Nitrogen pada perairan Situ Sawangan-Bojongsari dapat berasal dari limbah kegiatan antropogenik di sekitar situ maupun aliran permukaan menuju perairan
situ. Amonia pada perairan dapat berasal dari dekomposisi bahan organik oleh mikroorganisme, pupuk, limbah industri dan domestik, serta limbah aktivitas
metabolisme air seni dan tinja Alaerts Santika 1984. Nitrat dapat berasal dari partikel-partikel yang terbawa aliran permukaan menuju perairan atau pun
dari air hujan Dodds 2002. Nitrat dan nitrit merupakan bentuk amonia yang teroksidasi. Nitrit adalah bentuk peralihan intermediate antara amonia dan nitrat
sehingga keberadaannya bersifat sementara dan jumlahnya biasanya sedikit. Konsentrasi nitrogen anorganik amonia, nitrat, dan nitrit yang tinggi pada
perairan menunjukkan adanya pencemaran. Amonia tak terionisasi adalah bentuk nitrogen anorganik yang paling toksik, sedangkan nitrat dan ion amonium adalah
bentuk dengan tingkat toksisitas paling rendah. Amonia tak terionisasi NH
3
merupakan senyawa nitrogen yang dapat menjadi ion amonium NH4
+
ketika kondisi pH dan suhu menjadi rendah. Menurut Camargo dan Alonso 2006
pencemaran nitrogen anorganik di perairan dapat menyebabkan terjadinya asidifikasi perairan, eutrofikasi, dan efek toksik pada biota perairan, bahkan dapat
menimbulkan efek yang tidak diinginkan
bagi kesehatan manusia dan perekonomian masyarakat.
4.5.8. Minyak dan Lemak
Pencemaran minyak dan lemak akan sangat merugikan bagi pemanfaatan perairan sebagai kawasan wisata. Pencemaran minyak dan lemak akan
menurunkan nilai estetika dari badan air dan menimbulkan gangguan kesehatan terhadap manusia, bahkan dapat menimbulkan bau yang tidak sedap Suprijadi
1997. Kerugian lain yang ditimbulkan adalah terganggunya kehidupan biota air dan berbagai proses yang berlangsung di dalam perairan sebagai akibat penurunan
penetrasi cahaya matahari dan oksigen ke dalam air Fardiaz 2006. Kandungan minyak dan lemak pada air permukaan situ menunjukkan nilai
yang masih berada di bawah Baku Mutu Air Kelas II yang ditetapkan dalam PP No. 82 tahun 2001 yaitu sebesar 1 mgL. Kandungan minyak dan lemak yang
rendah pada perairan Situ Sawangan-Bojongsari menunjukkan bahwa situ tersebut
masih dalam kondisi baik untuk dijadikan sebagai lokasi wisata air. Pencemaran minyak dan lemak pada Situ Sawangan-Bojongsari dapat berasal dari limbah hasil
aktivitas masyarakat, baik limbah domestik maupun limbah kegiatan wisata. Warung-warung makan di kawasan wisata situ memiliki saluran buangan menuju
perairan situ.
4.5.9. Klorofil-a
Klorofil-a adalah pigmen yang berperan langsung di dalam reaksi terang fotosintesis. Kandungan klorofil-a sering dijadikan sebagai indikator produktivitas
primer atau indikator tingkat trofik kesuburan suatu perairan karena klorofil-a mutlak diperlukan dalam proses fotosintesis Nontji 1989. Pengukuran
kandungan klorofil-a pada perairan Situ Sawangan-Bojongsari menghasilkan nilai berkisar antara 12,285 – 44,685 µgL dengan rata-rata 25,296 µgL. Nilai tersebut
menyebabkan perairan Situ Sawangan-Bojongsari tergolong ke dalam perairan dengan status eutrofik kadar rata-rata klorofil-a 15 µgL yang mengarah ke
hipereutrofik kadar rata-rata klorofil-a 200 µgL berdasarkan kriteria status trofik yang ditetapkan dalam Permen LH No. 28 Tahun 2009 tentang Daya
Tampung Beban Pencemaran Air Danau danatau Waduk. Pola variasi spasial klorofil-a pada danau dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti distribusi sumber
pencemar, aliran air, dan angin pada area tersebut Wang Liu 2005. Menurut Pan et al. 2009 faktor utama yang mempengaruhi konsentrasi klorofil-a pada
perairan lentik seperti danau adalah kandungan total fosfor perairan. Hasil pengukuran klorofil-a pada penelitian ini tidak jauh berbeda dengan
hasil pengukuran klorofil-a oleh Nontji dan Sunanisari 1989 yang menyebutkan bahwa nilai rata-rata klorofil-a permukaan Situ Sawangan-Bojongsari bervariasi
antara 1,98 – 47,50 µgL. Variasi nilai klorofil-a tersebut dinyatakan tidak memiliki pola yang jelas terhadap variasi waktu. Tingkat trofik Situ Sawangan-
Bojongsari pada saat itu adalah mesotrofik yang mengarah pada eutrofik. Perubahan kecenderungan tingkat trofik Situ Sawangan-Bojongsari diduga
disebabkan oleh peningkatan aktivitas masyarakat di sekitar situ dan perubahan penggunaan lahan di sekitar situ. Indikator lain dari eutrofikasi ialah terdapatnya
populasi tumbuhan air, Salvinia molesta, dalam jumlah besar yang sering menutupi sebagian permukaan Situ Sawangan-Bojongsari.
4.5.10. Fecal Coli