EPA 1600 atau metode lain yang ekuivalen USEPA 2012. Kriteria air untuk pemanfaatan rekreasi di Indonesia dituangkan dalam Peraturan Pemerintah RI No.
82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.
Kriteria penetapan zonasi perairan danau baik untuk fungsi lindung maupun fungsi budidaya dapat didasarkan pada pendekatan ekologi, biologi, dan ekonomi
KLH 2011. Kriteria-kriteria yang menjadi prioritas utama yang perlu diperhatikan dalam mewujudkan fungsi wisata perairan meliputi pemenuhan
kualitas air sesuai baku mutu pada PP No. 82 tahun 2001, daya tampung beban pencemaran, dukungan masyarakat, potensi konflik kepentingan, potensi rekreasi,
pariwisata, dan estetika, serta kemudahan mencapai lokasi. Kriteria kedalaman dan luasan area, status kesuburan, serta keanekaragaman hayati berada pada
tingkat prioritas sedang, sedangkan sumber mata air adalah kriteria dengan prioritas rendah.
2.5. Eutrofikasi pada Perairan
Eutrofikasi merupakan suatu bentuk pencemaran air akibat munculnya nutrien yang berlebihan di dalam suatu ekosistem perairan. Eutrofikasi sebenarnya
dapat terjadi secara alami seiring dengan bertambahnya umur suatu perairan. Oleh karena itu, eutrofikasi merupakan istilah untuk menggambarkan “penuaan”
perairan Henderson-Sellers Markland 1987. Danau yang masih muda biasanya bersifat oligotrofik, kemudian menua dan berubah menjadi danau
eutrofik. Penambahan nutrien ke dalam danau alam terjadi melalui proses erosi oleh angin dan pencucian oleh air hujan. Proses eutrofikasi ini seringkali
dipercepat oleh aktivitas manusia. Menurut UNEP-IETCILEC 2001 eutrofikasi adalah salah satu masalah
lingkungan yang paling umum terjadi di ekosistem perairan darat, disebabkan oleh pengayaan yang tidak wajar oleh dua nutrien penting bagi tumbuhan, yaitu
fosfor dan nitrogen. Tumbuhan air dan fitoplankton sebagai produsen primer perairan mengasimilasi nutrien anorganik dan menggunakannya dalam proses
metabolisme mereka dan mengubahnya menjadi bentuk organik. Tumbuhan dan fitoplankton yang mati akan didekomposisikan oleh mikroorganisme sehingga
nutrien dilepaskan kembali ke dalam bentuk anorganik; proses dekomposisi ini membutuhkan oksigen dan akan melepaskan karbondioksida.
Suatu danau dikatakan telah mengalami eutrofikasi jika telah menunjukkan beberapa kriteria berikut Henderson-Sellers Markland 1987; UNEP-
IETCILEC 2001 : 1. Penurunan jumlah oksigen terlarut pada lapisan dalam hypolimnion,
bahkan dapat mencapai kondisi anoksia 2. Peningkatan jumlah nutrien dan padatan tersuspensi, terutama bahan
organik 3. Pertumbuhan fitoplankton dan tumbuhan air yang tidak terkontrol, bahkan
beberapa jenis fitoplankton dapat menghasilkan toksin 4. Kematian massal organisme air, seperti ikan dan invertebrata air, akibat
kekurangan oksigen 5. Penurunan penetrasi cahaya
2.6. Situ sebagai Lokasi Tujuan Wisata
Wisata adalah perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang mengunjungi tempat tertentu secara sukarela dan bersifat sementara dengan
tujuan berlibur atau tujuan lainnya bukan untuk mencari nafkah Warpani Warpani 2007. Pada hakikatnya perjalanan wisata yaitu perubahan tempat tinggal
sementara seseorang di luar tempat tinggalnya karena suatu alasan dan bukan untuk melakukan kegiatan yang menghasilkan upah Suwantoro 2004. Dorongan
kepergian tersebut antara lain karena ingin mendapatkan kesenangan, memenuhi hasrat ingin tahu, berolahraga untuk kesehatan, keagamaan, dan lain sebagainya.
Pengunjung visitor adalah setiap orang yang datang ke suatu daerah atau negara dan biasanya dengan maksud tertentu kecuali untuk melakukan pekerjaan
yang menerima upah. Menurut The International Union of Official Travel Organization IUOTO terdapat dua kategori dari sebutan pengunjung Suwantoro
2004 : a. Wisatawan tourist, yakni pengunjung yang tinggal sementara, sekurang-
kurangnya 24 jam di daerah atau negara yang dikunjunginya.
b. Pelancong excursionist, yaitu pengunjung yang tinggal dalam waktu kurang dari 24 jam di daerah atau negara yang dikunjunginya.
Wisata rekreasipelesirpelancongan adalah salah satu kategori wisata. Wisata jenis ini lebih kurang sama dengan wisata santai yaitu kegiatan wisata
yang ditujukan untuk berlibur, mencari suasana baru, memuaskan rasa ingin tahu, menikmati keindahan alam, dan melepaskan ketegangan atas kesibukan sehari-
hari Warpani Warpani 2007. Tempat tujuan jenis wisata ini biasanya adalah tempat dengan iklim berbeda dari iklim tempat tinggal wisatawanpengunjung,
atau setidaknya memiliki suasana khas yang diinginkan. Daerah yang menjadi tujuan jenis wisata rekreasi dapat berupa daerah yang memiliki objek peninggalan
bersejarah, budaya masyarakat, atau keindahan alam seperti danau, situ, pantai, dan
pegunungan. Pemanfaatan
situ sebagai
daerah tujuan
wisata juga
dikemukakan dalam Undang-undang No. 7 tahun 2004 tentang Sumberdaya Air, yaitu salah satu hal yang dapat diterapkan pada situ sebagai salah satu sumberdaya
air permukaan adalah dengan memanfaatkan situ sebagai kawasan wisata yang berwawasan lingkungan.
Situ memiliki karakteristik khas sebagaimana situs alam lainnya seperti kawasan pegunungan, air terjun, ngarai, dan pantai yang memiliki nuansa
keindahan. Situ sebagai salah satu daerah tujuan wisata memiliki kriteria daya tarik yang tergolong ke dalam benda-benda alam, yaitu seperti iklim yang sejuk,
pemandangan yang indah, dan keragaman flora dan fauna. Pemanfaatan potensi tersebut untuk pengembangan wisata situ akan menghasilkan situ sebagai satu
kawasan wisata dimana masyarakat dapat merelaksasikan diri dan melepaskan penat dari kesibukan sehari-hari.
Situ merupakan salah satu bentuk kawasan lindung berdasarkan Inmendagri No. 14 tahun 1998 tentang Pembinaan Pengelolaan Situ-situ di Wilayah
Jabotabek. Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi pelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya
alam, sumberdaya buatan, dan nilai sejarah serta budaya bangsa guna kepentingan pembangunan berkelanjutan. Kawasan lindung adalah bagian dari
lingkungan hidup yang pengelolaannya diatur dengan peraturan perundang-undangan.
Meskipun begitu, bukan berarti kawasan lindung tidak dapat dimanfaatkan untuk
kepentingan lain.
Kegiatan-kegiatan yang
tidak mengancam
kelestarian lingkungan dapat dilakukan di kawasan ini, seperti kegiatan wisata yang
berwawasan lingkungan. Menurut Sulastri 2003 sistem pengelolaan situ secara terpadu dapat dilakukan melalui pendekatan ekosistem dan sosial-ekonomi
dengan tetap mengarah kepada tujuan konservasi situ untuk mempertahankan fungsinya. Hal ini disebabkan karena situ terdiri dari berbagai komponen, antara
lain: flora, fauna, air, tanah, dan manusia, sehingga perlu dipertimbangkan peranan dan kepentingan masing-masing komponen terhadap situ.
Perwujudan situ sebagai kawasan wisata yang menjanjikan membutuhkan pengelolaan kualitas perairan yang baik. Beberapa parameter yang dapat dijadikan
sebagai bahan penilaian potensi wisata dari sebuah situ antara lain adalah kondisi lingkungan, keragaman atraksi, keunikan objek wisata, jumlah pengunjung, luas
jangkauan, ketersediaan transportasi dan kemudahan pencapaian, ketersediaan infrastruktur dan fasilitas penunjang, keberadaan lembaga pengelola sumberdaya
manusia, dan kegiatan promosi Rahman 2010. Kondisi lingkungan perairan situ yang baik tentu akan meningkatkan daya tarik wisata situ. Beberapa situ di
kawasan Jabodetabek telah berhasil dijadikan sebagai objek wisata. Situ Babakan yang berlokasi di Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan adalah salah satu objek
wisata yang cukup diminati di Provinsi DKI Jakarta, sedangkan Situ Pengasinan adalah kawasan wisata situ yang telah lebih dulu dikembangkan menjadi kawasan
wisata di Kota Depok sebelum Situ Sawangan-Bojongsari.
2.7. Analytical Hierarchy Process AHP