Analisis Aktor pada Hierarki Pengambilan Keputusan

0.556 0.254 0.096 0.094 0.000 0.100 0.200 0.300 0.400 0.500 0.600 Pemerintah Masyarakat Swasta LSM Bobot A k to r Hasil pembobotan aktor pemahaman yang baik serta tindakan nyata sebagai bentuk kepedulian terhadap situ.

4.8.2. Analisis Aktor pada Hierarki Pengambilan Keputusan

Terdapat empat pihak yang diketahui terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung dalam pengelolaan Situ Sawangan-Bojongsari. Setiap pihak tentu memiliki peran masing-masing dan memberikan pengaruh berbeda dalam upaya pengelolaan kualitas perairan dan wisata air Situ Sawangan-Bojongsari selama ini. Pembobotan oleh responden pakar memberikan hasil yaitu pemerintah menduduki peringkat pertama sebagai aktor dengan bobot tertinggi sebesar 0,556, diikuti oleh aktor masyarakat dengan bobot 0,254, aktor swasta sebesar 0,096, dan aktor LSM sebesar 0,094 Gambar 16. Pemerintah sebagai Aktor Prioritas Pemerintah dianggap sebagai aktor yang paling berperan dalam upaya pengelolaan Situ Sawangan-Bojongsari dan pemanfaatannya sebagai kawasan wisata air. Hal ini disebabkan oleh alasan bahwa situ adalah aset milik negara berdasarkan peraturan perundang-undangan. Pasal 6 ayat 1 dalam Undang- Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air menjelaskan bahwa: “Sumberdaya air dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar Gambar 16 Hasil pembobotan aktor pengelolaan kualitas perairan untuk pengembangan wisata air Situ Sawangan-Bojongsari. kemakmuran rakyat”. Ayat berikutnya menyebutkan pula bahwa penguasaan sumberdaya air diselenggarakan oleh pemerintah atau pemerintah daerah. Pemerintah sebagai pihak yang memiliki kewenangan dalam hal tersebut harus mampu melakukan pengamanan situ-situ di Kota Depok melalui kebijakan atau tindakan lainnya, sedangkan pemanfaatan situ harus ditujukan untuk kesejahteraan masyarakat. Berbagai tindakan telah dilakukan oleh pemerintah, tetapi hingga saat ini masih ada anggapan, terutama berasal dari masyarakat, bahwa pemerintah masih kurang memberikan perhatian terhadap pengelolaan dan pengembangan situ-situ di Kota Depok. Meskipun Pemerintah Kota Depok tidak memiliki kewenangan penuh untuk mengurus situ-situ di Kota Depok, tetapi keterlibatannya dalam hal tersebut tetap merupakan keharusan. Pihak-pihak selain pemerintah yang bersentuhan langsung dengan Situ Sawangan-Bojongsari tentu memiliki kepentingan masing-masing terhadap situ tersebut. Pemerintah adalah pihak yang harus mampu menjembatani berbagai kepentingan tersebut agar tidak menimbulkan konflik kepentingan akan situ. Konflik kepentingan dalam kehidupan sosial terjadi ketika terdapat perbedaan tujuan atau kepentingan dari dua pihak atau lebih Setiadi Kolip 2011. Perbedaan ini kemudian bersinggungan sehingga menimbulkan ketidaksepakatan di antara pihak-pihak yang berkonflik. Persinggungan kepentingan inilah yang mampu menimbulkan terjadinya konflik sosial. Konflik kepentingan sebagai konflik sosial bersifat buruk dan perlu dihindari. Oleh karena itu, pemerintah perlu membangun sikap yang baik untuk menghindari permasalahan ini. Pemerintah dianggap memegang peran strategis di antara berbagai pihak yang terlibat dalam pengelolaan dan pengembangan Situ Sawangan-Bojongsari. Pemerintah harus mampu menyelenggarakan pemerintahan yang baik good governance untuk menghindari maupun mengatasi perbedaan kepentingan di antara berbagai pihak. Menurut Keraf 2002 penyebab hadirnya krisis ekologi saat ini selain karena kesalahan cara pandang dan perilaku manusia, juga disebabkan oleh kegagalan pemerintah, salah satunya dalam hal memainkan peran sebagai penjaga kepentingan bersama, termasuk kepentingan bersama akan lingkungan hidup yang baik. Pemerintah harus memerintah dengan efektif dan menyelenggarakan pemerintahan dengan kuat agar pemerintah tidak menjadi alat permainan kepentingan serta mampu bertahan terhadap berbagai tarik-menarik kepentingan yang berakibat pada penyelewengan tujuan. Meskipun pemerintah dianggap sebagai aktor yang paling berperan dalam upaya pengelolaan kualitas perairan Situ Sawangan-Bojongsari, namun dukungan dari masyarakat, pihak swasta, dan LSM juga sangat dibutuhkan. Masyarakat sekitar situ adalah pihak utama yang diharapkan kerjasamanya dengan pemerintah dalam strategi pengelolaan situ, sedangkan aktor swasta memiliki tingkat kepentingan yang hampir sama dengan aktor LSM bahkan cenderung setara. Pihak swasta seringkali dikatakan memiliki kecenderungan terhadap profit atau keuntungan semata, sehingga kesadaran akan lingkungan hidup sangat diharapkan. Keterlibatan LSM terkait situ yang terdapat di Kota Depok cenderung mengarah kepada kepentingan konservasi situ dan telah memberikan kontribusi yang cukup besar dalam pelestarian situ dan pembangunan masyarakat sekitar situ. Peran pemerintah dalam upaya pengelolaan kualitas perairan Situ Sawangan-Bojongsari dapat diwujudkan melalui berbagai tindakan nyata. Pemerintah harus mampu menghimpun masyarakat, swasta, dan LSM untuk mau bekerja sama dalam mengelola dan mengembangkan situ, seperti meningkatkan peran serta pihak swasta yang selama ini dianggap masih kurang, atau menjembatani kerjasama di antara kedua Pokja Situ yang bertugas di Situ Sawangan-Bojongsari. Pemerintah juga dapat membangun hubungan kerjasama dengan LSM dalam upaya pelestarian situ maupun peningkatan partisipasi masyarakat. Bhuiyan et al. 2011 menyatakan bahwa pemerintah harus memastikan keterlibatan atau partisipasi masyarakat lokal di dalam pengembangan ekowisata demi manfaat sosial, ekologi, ekonomi, dan budaya masyarakat. Pemerintah juga dapat memutuskan untuk melakukan beberapa tindakan berikut: penetapan kawasan lindung, penyusunan rencana aksi ekoturisme, promosi daerah tujuan wisata, pengembangan sumberdaya manusia, serta pengembangan usaha kecil dan menengah oleh masyarakat di daerah tujuan wisata. 0.452 0.288 0.261 0.00 0.10 0.20 0.30 0.40 0.50 Konservasi situ Peningkatan kegiatan wisata daerah Peningkatan perekonomian lokal Bobot S u b tu ju a n Hasil pembobotan subtujuan 4.8.3. Analisis Subtujuan pada Hierarki Pengambilan Keputusan Subtujuan konservasi situ disepakati sebagai subtujuan terpenting yang harus dicapai dalam pencapaian gol utama. Adapun bobot yang dimiliki oleh subtujuan konversi situ adalah sebesar 0,452, diikuti dengan subtujuan peningkatan kegiatan wisata daerah dengan bobot 0,288, dan terakhir adalah subtujuan peningkatan perekonomian lokal dengan bobot 0,261 Gambar 17. Konservasi Situ sebagai Subtujuan Prioritas Situ-situ merupakan salah satu kekayaan sumberdaya alam yang dimiliki oleh Kota Depok. Situ berfungsi sebagai kawasan resapan air bagi Kota Depok dan kota di sekitarnya, termasuk DKI Jakarta. Keberlangsungan keberadaan dan kondisi situ sudah sepantasnya diperhitungkan dalam setiap pengelolaan pemanfaatan sumberdaya alam ini. Pengelolaan situ yang berkelanjutan diharapkan dapat mempertahankan fungsi dan manfaat yang dapat diberikan oleh situ tersebut bagi generasi manusia, tidak hanya bagi generasi di masa kini namun juga di masa yang akan datang. Menurut responden, kelestarian situ tetap merupakan hal yang paling diutamakan di dalam upaya pengembangan wisata air di Situ Sawangan- Bojongsari. Jangan sampai perkembangan kegiatan wisata air justru menurunkan kualitas perairan dan lingkungan situ. Hal serupa dikemukakan oleh Pusporini Gambar 17 Hasil pembobotan subtujuan pengelolaan kualitas perairan untuk pengembangan wisata air Situ Sawangan-Bojongsari. 2010 terhadap pengembangan wisata di Situ Pengasinan yaitu konservasi sumberdaya air merupakan kriteria yang paling utama dalam pengembangan wisata di Situ Pengasinan. Penetapan konservasi sumberdaya alam sebagai tujuan atau kriteria utama dalam pengembangan wisata situ didukung oleh pernyataan Zhenjia 2008 mengenai pentingnya melindungi situs alami untuk pengembangan pariwisata jenis ekowisata. Perlindungan terhadap situs alami tersebut menjanjikan keberlangsungan bagi pengembangan ekowisata hingga waktu yang akan datang dan tidak hanya akan mendatangkan manfaat ekonomi bagi komunitas lokal, namun juga manfaat bagi elemen sosial, politik, dan bahkan bagi ekosistem alam itu sendiri. Kualitas perairan Situ Sawangan-Bojongsari telah melebihi Baku Mutu Air Kelas II berdasarkan PP No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air pada beberapa parameter, bahkan beberapa lainnya sudah mendekati ambang batas yang ditetapkan. Status trofik situ juga diperkirakan telah meningkat dari waktu ke waktu yang menunjukkan telah terjadi penurunan kualitas perairan. Penurunan kualitas perairan situ dapat disebabkan oleh aktivitas antropogenik di sekitar situ dan pada akhirnya akan dapat mengurangi fungsi dan manfaat situ serta mengancam keberadaan situ. Oleh karena itu, penetapan konservasi situ sebagai tujuan utama diharapkan dapat menjadi arahan untuk perwujudan berbagai alternatif solutif untuk mengatasi permasalahan terkait penurunan kualitas perairan Situ Sawangan-Bojongsari tersebut. Program normalisasi Situ Sawangan-Bojongsari yang akan dilaksanakan pada tahun 2013 oleh Kementerian Pekerjaan Umum melalui BBWS-CC diharapkan akan semakin mempemudah upaya Pemerintah Kota Depok dalam hal mewujudkan Situ Sawangan-Bojongsari sebagai kawasan wisata air berbasiskan alam. Pembangunan infrastruktur seperti pembangunan turap untuk mencegah erosi dan sebagai batas situ, pengerukan situ untuk mengatasi pendangkalan situ, ataupun pembangunan IPAL untuk mencegah pencemaran air situ, dibutuhkan oleh Situ Sawangan-Bojongsari untuk mengamankan situ tersebut dari kerusakan yang seringkali ditimbulkan oleh ulah manusia. Selain itu, berbagai tindakan tersebut ditujukan untuk mengembalikan fungsi situ yang kini mulai terkikis serta menaikkan nilai manfaat situ. Program tersebut membutuhkan dukungan penuh dari Pemerintah Kota Depok dan masyarakat Depok, khususnya masyarakat sekitar Situ Sawangan-Bojongsari, serta pihak-pihak lain yang merasa memiliki kepentingan atas keberadaan Situ Sawangan-Bojongsari.

4.8.4. Analisis Alternatif pada Hierarki Pengambilan Keputusan