memperoleh pengetahuan mengenai lingkungan perairan situ. Hal selanjutnya yang diharapkan akan timbul yaitu keinginan pengunjung untuk ikut serta dalam
pelestarian situ. Edukasi mengenai lingkungan perairan situ dapat diwujudkan antara lain dengan cara-cara sederhana seperti pemberian informasi mengenai
fungsi dan manfaat situ atau keanekaragaman hayati pada situ melalui papan informasi yang disediakan oleh pihak pengelola atau bisa juga melalui pemberian
contoh tindakan cinta lingkungan oleh pengelola situ kepada para pengunjung.
4.7. Masyarakat Sekitar Situ Sawangan-Bojongsari
Data mengenai masyarakat sekitar Situ Sawangan-Bojongsari meliputi data karakteristik masyarakat, tingkat pengetahuan masyarakat tentang situ dan
pengembangan wisata air, persepsi masyarakat tentang Situ Sawangan-Bojongsari sebagai kawasan wisata air, dan kesediaan masyarakat dalam pengelolaan situ dan
pengembangan Situ
Sawangan-Bojongsari sebagai
kawasan wisata
air. Masyarakat sekitar situ yang dimaksud adalah masyarakat yang biasa melakukan
aktivitas kesehariannya di area Situ Sawangan-Bojongsari. Penelitian terhadap berbagai parameter tersebut diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai
kondisi masyarakat di sekitar Situ Sawangan-Bojongsari.
4.7.1. Karakteristik Masyarakat Sekitar Situ Sawangan-Bojongsari
Masyarakat yang dijadikan sebagai responden dalam penelitian ini sebagian besar terdiri dari warga Kelurahan Sawangan Lama dan Kelurahan Bojongsari
Lama, dan hanya beberapa yang merupakan warga daerah-daerah lain di sekitar Sawangan dan Bojongsari, seperti Kelurahan Kedaung atau Kelurahan Cinangka.
Jumlah warga masyarakat yang diamati adalah 53 orang, terdiri dari 62,26 laki- laki dan 37,74 perempuan Tabel 12. Hal ini menunjukkan bahwa warga
masyarakat yang lebih sering beraktivitas di sekitar Situ Sawangan-Bojongsari berasal dari kaum laki-laki. Variasi kegiatan masyarakat yang biasa dilakukan di
sekitar situ yaitu memancing, menjala ikan, berjualan makanan dan minuman, atau sekedar berkumpul dan mengobrol. Anggota-anggota Pokja Situ yang
bertanggung jawab terhadap kegiatan wisata air situ juga berada di dalam kelompok masyarakat tersebut.
Tabel 12 Karakteristik masyarakat yang biasa beraktivitas di sekitar Situ
Sawangan-Bojongsari.
Karakteristik Jumlah warga
Jenis kelamin Laki-laki
33 62,26 Perempuan
20 37,74
Pendidikan terakhir SD
5 9,43
SMP 15 28,30
SMASMK 29 54,72
Diploma 1
1,89 S1
3 5,66
Pekerjaan PNS
1 1,89
Karyawan swasta 8 15,09
Wirausahapedagang 21 39,62
Pelajar 6 11,32
Buruh 2
3,77 Lainnya
15 28,30 Penghasilan
Rpbulan 1 juta
35 66,04 1 – 2.5 juta
11 20,75 2.5 juta
1 1,890
Tidak tentu 6 11,320
Usia tahun 15 – 24
21 39,620 25 – 34
7 13,210 35 – 44
18 33,960 44
7 13,210 Lama menetap tahun
1 1
1,809 1 – 3
2 3,707
3 50 94,304
Jarak tempat tinggal-situ m
50 15 28,300
50 – 200 15 28,300
200 23 43,40
Manfaat situ Sumber penghasilan
21 39,620 Lokasi wisata
11 20,75 Udara sejuk
12 22,640 Sumber air
9 16,98
Masyarakat sekitar situ tergolong ke dalam masyarakat berpendidikan menengah. Hal ini dibuktikan dengan persentase jumlah anggota masyarakat yang
menempuh pendidikan terakhir SMASMK atau sederajat adalah sebesar 54,72, kemudian diikuti dengan masyarakat dengan tingkat pendidikan SMP atau
sederajat sebanyak 28,30. Hal ini sesuai dengan data BPS Kota Depok untuk persentase penduduk 10 tahun ke atas menurut ijazah tertinggi yang dimiliki di
Kota Depok pada tahun 2010 yaitu penduduk dengan ijazah tertinggi SMAMAsederajat adalah yang tertinggi dengan persentase 23,79, diikuti
dengan ijazah tertinggi SLYPMTssederajat dan SDMIsederajat masing-masing sebesar 18,18 BPS Kota Depok 2011.
Mayoritas pekerjaan yang ditekuni oleh masyarakat sekitar situ adalah sebagai wirausahawan atau pedagang, yaitu oleh sebesar 39,62 warga. Sebagian
besar dari mereka memiliki warung yang menyediakan makanan dan minuman bagi pengunjung di lokasi wisata situ, sedangkan sisanya memiliki usaha di luar
wilayah situ. Cukup banyak warga masyarakat Sawangan memilih untuk berdagang dengan cara membuka warung kecil ataupun warung makan di tepi
Situ Sawangan. Hal ini dapat dilakukan karena Situ Sawangan memiliki area sempadan situ yang luas, sehingga masyarakat pun melihat peluang ekonomi dari
keberadaan Situ Sawangan, terutama setelah kegiatan wisata air situ berkembang. Responden yang termasuk ke dalam kategori lainnya terdiri dari warga
masyarakat yang menganggur, ibu rumah tangga, atau tidak memiliki perkerjaan tetap. Kategori lainnya diisi oleh sebanyak 28,30 warga masyarakat.
Menurut BPS Kota Depok 2011 terdapat sebanyak 714.891 orang penduduk Kota Depok yang bekerja, 65.072 orang menganggur, dan 441.891
orang termasuk ke dalam bukan angkatan kerja not economically active termasuk di dalamnya yaitu pelajar dan ibu rumah tangga. Banyaknya warga
masyarakat yang membuka usaha sendiri atau berdagang menunjukkan kondisi status pekerjaan masyarakat Kota Depok secara umum. Pekerjaan utama dengan
status berusaha sendiri menduduki jumlah terbanyak kedua dengan jumlah 138.813 orang atau sebesar 19,42 berada di bawah status pekerjaan sebagai
buruhkaryawanpegawai dengan jumlah 450.320 orang atau sebesar 62,99. Data pendapatan masyarakat menunjukkan bahwa masyarakat sekitar situ
tergolong ke dalam masyarakat berpendapatan rendah. Hal ini ditunjukkan dengan sebanyak 66,04 warga memiliki pendapatan lebih kecil dari Rp 1.000.000,00
per bulan. Rendahnya pendapatan warga masyarakat diduga ada kaitannya dengan tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan warga masyarakat. Tingkat pendidikan
masyarakat yang tidak terlalu tinggi serta jenis pekerjaan dengan nilai pemasukan yang rendah, seperti berdagang di warung-warung kecil, menjadi buruh, bahkan
ditemukan pula warga masyarakat yang mengganggur menjadi penyebab dari hal tersebut.
Potensi sumberdaya manusia sekitar Situ Sawangan-Bojongsari cukup menjanjikan bagi pengembangan situ sebagai kawasan wisata air. Masyarakat
yang biasa beraktivitas di sekitar situ hampir seluruhnya berada pada usia produktif, yaitu usia 15 – 24 tahun sebanyak 39,62 dan usia 35 – 44 tahun
sebanyak 33,96. Oleh karena itu, dibutuhkan pihak-pihak yang dapat menangkap
peluang ini
dan kemudian
menyusun serta
melaksanakan pemberdayaan masyarakat sesuai dengan potensi sumberdaya manusia di daerah
tersebut. Pihak tersebut dapat berasal dari kelompok masyarakat itu sendiri atau dari luar kelompok. Warga masyarakat berusia muda biasanya memiliki semangat
yang kuat serta kreativitas yang tinggi, sedangkan warga yang berusia lebih matang disinyalir telah lebih mengenal kondisi Situ Sawangan-Bojongsari
sehingga dapat lebih bijaksana dalam menyikapi pengembangan situ. Pengalaman yang dimiliki oleh warga masyarakat yang telah lebih lama mengenal Situ
Sawangan-Bojongsari dapat saja dijadikan sebagai penyeimbang bagi semangat kaum muda di dalam proses-proses pengelolaan dan pengembangan situ.
Masyarakat sekitar Situ Sawangan-Bojongsari sebagian besar mengaku telah menetap di daerah sekitar situ sejak lebih dari 3 tahun yang lalu, bahkan sejak
mereka dilahirkan 94,34. Hanya sedikit anggota masyarakat yang mengaku sebagai pendatang di daerah tersebut. Hal ini tampak dari jumlah responden
masyarakat yang menetap di bawah waktu tiga tahun yaitu hanya 3 orang. Data jarak tempat tinggal dengan perairan situ menunjukkan bahwa masih
ada warga masyarakat yang mendirikan bangunan tempat tinggalnya berdekatan dengan bibir situ, bahkan kurang dari 50 meter yang merupakan batas garis
sempadan situ seperti yang ditetapkan dalam Perda Kota Depok No. 18 Tahun 2003 tentang Garis Sempadan. Hal ini dinyatakan oleh 28,30 warga masyarakat.
Permukiman masyarakat Bojongsari memang berbatasan sangat dekat dengan perairan situ, berbeda dengan permukiman masyarakat Sawangan yang sebagian
besar terletak cukup jauh dari perairan situ. Garis sempadan situ merupakan garis
batas luar pengamanan situ dimana wilayah di dalam garis tersebut merupakan kawasan lindung situ. Masyarakat tidak diperbolehkan mendirikan bangunan di
kawasan lindung situ karena dikhawatirkan akan merusak kelestarian situ. Okupasi masyarakat terhadap kawasan lindung merupakan bukti kurangnya
pengawasan dan ketegasan pemerintah dalam menegakkan peraturan yang telah dibuat. Kurang pahamnya masyarakat mengenai fungsi situ dan kawasan lindung
situ juga dapat menjadi penyebab dari terganggunya kawasan lindung situ. Kawasan
lindung situ
dapat semakin
terdegradasi kualitas
dan keberadaannya akibat peningkatan laju tekanan terhadap ruang dan tanah di
wilayah perkotaan. Penyelenggaraan penataan ruang yang kurang optimal juga dapat menyebabkan terjadinya penurunan fungsi dan jumlah situ. Permana et al.
2008 menyebutkan bahwa jika dilihat dari segi peraturan dan perundang- undangan yang mengatur keberadaan situ, maka hampir tidak ada lagi celah yang
dapat mendorong terjadinya kerusakan situ di wilayah Jabodetabek, baik secara alamiah maupun akibat perubahan fungsi lahan oleh manusia. Namun,
kenyataannya adalah kawasan situ hanya berfungsi sekitar 70,73 dari kapasitas maksimum. Salah satu faktor penyebabnya adalah keterlambatan penjabaran dan
implementasi peraturan dan perundangan pengaturan situ yang telah ditetapkan. Jadi jelas peran pemerintah sangat besar dalam upaya menyelamatkan kawasan
lindung serta keberadaan situ melalui penegakan peraturan perundangan dan penyadaran masyarakat sekitar situ.
Keberadaan Situ Sawangan-Bojongsari telah mendatangkan berbagai manfaat bagi masyarakat sekitar situ semenjak dahulu. Namun, nilai manfaat
tersebut diduga telah bergeser ke arah nilai ekonomi, dimana keberadaan situ diharapkan dapat membantu peningkatan perekonomian mereka. Hal ini
ditunjukkan oleh pernyataan 39,62 warga masyarakat bahwa manfaat terbesar dari keberadaan situ adalah sebagai sumber penghasilan bagi mereka. Manfaat
situ sebagai sumber air bagi masyarakat semakin minim dirasakan kini, yaitu hanya dinyatakan oleh 16,98 warga masyarakat. Hal ini dapat disebabkan oleh
perubahan pola pikir masyarakat akibat berbagai perubahan dalam tatanan sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat setempat. Kegiatan bertani dan berkebun yang
merupakan mata pencaharian masyarakat sekitar situ di masa yang lalu
mengandalkan situ sebagai sumber air. Namun, perubahan fungsi lahan menjadi lapangan berumput dan permukiman kini telah mengubah bentuk mata
pencaharian masyarakat dan pada akhirnya mengubah kebutuhan masyarakat akan keberadaan situ. Masyarakat diharapkan tidak hanya memiliki pola pikir ekonomi
dalam memanfaatkan situ, namun juga dituntut untuk mau berpikir tentang kelestarian situ agar situ juga dapat mendatangkan manfaat selain manfaat
ekonomi.
4.7.2. Tingkat Pengetahuan Masyarakat tentang Situ dan Pengembangan Wisata