Ekologi Situ Management of Water Quality for Water Tourism Development of Small Lake Sawangan-Bojongsari at Depok

disebabkan oleh intensitas hujan yang tinggi. Banjir terjadi ketika volume genangan air meningkat sehingga debit alirannya meningkat, sedangkan daerah resapan atau penampung air seperti waduk dan situ tidak memadai, belum lagi sistem drainase yang tidak berfungsi dengan baik. Perairan tawar menempati daerah yang relatif kecil pada permukaan bumi jika dibandingkan dengan perairan asinlaut dan daratan, namun kepentingan keberadaannya bagi manusia jauh lebih tinggi dibandingkan dengan luasan maupun jumlahnya Odum 1994. Hal tersebut didasari oleh alasan bahwa perairan tawar merupakan sumber air yang paling praktis dan murah untuk kepentingan manusia. Ekosistem air tawar juga menawarkan sistem pembuangan yang paling mudah dan murah. Kesalahan dalam penggunaan sumberdaya ini dapat memperpendek umur pemanfaatan sumberdaya dan menambah upaya yang harus dilakukan untuk memperbaikinya. Situ sebagai salah satu bentuk perairan tawar yang bersifat tergenang atau tenang, biasa disebut dengan habitat lentik, memiliki peranan yang cukup besar di dalam ekosistem daratan. Situ adalah sebutan yang umum digunakan oleh masyarakat di Jawa Barat untuk menggambarkan danau berukuran kecil. Di Jawa Barat, perairan situ memiliki ukuran dan kedalaman yang bervariasi yakni luas mulai dari 1 sampai 160 hektar dan kedalaman berkisar antara 1 sampai 10 meter Sulastri 2003. Fungsi ekologis situ diantaranya ialah: 1. Habitat bagi berbagai jenis hewan dan tumbuhan Situ merupakan tempat hidup, berlindung, mencari makan, dan berkembang biak bagi berbagai jenis tumbuhan dan hewan, bahkan beberapa adalah jenis endemik pada daerah tersebut. Berdasarkan hal tersebut, dapat dikatakan bahwa situ adalah sebagai salah satu sumber keanekaragaman hayati di bumi. 2. Pengatur fungsi hidrologis Keberadaan situ juga sangat erat kaitannya dengan siklus hidrologis di bumi. Situ dapat menampung air hujan dan limpasan air permukaan sehingga banjir dan intrusi air laut dapat dicegah. Air situ bahkan dapat dimanfaatkan sebagai sumber air cadangan ketika musim kemarau. 3. Penjaga sistem dan berbagai proses alami. Keberadaan situ juga dapat mempertahankan pasokan air tanah di areal sekitarnya. Kelangsungan berbagai proses alami seperti siklus geomorfologi maupun biogeokimia di alam dapat terjaga oleh keberadaan situ. 4. Penjaga keseimbangan iklim mikro Udara di sekitar situ akan terasa lebih nyaman dan sejuk ketika musim kemarau dan cuaca panas. Hal ini disebabkan oleh penguapan air situ sehingga kelembapan udara meningkat. Situ dapat digolongkan ke dalam kelompok lahan basah daratan atau air tawar yang terbentuk secara alami maupun buatan Pramudianto 1994, Sulastri 2003. Hasil Konvensi Ramsar menyatakan bahwa lahan basah adalah daerah- daerah rawa, payau, lahan gambut, dan perairan alami maupun buatan, tetap maupun sementara, perairan tergenang maupun mengalir yang airnya tawar, payau, atau asin, termasuk di dalamnya wilayah perairan laut yang kedalamannya pada waktu air surut tidak lebih dari enam meter Millenium Ecosystem Assessment 2005. Lahan basah dijadikan oleh masyarakat di beberapa daerah sebagai tempat untuk menggantungkan kebutuhan hidupnya. seperti situ yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat untuk memancing ikan atau mengairi lahan pertanian. Manfaat yang dapat diperoleh oleh manusia selain dari manfaat ekologis keberadaan situ meliputi manfaat ekonomi, manfaat pariwisata atau estetika, dan manfaat ilmiah. Situ adalah sumber penghasil berbagai jenis sumberdaya alam bernilai ekonomis, seperti ikan, udang, dan kerang. Keindahan situ adalah potensi bagi bidang pariwisata. Pengembangan situ sebagai kawasan wisata menyebabkan situ menjadi terpelihara sehingga fungsi ekologisnya pun dapat terjaga. Selain itu, hal tersebut dapat mendatangkan keuntungan secara ekonomi kepada masyarakat. Keanekaragaman plasma nutfah yang terkandung di dalam kawasan situ merupakan objek penelitian yang selalu menarik perhatian kaum peneliti sehingga situ dikatakan memiliki manfaat dalam bidang ilmiah atau ilmu pengetahuan.

2.2. Situ Sawangan-Bojongsari di Kota Depok

Situ Sawangan-Bojongsari adalah salah satu dari 26 situ yang terdapat di Kota Depok BLH Kota Depok 2011. Situ ini terletak di dua wilayah kecamatan, yaitu Kecamatan Sawangan dan Kecamatan Bojongsari. Situ Sawangan- Bojongsari merupakan situ alami dan dikenal juga dengan nama situ tujuh muara teluk. Situ ini termasuk dalam lingkup administratif DAS Angke yang masing- masing muaranya terletak di dukuhdesa yang berbeda Purnama 2008. Situ Sawangan-Bojongsari memiliki luas perairan + 28,25 ha dan kedalaman rata-rata 3-4 m BLH Kota Depok 2011. Fakhruddin 1989 menyebutkan Situ Sawangan- Bojongsari berada pada ketinggian 70 m dari permukaan air laut, dengan luas permukaan air tertinggi 29,74 ha, kedalaman maksimum 8 m, volume air rata-rata 1,43 x 10 6 m 3 , fluktuasi permukaan air situ antara musim kemarau dengan musim penghujan kurang lebih 1,2 m, dan hydraulic retention time sebesar 27 hari. Penelitian oleh Effendi et al. 1996 memberikan informasi bahwa indeks kualitas air Situ Sawangan-Bojongsari menunjukkan nilai yang cukup baik. Namun, diduga saat ini kualitas perairan Situ Sawangan-Bojongsari mulai menurun. Hal ini terlihat dari berkurangnya luas perairan dan tekanan jumlah penduduk yang meningkat. Jumlah penduduk Kecamatan Sawangan dan Bojongsari memperlihatkan kecenderungan peningkatan jumlah dari tahun 2006 – 2011 BPS Kota Depok 2010, 2011. Jumlah penduduk Kecamatan Sawangan dan Bojongsari pada tahun 2010 masing-masing adalah 123.356 jiwa dan 99.768 jiwa, sedangkan pada tahun 2011 masing-masing berjumlah 128.905 jiwa dan 104.040 jiwa. Jumlah penduduk kedua wilayah tersebut juga cenderung meningkat dari tahun 2006 – 2009, yaitu ketika wilayah Sawangan dan Bojongsari masih tergabung dalam satu wilayah kecamatan. Situ Sawangan-Bojongsari berbatasan dengan pemukiman penduduk sekitar dan padang golf Telaga Golf Sawangan. Pihak Telaga Golf Sawangan juga memiliki beberapa vila atau cottage di tepi situ dengan memanfaatkan keindahan alam Situ Sawangan-Bojongsari sebagai daya tariknya. Bangunan-bangunan tidak permanen berupa warung-warung yang menjual makanan dan minuman bagi pengunjung juga terdapat di salah satu sisi situ. Selain itu, areal perkebunan milik masyarakat juga terdapat di sekitar situ dan mendapatkan air dari situ. Keramba ikan milik masyarakat sekitar dijumpai pada situ ini dan terdapat pemancingan ikan di salah satu sisi situ. Penyuburan perairan atau eutrofikasi diduga telah terjadi di Situ Sawangan- Bojongsari. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hartoto dan Lubis 1989 bahwa Situ Sawangan-Bojongsari tergolong ke dalam perairan yang subur atau eutrofik. Hal ini dibuktikan salah satunya oleh keberadaan populasi tumbuhan air kapu- kapu Salvinia molesta yang selalu tumbuh menutupi sebagian permukaan situ dalam jangka waktu yang lama. Tingkat trofik situ dapat dipengaruhi oleh aktivitas masyarakat sekitar terhadap situ dari waktu ke waktu. Beberapa tumbuhan air tercatat tumbuh di perairan Situ Sawangan-Bojongsari, yaitu Eichhornia crassipes, S. molesta, Nelumbo nucifera, dan Sagittaria sp. Kunii et al. 2000.

2.3. Kualitas Air

Makhluk hidup menjaga keberlangsungan hidupnya dengan memanfaatkan unsur-unsur lingkungan hidupnya: udara untuk bernapas, air untuk minum, hewan dan tumbuhan lain untuk makanan, dan lahan untuk tempat tinggal. Unsur-unsur di dalam lingkungan hidup tersebut terintegrasi menjadi satu dan saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya. Lingkungan dikatakan sebagai sumberdaya ketika lingkungan didefinisikan sebagai pemenuh kebutuhan dasar bagi makhluk hidup. Mutu lingkungan semakin tinggi, maka derajat pemenuhan kebutuhan dasar pun semakin tinggi sehingga mutu hidup akan meningkat. Sebaliknya, jika mutu lingkungan menurun, mutu hidup pun akan ikut memburuk. Air adalah sumberdaya esensial yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan dasar hidup seluruh makhluk hidup yang ada di bumi, termasuk manusia. Soemarwoto 2008 mengelompokkan air ke dalam kebutuhan dasar untuk kelangsungan hidup hayati. Kebutuhan dasar ini bersifat mutlak. Kebutuhan makhluk hidup akan air tidak hanya menyangkut kuantitasnya, namun juga kualitas atau mutunya. Kualitas air yang baik tentunya akan memberikan daya dukung yang tinggi terhadap kehidupan. Pencemaran air merupakan bagian dari pencemaran lingkungan hidup. Pencemaran tersebut akan mengurangi pelayanan pemenuhan kebutuhan dasar makhluk hidup oleh lingkungan sebagai sumberdaya.