebun kualitas dua dengan kadar karet kering 20 persen. Latek kebun yang baik harus memenuhi
23 beberapa kriteria antara lain tidak terdapat kotoran seperti daun atau kayu, tidak
tercampur dengan air atau yang lainnya, berwarna putih dan berbau karet segar. 2 Sheet Angin
Sheet angin adalah bahan olah karet yang dibuat dari lateks yang sudah disaring dan digumpalkan dengan asam semut, berupa lembaran karet yang sudah
digiling tetapi belum jadi. Pembuatan sheet angin mengharuskan adanya penggilingan pada gumpalan karet untuk mengeluarkan air dan serumnya. Sheet
angin tidak boleh terkena sinar matahari langsung atau air selama penyimpanan dan kotoran tidak boleh terlihat.
Sheet angin dibedakan menjadi dua golongan kualitas. Sheet angin kualitas satu memiliki kadar karet kering 90 persen dan sheet angin kualitas dua memiliki
kadar karet kering 80 persen. Sheet angin dapat dibuat dengan dua ukuran ketebalan yaitu 3 mm atau 5 mm.
3 Slab Tipis Slab tipis adalah bahan olah karet yang terbuat dari lateks yang sudah
digumpalkan dengan asam semut. Slab tipis memiliki ketebalan 30 mm atau 40 mm. Dalam proses pembuatan slab tipis, air atau serum harus dikeluarkan dengan
cara digiling atau dipompa. Selama penyimpanan, slab tipis tidak boleh terkena sinar matahari langsung atau terendam air dan kotoran tidak boleh terlihat. Slab
tipis dibedakan menjadi dua kualitas yaitu kualitas satu dengan kadar karet kering 70 persen dan kualitas dua dengan kadar karet kering 60 persen.
4 Lump Segar Lump segar adalah bahan olah karet yang bukan berasal dari gumpalan
lateks kebun yang terjadi secara alamiah dalam mangkuk penampung lateks. Lump segar yang bauk memiliki ketebalan 40 mm atau 60 mm. Lump segar
merupakan jenis karet yang banyak dijual oleh petani karet. Lump segar yang baik tidak memperlihatkan adanya kotoran dan tidak terkena sinar matahari langsung
atau terendam air. Lump segar juga digolongkan kedalam dua golongan kualitas. Lump segar kualitas satu memunyai kadar karet kering 60 persen dan kualitas dua
memunyai kadar karet kering 50 persen.
24
3.4. Konsep Diferensiasi Harga