Upaya-Upaya Peningkatan Kualitas Faktor Teknis

21 4 Peralatan dan bahan yang digunakan dalam usahatani karet Direktorat Penanganan Pasca Panen 2007 menyatakan bahwa Lateks kebun yang bermutu baik merupakan syarat utama untuk mendapatkan hasil bokar yang baik. Penurunan mutu biasanya terjadi disebabkan oleh proses prakoagulasi. Untuk mencegah terjadinya prakoagulasi perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut: a Alat-alat penyadapan dan pengangkutan harus senantiasa bersih dan tahan karat; b Lateks harus segera diangkut ke tempat pengolahan tanpa banyak goncangan; c Lateks tidak boleh terkena sinar matahari langsung; dan d Dapat menggunakan anti koagulan seperti amonia NH 3 atau natrium sulfit Na 2 SO 3 . Peralatan yang memengaruhi kualitras karet alam adalah alat-alat perlengkapan sadap dan pengolahan di tingkat petani. Perlengkapan sadap meliputi pisau sadap, talang spout lateks, mangkuk, cincin mangkuk dan tali cincin, zat anti koagulan dan ember penampung lateks. Sedangkan peralatan pengolahan di miliki oleh petani yang mengolah lateksnya menjadi lump baik dalam mangkuk ataupun kotak. Alat dan bahan tambahan yang digunakan adalah koagulan pembeku, bak pembekuan dan tempat penyimpanan lump. Pisau sadap, talang spout lateks, mangkuk, cincin mangkuk, tali cincin, ember penampung lateks, bak pembeku dan tempat penyimpan lump berpengaruh pada kualitas karet terutama terkait dengan kemurnian lateks getah karet atau koagulump yang diperoleh dari pohon karet. Kebersihan peralatan sadap akan menjamin tidak adanya kontaminan berupa daun, ranting tatal dan sisa lateks yang telah menggumpal dan berwarna hitam. Zat anti kogulan akan menentukan kualitas karet terutama berkaitan dengan kemurnian lateks dan menjamin agar lateks tidak menggumpal. Sedangkan koagulan berpengaruh pada kualitas lump berupa kekenyalan, kebersihan dan bau.

3.2.2.2. Upaya-Upaya Peningkatan Kualitas

Selain faktor-faktor yang berkaitan dengan sosial ekonomi dan faktor usahatani, kualitas karet juga berkaitan dengan upaya-upaya yang dapat dilakukan oleh petani untuk meningkatkan mutu karetnya. Giroh et al. 2006 mencatat bahwa tingkat adopsi mengacu pada jumlah teknologi peningkat hasil yang umumnya digunakan oleh petani. Teknologi peningkat hasil yang umumnya digunakan oleh petani dijelaskan oleh Giroh et al. 2006 dalam bentuk upaya- 22 upaya meningkatkan kualitas karet. Upaya-upaya tersebut adalah 1 pembukaan perkebunan sebelum memulai menyadap yang meliputi pengukuran lingkar batang layak sadap, penggambaran, dan pembuatan bidang sadap untuk tanaman baru, dan pengambilan lateks sisa penyadapan yang lalu yang telah menggumpal scrap di bidang sadap kemudian memisahkannya dengan lateks, 2 membersihkan mangkuk pengumpul sebelum menyadap, 3 membersihkan kotak pembeku koagulasi sebelum menggunakan, 4 menyimpan bekuan di tempat yang tinggi dan telah disemen, 5 menggunakan penyadap terlatih, 6 menggunakan amonia sebagai anti koagulan. Sebagai tambahan adalah 7 penggunaan asam semut sebagai koagulan bagi petani yang bentuk produksinya berupa lump. Hal tersebut memberikan pengertian bahwa petani yang lebih banyak menggunakan dan melakukan upaya diatas memiliki kualitas karet yang lebih baik dibandingkan petani yang melakukan upaya yang lebih sedikit.

3.3. Jenis-Jenis Bahan Olah Karet

Jenis karet alam yang diproduksi oleh petani Indonesia biasanya dijual dalam bentuk bahan olah karet. Bahan olah karet adalah lateks kebun serta gumpalan lateks kebun yang diperoleh dari pohon karet Hevea brasiliensis. Beberapa kalangan menyebut bahan olah karet bukanlah hasil produksi perkebunan besar, namun merupakan bahan olah karet rakyat bokar yang biasanya diperoleh dari petani yang mengusahakan kebun karet perkebunan rakyat. Nazaruddin dan Paimin 1992 menyatakan bahwa bahan olah karet dibagi menjadi empat macam menurut pengolahannya. Keempat macam bahan olah karet yaitu: 1 Lateks Kebun Lateks kebun adalah cairan getah yang didapat dari bidang sadap pohon karet. Cairan getah ini belum mengalami penggumpalan baik dengan atau tanpa bahan pencegah penggumpalan zat antikoagulan. Sebagian petani karet menjual hasil produksi karetnya dalam bentuk lateks kebun ini. Lateks kebun dibedakan menjadi dua golongan kualitas yaitu lateks kebun kualitas satu dengan kadar karet kering 28 persen dan lateks kebun kualitas dua dengan kadar karet kering 20 persen. Latek kebun yang baik harus memenuhi