menaikkan nilai manfaat situ. Program tersebut membutuhkan dukungan penuh dari Pemerintah Kota Depok dan masyarakat Depok, khususnya masyarakat
sekitar Situ Sawangan-Bojongsari, serta pihak-pihak lain yang merasa memiliki kepentingan atas keberadaan Situ Sawangan-Bojongsari.
4.8.4. Analisis Alternatif pada Hierarki Pengambilan Keputusan
Hasil pembobotan hierarki memberikan hasil akhir berupa bobot pada masing-masing pilihan alternatif dari yang terbesar hingga yang terkecil sebagai
berikut: pemberdayaan masyarakat 0,261; sosialisasi 0,206; rekomendasi pengelolaan kawasan 0,181, pemantauan dan pengawasan regulasi 0,169,
IPAL 0,108, dan investor 0,076 Gambar 18. Adapun tiga alternatif dengan bobot terbesar dianggap mampu merepresentasikan strategi pengelolaan kualitas
perairan yang sesuai untuk pengembangan wisata air Situ Sawangan-Bojongsari.
Gambar 18 Hasil pembobotan alternatif pengelolaan kualitas perairan untuk
pengembangan wisata air Situ Sawangan-Bojongsari.
Pemberdayaan Masyarakat, Sosialisasi, dan Rekomendasi Pengelolaan Kawasan sebagai Alternatif Terpilih
a. Pemberdayaan Masyarakat Pemberdayaan masyarakat merupakan alternatif terpilih dengan bobot
terbesar yaitu 0,261. Masyarakat dianggap sebagai pihak yang selalu bersentuhan langsung dengan situ dan karakteristik masyarakat tersebut tentu akan
mempengaruhi jenis tindakan yang dilakukan terhadap situ. Pengembangan kapasitas masyarakat sekitar situ adalah hal utama yang perlu dilaksanakan di
0.261 0.206
0.181 0.169
0.108 0.076
0.1 0.2
0.3 Pemberdayaan masyarakat
Sosialisasi Rekomendasi pengelolaan kawasan
Pemantauan dan pengawasan regulasi IPAL
Investor
Bobot A
lt e
r n
a ti
f
Hasil pembobotan alternatif
dalam strategi pengelolaan kualitas perairan untuk pengembangan wisata air Situ Sawangan-Bojongsari. Pendapat ini sejalan dengan pendapat Waryono 2002
mengenai pemberdayaan masyarakat sekitar Situ Rawa Besar di Kota Depok. Masyarakat sekitar situ seharusnya dijadikan sebagai subjek pembangunan
melalui program-program pemberdayaan masyarakat sehingga masyarakat mampu mandiri dengan memanfaatkan potensi-potensi lokal. Pemberdayaan
masyarakat sekitar Situ Rawa Besar diharapkan mampu memicu kesadaran masyarakat dalam hal-hal berikut: 1 Pemulihan kembali lingkungan Situ Rawa
Besar seperti sedia kala sebelum terokupasi; 2 Pembangunan sumberdaya alam perairan dan lingkungannya dalam mewujudkan Kota Depok yang indah, nyaman,
bersih, dan menarik; 3 Potensi situ sebagai sumber pendapatan masyarakat dan Pemerintah Kota Depok salah satunya melalui pemanfaatan situ sebagai kawasan
wisata; dan 4 Pemanfaatan situ yang terpadu berkelanjutan dapat diwujudkan melalui kemitraan masyarakat sekitar situ dengan pemerintah.
Menurut Mardikanto 2010 pemberdayaan masyarakat merupakan upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat yang saat ini tidak
mampu untuk melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan. Pemberdayaan dalam arti lain yaitu memberikan daya, memampukan, dan
memandirikan masyarakat. Pemberdayaan masyarakat sekitar situ, bahkan sangat baik jika dapat meliputi seluruh warga yang berada di catchment area situ, dapat
menjadi bagian dari proses pembangunan masyarakat. Tujuannya tidak hanya demi peningkatan kesejahteraan hidup masyarakat, namun juga pengembangan
kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam gerakan cinta lingkungan hidup dan penyelamatan situ.
Sejarah perkembangan keterlibatan masyarakat dalam program-program pengelolaan situ di Kota Depok menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan
partisipasi masyarakat berkat dorongan konsorsium LSM di Kota Depok. Meskipun begitu, pendapat masyarakat masih belum sepenuhnya dianggap
penting dalam penyusunan konsep pembangunan daerah, seperti yang terjadi di Situ Bojongsari dimana pihak Pokja Situ Bojongsari mengaku tidak memperoleh
undangan untuk menghadiri Musrenbang tingkat kelurahan untuk tahun 2012. Musrenbang
merupakan ajang
bagi masyarakat
untuk menyampaikan
pandangannya mengenai pengembangan potensi-potensi yang dimiliki oleh daerahnya, termasuk situ. Tingkat pengetahuan masyarakat yang rendah seringkali
dijadikan sebagai alasan untuk tidak melibatkan masyarakat dalam proses Musrenbang dan kemudian menjadikan proses Musrenbang lebih didominasi oleh
pihak pemerintah Sucipto Prygina 2009. Alasan tersebut seharusnya dijadikan dasar
bagi pelaksanaan
program peningkatan
kualitas masyarakat
oleh pemerintah, dan bukan justru dijadikan alasan untuk tidak melibatkan mereka
dalam pembangunan daerah, karena sebenarnya warga masyarakat merupakan potensi sumberdaya manusia yang dapat dijadikan sebagai aktor-aktor subyek
pembangunan. Program-program pemberdayaan masyarakat yang akan dilaksanakan
harus mampu memotivasi masyarakat sekitar Situ Sawangan-Bojongsari untuk dapat secara kreatif mengembangkan potensi-potensi yang ada, baik yang terdapat
dalam diri mereka sendiri atau yang terkandung dalam lingkungan perairan Situ Sawangan-Bojongsari. Langkah-langkah nyata berupa penyediaan fasilitas dan
pembukaan akses terhadap informasi dan peluang perlu dilakukan. Menurut Scheyvens 1999 pemberdayaan komunitas lokal di suatu lokasi tujuan ekowisata
dapat meliputi pemberdayaan ekonomi, psikologi, sosial, dan politik. Program pemberdayaan ekonomi masyarakat sekitar Situ Sawangan-Bojongsari dapat
dilakukan sekaligus dalam rangka pengembangan wisata air situ melalui kegiatan pelatihan kewirausahaan. Hal ini akan membuat masyarakat mandiri secara
ekonomi bahkan berpeluang sebagai penyedia lapangan pekerjaan. Jenis wirausaha yang dilakukan dapat berupa penyediaan barang dan jasa bagi kegiatan
wisata Situ Sawangan-Bojongsari, seperti membuka warung atau rumah makan yang
menyediakan makanan
dan minuman,
wirausaha tanaman
hias, pengembangan budidaya ikan hias, penyedia wahana wisata dan olahraga air, dan
lain sebagainya. Pemberdayaan juga perlu dilakukan terhadap pranata-pranata sosial dan politik di masyarakat, seperti penanaman nilai-nilai budaya kerja keras,
kerjasama dan
bertanggung jawab,
penguatan lembaga-lembaga
sosial masyarakat,
dan peningkatan
partisipasi masyarakat
dalam pengambilan
keputusan yang menyangkut kepentingan dirinya.
Pemberdayaan masyarakat juga dapat menjadi solusi untuk mencapai tujuan konservasi situ. Masyarakat dapat dijadikan sebagai garda terdepan dalam proses
penjagaan situ karena keberadaan mereka yang selalu beraktivitas di sekitar situ. Program pembentukan kader-kader peduli situ ini dapat saja dilakukan melalui
lembaga yang sudah terbentuk dalam masyarakat seperti Pokja Situ, melalui kegiatan penyuluhan dan sosialisasi tentang situ, termasuk pengetahuan tentang
situ dan peraturan terkait situ atau melalui pembentukan komunitas khusus yang memang dididik untuk bertugas sebagai kader situ. Hal ini diharapkan dapat
meringankan tugas pemerintah dalam menjaga kelestarian situ. Kegiatan-kegiatan edukatif perlu dimasukkan ke dalam rancangan program
pemberdayaan masyarakat sekitar situ. Menurut Zhang dan Lei 2012 program- program edukatif diharapkan dapat membantu meningkatkan pengetahuan
masyarakat mengenai lingkungan dan pada akhirnya berdampak positif terhadap sikap masyarakat terhadap ekowisata lahan basah. Pengetahuan tentang
sumberdaya alam setempat beserta karakteristiknya dapat dipadukan dengan prinsip-prinsip pengelolaan wisata dalam tingkat yang dapat diterima oleh
masyarakat lokal, untuk dapat mendorong sikap positif masyarakat dan meningkatkan keterlibatan mereka di dalam pariwisata lokal. Konsep serupa dapat
diterapkan dalam upaya pemberdayaan masyarakat sekitar Situ Sawangan- Bojongsari untuk pelestarian situ dan pengembangan wisata air situ. Kegiatan
edukatif yang akan dijalankan dapat meliputi edukasi mengenai lingkungan situ, kewirausahaan, pariwisata, kepemimpinan, dan organisasi.
Kelompok-kelompok masyarakat dapat menjadi wadah bagi pelaksanaan kegiatan-kegiatan edukatif yang merupakan bagian dari program pemberdayaan
masyarakat untuk berbagai aspek ekonomi, sosial, politik, pengetahuan masyarakat. Kelompok masyarakat tersebut meliputi kelompok masyarakat yang
sudah terbentuk seperti Pokja Situ, Karang Taruna atau dapat berupa kelompok- kelompok baru yang juga beranggotakan masyarakat sekitar Situ Sawangan-
Bojongsari. Penguatan daya masyarakat adalah hal yang ingin dicapai sebagai hasil dari pemberian edukasi kepada masyarakat melalui kelompok-kelompok
masyarakat tersebut.
Rencana program pemberdayaan masyarakat di atas akan sangat berkaitan dengan rancangan program lain yang dibentuk berdasarkan alternatif terpilih
lainnya. Oleh karena itu, pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat tidak dapat berdiri sendiri, melainkan harus disertai dengan pelaksanaan program-
program pendukungnya.
b. Sosialisasi Sosialisasi
menjadi alternatif
terpilih kedua
setelah pemberdayaan
masyarakat dengan bobot 0,206. Sosialisasi adalah kegiatan yang dilakukan untuk memberikan pengetahuan kepada masyarakat luas mengenai program-program
yang dijalankan oleh pemerintah, peraturan-peraturan, dan mengenai hal-hal lain yang dianggap perlu. Sosialisasi yang minim dapat menurunkan efektivitas dan
efisiensi dari rancangan program yang telah dibuat. Tidak tercapainya keteraturan yang merupakan tujuan dari peraturan tidak hanya dapat disebabkan oleh
lemahnya upaya penegakkan peraturan tersebut, namun juga karena minimnya sosialisasi peraturan tersebut. Masyarakat bisa jadi tidak mematuhi suatu
peraturan bukan karena sengaja melanggar peraturan tersebut, namun karena mereka memang tidak mengetahui keberadaan peraturan tersebut. Kegiatan
sosialisasi pun harus memperhatikan sasaran yang dituju. Sasaran yang berbeda tentu memiliki karakteristik yang berbeda, oleh karena itu membutuhkan
pendekatan yang berbeda dalam penyampaian hal yang disosialisasikan. Sosialisasi diperlukan dalam pelaksanaan program-program pengelolaan
Situ Sawangan-Bojongsari. Sebagai contoh, sosialisasi detail desain Situ Sawangan-Bojongsari dalam rangka program revitalisasi Situ Sawangan-
Bojongsari tahun 2013 perlu dilakukan kepada masyarakat dan pihak-pihak terkait lainnya. Hal ini ditujukan demi kelancaran pelaksanaan kegiatan dan keberhasilan
program. Selain itu, sosialisasi juga diperlukan untuk menghindari terjadinya konflik di kemudian hari. Sosialisasi rancangan pengembangan wisata air Situ
Sawangan-Bojongsari juga perlu dilakukan oleh Pemerintah Kota Depok, khususnya oleh Dinas Pemuda, Olahraga, Pariwisata, dan Seni Budaya
Disporasenbud Kota Depok. Pihak Disporasenbud Kota Depok setuju untuk mempertimbangkan pencanangan program pengembangan wisata satu situ setiap
tahunnya. Jika Situ Sawangan-Bojongsari terpilih kelak sebagai situ yang akan dikembangkan oleh Disporasenbud Kota Depok, maka kegiatan sosialisasi sudah
pasti menjadi satu tahap yang harus dijalankan. Kegiatan sosialisasi program dapat dilakukan secara bertahap bergantung pada kesiapan pelaksanaan program
dan perlu dilaksanakan secara berkesinambungan. Kegiatan sosialisasi sebaiknya juga dilakukan bagi program-program yang bersifat rutin, seperti pemasangan
bando situ papan nama situ, pemasangan jogging track, dan penebaran benih ikan pada situ re-stocking.
Sosialisasi tidak hanya dilakukan terhadap program-program pengelolaan situ dan pengembangan wisata air situ. Sosialisasi peraturan-peraturan yang
berkaitan dengan kedua kegiatan tersebut juga harus dilakukan demi menciptakan masyarakat yang sadar hukum. Peraturan-peraturan tersebut antara lain peraturan
garis sempadan situ, peraturan terkait KJA pada situ, peraturan mengenai pengolahan air limbah domestik, serta peraturan terkait retribusi dan pajak wisata
pada situ. Kondisi yang terjadi di lapangan menunjukkan bahwa sosialisasi terhadap
peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah, terutama oleh Pemerintah Kota Depok, perlu dilakukan. Hal yang pernah terjadi pada saat pelaksanaan
Pertemuan Konsultasi Masyarakat mengenai detail desain Situ Sawangan- Bojongsari pada saat penelitian berlangsung yaitu masih terdapat anggota
masyarakat yang mempertanyakan berapa jarak garis sempadan situ dari tepi situ. Hal ini menunjukkan bahwa sosialisasi Peraturan Daerah Kota Depok No. 18
tahun 2003 tentang Garis Sempadan masih diperlukan. Selain itu, peraturan terkait keberadaan KJA pada situ di Kota Depok, seperti yang telah dijelaskan pada
uraian sebelumnya,
juga perlu
dilakukan untuk
menghindari terjadinya
kesalahpahaman atau konflik dalam masyarakat. Pembangunan IPAL pada saluran pembuangan yang mengarah ke Situ Sawangan-Bojongsari seperti yang
diharapkan oleh pihak Pokja Situ dan Forum Pokja Situ juga perlu memperhatikan peraturan-peraturan
terkait pelaksanaan
pembangunan IPAL.
Program pengembangan wisata Situ Sawangan-Bojongsari juga perlu memasukkan
sosialisasi peraturan-peraturan terkait izin, retribusi, dan pajak wisata ke dalam agenda pelaksanannya.
Bentuk pengelolaan kualitas perairan Situ Sawangan-Bojongsari melalui alternatif sosialisasi dapat dilakukan melalui forum-forum diskusi kelompok
masyarakat sekitar situ dengan pihak-pihak lain yang terkait pengelolaan dan pengembangan Situ Sawangan-Bojongsari. Pemerintah Kota Depok dapat
bertindak sebagai pelaksana maupun fasilitator forum diskusi dan dengar pendapat tersebut.
c. Rekomendasi Pengelolaan Kawasan Alternatif rekomendasi pengelolaan kawasan menduduki peringkat ketiga
dengan bobot 0,181. Situ sebagai salah satu ekosistem alam tidaklah berdiri sendiri dan merupakan bagian dari suatu Daerah Aliran Sungai DAS, dimana
peristiwa yang terjadi pada bagian lain dari DAS tersebut akan dapat mempengaruhi kondisi situ baik secara langsung maupun tidak langsung. Salah
seorang responden menyebutkan bahwa beberapa situ di Kota Depok saling terhubung satu dengan lainnya. Oleh karena itu, pengelolaan sumberdaya air
seperti situ haruslah melalui pendekatan terpadu dan menyeluruh Kodoatie Sjarief 2008. Terpadu berarti mencakup keterikatan dengan berbagai aspek,
berbagai pihak
stakeholders, dan
berbagai disiplin
ilmu. Menyeluruh
mencerminkan cakupan yang sangat luas broad coverage, melintasi batas antar sumberdaya, antar lokasi, antar hulu dan hilir, antar kondisi, dan berbagai jenis
tata guna lahan. Pendekatan pengelolaan sumberdaya alam seperti situ haruslah holistik dan berwawasan lingkungan.
Ekosistem situ memiliki karakteristik yang berbeda dengan sumberdaya air– sumberdaya air lainnya. Oleh karena itu, pengelolaan situ tentu akan berbeda
dengan pengelolaan danau atau sungai atau ekosistem perairan lainnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sulastri 2003 yaitu karakteristik sistem perairan situ
atau danau-danau dangkal perlu dipahami dalam upaya mengelola dan mempertahankan ekosistem perairan tersebut. Perairan situ merupakan suatu
ekosistem tersendiri yang terdiri dari komponen biotik dan abiotik yang saling berinteraksi serta sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor dari luar sistem perairan.
Setiap situ juga memiliki karakteristik tersendiri yang menyebabkan satu situ membutuhkan pengelolaan yang berbeda dengan situ lainnya. Tidak semua situ
memiliki nilai dan tipe pemanfaatan yang sama bagi masyarakat. Ukuran luas dan kondisi situ kualitas air, kondisi sempadan, flora dan fauna, dan lain sebagainya
dapat mempengaruhi nilai situ bagi masyarakat dan tipe pemanfaatan oleh masyarakat, termasuk pemanfaatannya sebagai tempat wisata.
Pengelolaan Situ Sawangan-Bojongsari telah menimbulkan kesan bahwa situ terbagi menjadi dua wilayah karena situ dikelola oleh dua Pokja Situ yang
masing-masing berwenang di wilayahnya. Hal ini telah dijelaskan pada uraian sebelumnya mengenai pengelolaan Situ Sawangan-Bojongsari. Kerjasama di
antara kedua Pokja Situ harus ditingkatkan agar pengelolaan situ dapat berjalan lebih terpadu. Selain itu, seharusnya dua Pokja Situ tersebut digabungkan dalam
satu wadah pengelola Situ Sawangan-Bojongsari agar hasil pengelolaan lebih efektif dan efisien. Rasa kebersamaan akan memiliki situ perlu ditumbuhkan pada
diri anggota kedua Pokja Situ. Pemerintah sebagai pihak yang memegang peran strategis dalam pengelolaan situ perlu menstimulasi pencapaian hal tersebut.
Pelaksanaan alternatif rekomendasi pengelolaan kawasan dapat dilakukan dengan menyusun suatu pedoman pengelolaan situ di Kota Depok, dan secara
khusus dengan menyusun pedoman pengelolaan Situ Sawangan-Bojongsari. Rencana penyusunan pedoman pengelolaan situ di Kota Depok telah menjadi
wacana di kalangan Forum Pokja Situ dan Pemerintah Kota Depok hingga saat ini. Namun, baik pihak pemerintah maupun masyarakat berharap hal tersebut
dapat segera diwujudkan karena akan memberikan pengarahan positif bagi pengelolaan situ di Kota Depok. Pedoman pengelolaan situ di Kota Depok
tentunya merupakan pedoman yang ditujukan untuk menciptakan pengelolaan situ yang terpadu dan menyeluruh. Keterlibatan berbagai pihak terkait, berbagai
disiplin ilmu, dan pertimbangan akan cakupan yang luas situ sebagai bagian dari DAS adalah hal-hal yang harus diperhatikan dalam penyusunan pedoman
pengelolaan situ tersebut. Pedoman pengelolaan Situ Sawangan-Bojongsari yang akan disusun juga perlu mencakup aturan mengenai keharusan adanya kerjasama
di antara masyarakat di kedua wilayah dalam satu wadah Pokja Situ Sawangan- Bojongsari. Selain itu, pedoman pengelolaan Situ Sawangan-Bojongsari harus
disusun berdasarkan karakteristik Situ Sawangan-Bojongsari.
Pedoman zonasi ekosistem situ juga dapat disusun sebagai bentuk lain dari pedoman pengelolaan ekosistem situ. Pedoman ini akan dijadikan sebagai
panduan bagi pelaksanaan pemanfaatan ruang pada situ yang disesuaikan dengan karakteristik masing-masing situ. Kementerian Lingkungan Hidup Indonesia telah
mengeluarkan Pedoman Zonasi Ekosistem Danau yang diperuntukkan bagi ekosistem danau alami air tawar dan menyebutkan bahwa pedoman zonasi untuk
bentuk perairan lainnya, termasuk situ, akan dilakukan pengaturan secara tersendiri KLH 2011. Hal yang sangat baik jika Pemerintah Kota Depok
bersama dengan instansi-instansi lain terkait situ mampu mengembangkan suatu sistem zonasi pemanfaatan ruang pada situ-situ di Kota Depok yang kemudian
dapat dijadikan sebagai bahan rekomendasi pengelolaan situ di Indonesia. Berbagai bentuk pedoman pengelolaan kawasan yang ditetapkan kemudian,
diharapkan dapat dikukuhkan dalam bentuk kebijakan yang mengikat.
Upaya pengelolaan kualitas perairan situ untuk pengembangan wisata air Situ Sawangan-Bojongsari merupakan upaya yang memerlukan kesungguhan dari
semua pihak yang terkait. Optimalisasi pembenahan dan pengembangan pada elemen-elemen yang dianggap sebagai elemen prioritas dapat dilakukan untuk
kemudian disusun menjadi langkah-langkah penting pada tahap awal perencanaan pengelolaan Situ Sawangan-Bojongsari sebagai kawasan wisata air. Adapun
langkah-langkah yang dapat dilakukan sebagai strategi pengelolaan kualitas perairan untuk pengembangan wisata air Situ Sawangan-Bojongsari adalah
sebagai berikut: 1. Penguatan daya masyarakat sekitar situ dilakukan melalui pembentukan atau
penguatan kelompok masyarakat. Salah satu kelompok masyarakat yang perlu diperkuat adalah Pokja Situ Sawangan-Bojongsari. Penggabungan dua Pokja
Situ dapat menjadi satu alternatif yang baik untuk menyelaraskan pengelolaan situ yang selama ini dilakukan terpisah. Selain itu, peningkatan kualitas
sumberdaya manusia yang tergabung di dalamnya juga harus dilakukan untuk menunjang
pelaksanaan tugas-tugas
yang dimiliki
oleh Pokja
Situ. Pembentukan suatu kelompok edukasi bagi masyarakat juga dapat dilakukan
untuk mewujudkan tujuan peningkatan pemahaman masyarakat tentang
ekosistem situ dan pengembangan wisata air situ. Baik Pokja Situ maupun kelompok edukasi dapat berperan sebagai wadah untuk menumbuhkan rasa
kerjasama atau
kegotongroyongan masyarakat,
sehingga partisipasi
masyarakat dalam pelestarian dan pengembangan situ pun meningkat. 2. Penguatan hubungan kerjasama antar semua pihak terkait pengelolaan Situ
Sawangan-Bojongsari melalui forum-forum diskusi. Kelompok masyarakat yang telah terbentuk kemudian perlu membangun kerjasama dengan pihak
terkait lainnya, yaitu pemerintah, swasta, dan LSM. Forum diskusi dapat ditujukan untuk mensosialisasikan program-program kerja dan peraturan-
peraturan, serta
untuk menyaring
aspirasi-aspirasi guna
mewujudkan pengelolaan kualitas perairan situ untuk pengembangan wisata air Situ
Sawangan-Bojongsari. Hal ini diharapkan mampu meningkatkan peran serta masing-masing pihak dalam pengelolaan Situ Sawangan-Bojongsari.
3. Penyusunan pedoman pengelolaan kawasan situ di Kota Depok, termasuk pedoman pengelolaan Situ Sawangan-Bojongsari, oleh Pemerintah Kota
Depok. Pemerintah Kota Depok dapat menjadi pemrakarsa dalam hal penyusunan pedoman pengelolaan situ yang nantinya juga dapat dimanfaatkan
oleh pihak-pihak lain atau pemerintah daerah lain untuk dijadikan sebagai contoh bagi daerahnya.
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan