PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kota Depok merupakan salah satu daerah penyangga DKI Jakarta dan menerima cukup banyak pengaruh dari aktivitas ibukota. Aktivitas pembangunan
ibukota tidak lain memberikan dampak positif bagi pertumbuhan perekonomian Kota Depok. Kota Depok turut menjalankan perannya sebagai kota permukiman,
pendidikan, perdagangan dan jasa, serta kota wisata bagi masyarakat ibukota pada perkembangan berikutnya. Namun, laju pembangunan yang terus meningkat dari
waktu ke waktu berpotensi pula menyebabkan penurunan kualitas lingkungan hidup di Kota Depok, terutama jika perencanaan dan pelaksanaan pembangunan
tidak dilakukan dengan memperhatikan kelestarian lingkungan. Pertambahan jumlah permukiman dan penduduk serta penurunan jumlah Ruang Terbuka Hijau
RTH Kota Depok menimbulkan permasalahan lingkungan dan pada akhirnya mengganggu kenyamanan kehidupan masyarakat. Sumberdaya perairan seperti
situ adalah salah satu komponen lingkungan yang terkena dampak negatif tersebut. Pencemaran perairan, sedimentasi dan pendangkalan situ, serta
perubahan tata guna lahan sekitar situ merupakan beberapa contoh peristiwa yang ditemukan terjadi di situ-situ di Kota Depok.
Situ merupakan sebutan bagi danau-danau kecil dan dangkal di daerah Jawa Barat. Situ dapat terbentuk secara alami maupun buatan dan memiliki sumber air
berasal dari mata air, air hujan, sungai, danatau limpasan air permukaan Natasaputra 2000. Menurut Puspita et al. 2005 ekosistem situ memiliki
berbagai fungsi dan manfaat bagi makhluk hidup, diantaranya yaitu a habitat bagi berbagai jenis tumbuhan dan hewan; b pengatur fungsi hidrologis dan pencegah
banjir; c penghasil sumberdaya alam bernilai ekonomis; d sarana wisata dan olahraga; dan e sebagai sumber air untuk berbagai kebutuhan hidup manusia.
Selain itu, situ juga merupakan ekosistem yang bermanfaat sebagai unsur alami yang mempengaruhi iklim mikro dan keseimbangan ekosistem di sekitarnya.
Pemanfaatan situ sebagai kawasan wisata merupakan salah satu bentuk upaya mempertahankan keberadaan serta fungsi dan manfaat situ di Kota Depok.
Hal ini masih perlu dikembangkan, mengingat masih sedikit situ yang dikelola
untuk dijadikan sebagai kawasan wisata. Perwujudan hal tersebut memberikan harapan agar situ dapat tetap lestari dan masyarakat pun dapat memperoleh
manfaat, baik ekonomi, ekologis, maupun kenyamanan wisata estetis dari keberadaan situ tersebut.
Pariwisata adalah salah satu sektor yang mampu menunjang perekonomian daerah di Indonesia, tidak terlepas bagi Kota Depok. Pernyataan ini semakin
diperkuat oleh penetapan kebijakan mengenai otonomi daerah dimana setiap daerah diberikan kewenangan untuk mengembangkan kebijakan daerahnya sendiri
sesuai dengan kebutuhan yang ada. Pengembangan pariwisata tidak sama di setiap daerah karena bergantung pada situasi dan kondisi setiap daerah. Potensi yang
berbeda, baik itu potensi alam, ekonomi, adat budaya, maupun kependudukan, akan menimbulkan perbedaan pola pengembangan pariwisata setiap daerah. Situ
yang dimiliki oleh Kota Depok merupakan potensi alam bagi pengembangan pariwisata daerah. Proses penentuan pola pengembangan ini haruslah melibatkan
berbagai pihak agar dapat menghasilkan pola pengembangan pariwisata daerah yang terpadu.
Situ Sawangan-Bojongsari merupakan salah satu situ yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi kawasan wisata di Kota Depok. Situ ini berlokasi di dua
wilayah kecamatan, yaitu Kecamatan Sawangan dan Kecamatan Bojongsari, Kota Depok. Situ Sawangan–Bojongsari adalah sebuah situ alami yang airnya berasal
dari mata air alami. Situ tersebut telah mulai dikembangkan sebagai lokasi wisata air pada saat ini dimana pengelolaannya dilakukan oleh masyarakat melalui
Kelompok Kerja Situ Pokja Situ. Fasilitas wisata telah disediakan oleh pihak pengelola, seperti sepeda air, wahana flying fox, pemancingan, serta warung-
warung yang menyediakan berbagai makanan dan minuman. Kelompok Kerja Situ merupakan suatu kelompok masyarakat sekitar situ
yang peduli dengan keberadaan situ sebagai daerah konservasi sumberdaya alam. Tugas Pokja Situ diantaranya adalah menyelenggarakan penertiban, pengamanan,
pemeliharaan, dan pemberdayaan fungsi situ secara tepat. Situ Sawangan– Bojongsari dikelola oleh dua Pokja, yaitu Pokja Situ Sawangan dan Pokja Situ
Bojongsari. Pola pengelolaan dua Pokja Situ ini dipengaruhi oleh kebijakan pemekaran kecamatan di Kota Depok yang terjadi pada tahun 2009 berdasarkan
Peraturan Daerah Kota Depok No. 8 Tahun 2007. Pemekaran wilayah kecamatan telah menyebabkan situ terbagi ke dalam dua wilayah kecamatan, yaitu
Kecamatan Sawangan dan Kecamatan Bojongsari, dimana sebelumnya lokasi situ disebutkan berada di wilayah Kecamatan Sawangan.
Permasalahan kualitas perairan situ adalah hal yang masih harus dihadapi oleh pengelola untuk mewujudkan Situ Sawangan-Bojongsari sebagai kawasan
wisata air. Sebagian wilayah situ sering tertutup oleh gulma air, terdapat beberapa keramba ikan di beberapa sisi situ, dan dilaporkan pula bahwa telah terjadi
pendangkalan di Situ Sawangan-Bojongsari, terutama pada bagian selatan situ. Pencemaran air oleh limbah kegiatan domestik dan wisata juga terjadi di sekitar
situ. Ledakan populasi gulma air kapu-kapu Salvinia molesta diduga terjadi karena peningkatan nutrien perairan akibat limbah aktivitas masyarakat ke dalam
situ maupun akibat keberadaan keramba ikan. Nurhakim 2004 memberikan informasi mengenai kondisi perairan Situ Babakan, Jakarta Selatan, yaitu rataan
kandungan amonia, nitrit, nitrat, dan fosfat pada wilayah situ dimana terdapat keramba jaring apung milik masyarakat sekitar menunjukkan nilai yang lebih
tinggi dibandingkan dengan kandungan keempat parameter tersebut pada wilayah situ yang tidak terdapat keramba jaring apung. Penggunaan pakan ikan yang
berlebih dan berkepanjangan mampu meningkatkan kandungan nutrien dalam air. Pertumbuhan gulma air yang tidak terkontrol tersebut dapat mengganggu aktivitas
wisata dan mengganggu keseimbangan ekosistem situ. Pencemaran air juga dapat menimbulkan ancaman bagi kesehatan manusia jika terjadi pemasukan bahan
berbahaya atau akibat keberadaan bakteri pathogen. Hal-hal tersebut dapat memicu terjadinya penurunan kualitas perairan situ dan menurunkan potensi situ
sebagai daerah tujuan wisata. Penelitian terkait perairan situ di Kota Depok telah cukup banyak
dilakukan. Hal yang dikaji beragam, mulai dari aspek kualitas perairan situ hingga aspek kelembagaan pengelolaan situ. Penelitian oleh Permana 2003, Susilowati
2004, dan Rosnila 2004 memberikan informasi bahwa perubahan penggunaan lahan di Kota Depok, terutama di sekitar situ, telah mempengaruhi kualitas air,
keberadaan, dan fungsi situ. Menurut Listiani 2005 pengelolaan situ-situ di Kota Depok oleh Pemerintah Kota Depok belum mampu mengatasi berbagai
permasalahan yang dihadapi oleh situ-situ tersebut. Meskipun berbagai penelitian telah dilakukan, namun informasi mengenai pengelolaan kualitas perairan Situ
Sawangan-Bojongsari sebagai lokasi wisata air belum banyak tersedia. Oleh karena itu, penelitian mengenai hal tersebut perlu dilakukan untuk membantu
tercapainya kelestarian situ dan perkembangan pariwisata di Kota Depok.
1.2. Perumusan Masalah